Putusin ya?
3 bulan kemudian
Nasya berhasil melewati masa-masa kritisnya selama 3 bulan. Ajaibnya Nasya tidak mengalami amnesia, hanya saja ia mengalami trauma ringan.
Namun yang ada di pikirannya sekarang adalah dimana Malvin berada. semenjak 3 minggu Nasya menyadarkan diri Malvin tidak pernah menddatangi dirinya bahkan sama sekali tidak memberikan kabar melalui chat.
“Sya udah dong jangan gini terus lo gak kasihan sama Bunda lo?” Tegur Zarra yang sedari tadi melihat Nasya hanya melamun.
Nasya tersadar dari lamunannya ia menatap Zarra dan juga ada Danial di samping Zarra. memang yang menjaga Nasya selama Nasya di rumah sakit selain keluarganya, Zarra, Danial, dan juga Hezekiah bahkan Naren ikut menjaga Nasya.
“Kak Malvin kemana ya Zar? Tanya Nasya.
pertanyaan itu yang terus-erusan keluar dari mulut Nasya bahkan Zarra yang mendengarrnya sangat emosi di buat oleh pertanyaan Nasya.
“Lo bisa gak sih sehari aja gak nanya cowo brengsek itu!” Keluh Zarra. “Lupain cowo brengsek itu Sya, dia tuh bangsat bego anying, lo harus dapet pria yang baik bukan yang kayak Malvin!” Lanjutnya.
Danial hanya diam ia sama sekali tidak berani membantah ucapan Zarra, ekalipun ucapanya itu udah sangat kejam.
“Tapi Nasya sayang sama kak Malvin,” lirih Nasya.
Lagi-lagi Zarra di buat emosi oleh Nasya, namun apa boleh di buat. Nasya anak yang lemah, dan dia sudah menaruh hati yang dalam ke pria brengsek bernama Malvin.
Zarra beranjak yang tadinya ia duduk di sofa di ruangan dimana Nasya di rawat, kini ia duduk tepat di bangku disamping kasur Nasya.
“Sya denger gue ya, Malvin punya papa yang keras dan gue yakin papa nya Malvin udah nyuruh Malvin buat tunangan atau menikahi Aleta sahabat dia,” kata Zarra dan itu membuat Hati Nasya sangat sakit.
“Gue bilang gini agar lo sadar Sya, lo berhak bahagia walaupun bukan sama Malvin.”
Nasya menunduk, air matanya perlahan mulai jatuh, ia sangat mengerti apa yang di maksud oleh Zarra. Namun yang Nasya mau adalah Malvin, ia tidak peduli sebrengsek apapun Malvin terhadap dirinya.
Di lain sisi Papa Arkan sudah berada di Jepang lagi karena rapat mendadak. Namun ketika ia dalam perjalanan pulang dari hotel di mana rapat di addakan, Papa Arkan berjumpa dengan seseorang yang sangat Familiar bagi dirinya.
“Malvin.”