.
Plakk
Satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi Bella. Tamparan tersebut berasal dari Theo, mantan pacar Bella, karena pada kenyataannya mereka sudah putus sejak beberapa bulan yang lalu.
Bella menatap mata Theo yang memerah karena amarahnya. “Lo selalu kasar Theo, gue benci sama Lo!” Bentak Bella.
Theo mendecak mendengar bentakan Bella, ia malah menjambak rambut Bella dengan kasar.
“Argghhh.” Bella meringis kesakitan, ia tidak tahan lagi dengan kekerasan yang ia terima dari Theo.
Namun sekarang ia tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa, Jonathan menghilang sudah dari 2 bulan yang lalu. Dan jika dia mengadu kepada orang tuanya, maka dirinya lah yang akan kena.
“Kenapa lo gugurin anak gue anjing!” Teriak Theo membentak Bella.
Tangisan Bella semakin menjadi-jadi dan itu membuat Theo menjambak rambut Bella semakin kasar.
“Karena gue panik!” Jawab Bella dengan keras. “Gue panik lo menghilang Theo, lo bajingan!” Umpat Bella ke pria brengsek yang ada di depannya.
Mendengar itu, Theo dengan segera mencengkram kuat leher Bella. “Berani lo sama gue hah?” Tanya Theo mengintimidasi.
Tentu saja Bella tidak berani, bahkan untuk menatap mata Theo saja ia tidak berani.
“M-mmaaf,” lirih Bella pelan.
Brakk
Pintu kamar Bella terbuka paksa akibat di dobrak, pelakunya adalah Jonathan.
Bella menghela nafas lega ketika melihat Jonathan di depan pintu kamarnya. Namun air matanya masih mengalir dengan deras.
“Lo siapa brengsek!” Teriak Jonathan seraya berlari ke arah Theo.
Bugh
Satu tonjokan berhasil mendarat di pipi Theo. Tidak ada perlawanan dari Theo, dia benar-benar hopeless di bawah Jonathan.
Bugh
Jonathan kembali menonjok sebelah pipi Theo.
Melihat Jonathan yang sedang membabi buta, tentu saja membuat Bella khawatir Jonathan akan membunuh Theo sekarang juga.
“Jo stop Jo, udah please,” tahan Bella seraya memegang tangan kiri Jonathan yang hendak menonjok Theo lagi.
Jonathan bangun dari atas Theo, membiarkan lawannya tadi lemah kesakitan.
“Kamu gpp?” Tanya Jonathan seraya menatap Bella.
Bella mengangguk, walaupun ia sangat ketakutan sekarang. “I'm fine, usir dia Jo,” pinta Bella.
“Keluar,” usir Jonathan.
Mendengar itu Theo terkekeh, ia bangun dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki.
“Lo siapa gue tanya?” Tanya Theo dengan nada sedikit menantang.
Jonathan terdiam sejenak, sebelum ia mengucapkan kalimat yang membuat Bella dan Theo terkejut.
“Saya pacarnya Bella, sekaligus calon suami dia,” Jawab Jonathan tegas. “Saya bisa saja melaporkan anda sekarang juga, jika dalam hitungan ke-tiga tidak keluar dari kamar calon istri saya,” lanjutnya.
“Satu.” Jonathan pun mulai menghitung sebagai ancaman untuk Theo.
Theo tersenyum miring lalu ia kembali menatap Bella, Bella yang takut ia hanya menunduk seraya memegang erat tangan Jonathan.
“See you soon baby,” ucapnya. “Gue pamit ya bro, kok lo mau nikah sama jalang kayak dia.” Theo melangkahkan kakinya keluar dari kamar Bella.
Setelah melihat Theo tidak ada lagi di sana, dengan cepat Bella memeluk Jonathan.
“Jo thanks, You save me, aku takut Jo. Please jangan menghilang lagi,” ucap Bella seraya memeluk erat tubuh kekar Jonathan.
Awalnya Jonathan enggan untuk membalas pelukan Bella, namun ia bisa merasakan tubuh Bella yang bergetar.
“Iya, aku ada di sini buat kamu,” balasnya seraya membalas pelukan Bella, dan mengusap lembut rambut Bella.
Prangg
Embun tidak sengaja menyenggol vas bunga yang ada di toko bunganya.
“Astaga ya Tuhan,” kaget Embun lalu dengan refleks iya berjongkok hendak membersihkan pecahan-pecahan kaca yang ada di bawah sana.
“Awhhh,” ringis Embun ketika jari tangannya tidak sengaja terkena pecahan kaca, membuat jarinya sedikit berdarah.
Bersamaan dengan ringisan Embun, Sandy memasuki toko bunga Embun, tentu saja ia sangat terkejut mendengar suara tersebut.
“Embun are you okay?” Tanya Sandy memastikan keadaan embun.
“Astaga Embun, kamu kenapa?” Wajah Sandy kelihatan sangat panik, ketika melihat Embun sedang mengisap jarinya.
Sandy ikutan berjongkok di hadapan Embun, dan juga ia terkejut melihat pecahan vas yang ada di depannya.
“Kamu gpp? Kita ke rumah sakit ya?”
Dengan segera Embun menggelengkan kepalanya, lagian cuman tergores sedikit ngapain ke rumah sakit.
“It's okay kak, cuman kena dikit doang nih jarinya udah gpp,” Jawab Embun seraya menunjukan jari yang terkena pecahan vas bunga tadi.
“No!” Sanggah Sandy. “Kalo anak kamu kenapa-kenapa gimana? Intinya kita harus ke rumah sakit” kekeh Sandy seraya berdiri dan hendak menggendong Embun.
“Kak!” Suara Embun sedikit meninggi membuat Sandy kaget. “It's okay, anak aku gpp, aku juga gpp kak. Bahkan gak ada darah yang banyak, aku gak bakalan pendarahan,” tolak Embun.
Lagian Sandy terlihat sangat aneh, hanya terkena pecahan vas bunga masa harus ke rumah sakit?
“Maaf, maaf saya hanya khawatir Embun,” jawab Sandy yang terlihat sedikit malu.
Embun tersenyum melihat wajah malu Sandy. “Hahaha gpp kak, udah biasa kakak khawatir kayak gini kan?” Kekeh Embun.
Memang semenjak perut Embun sedikit membesar, dan usia kandungan Embun sudah 3 bulan, teman-temannya terlihat sangat khawatir. Namun Sandy lah yang sangat kelihatan.
Saat Embun terkena air panas sedikit Sandy tidak segan-segan untuk membawa Embun ke rumah sakit dengan dalih dia khawatir dengan anak yang ada di kandungan Embun. Dan banyak kejadian-kejadian aneh yang sangat lucu bagi Embun.
Namun perasaan Embun sangat aneh saat ini. Seperti ada pertanda aneh.