.

Relakan, dan ikhlaskan.

Embun terduduk di Single bad miliknya. Ia menatap ke depan dimana di sana sudah ada foto pernikahan dirinya dengan Jonathan yang terpajang di depannya.

Mengingat betapa bahagianya saat hari itu tiba. Jona mengucapkan janji suci walaupun hanya di hadiri oleh papa Arkan, Jaffrey, Yudis dan juga Cherry. Namun hari itu adalah hari yang paling bahagia di hidup Embun.

Hari dimana Jona berjanji akan selalu menggenggam tangannya sampai kapanpun itu.

Embun meringkuk badannya, memeluk kedua kakinya menggunakan tangan kirinya. Tangan kanan yang ia gunakan untuk mengelus perut ratanya.

“Sekarang Bunda hanya punya kamu, kamu mau kan berjuang sama-sama?” Monolog Embun kepada janin yang ada di perutnya.

“Kamu harus kuat ya? Maafin Bunda kalo misalnya nanti kamu denger tangisan bunda.” Lagi dan lagi air mata Embun terjun bebas membasahi pipinya.

Embun meraih handphone yang ada di sebelahnya. Ia melihat chat masuk dari Bella. Begitu menyakitkan.

“Ayah kamu udah menemukan kebahagiaannya,” ucap Embun dengan tangan yang masih mengusap perut ratanya.

Embun berusaha untuk tidak nangis namun tidak bisa, ia tidak bisa menahan rasa sakit ini.

“Tapi, t-tapi Bunda juga udah nemuin kebahagian Bunda.” Isak tangis Embun semakin menjadi-jadi. “Kamu, anak Bunda yang sedang berjuang juga bersama bunda,” Sambungnya.

Embun kembali menatap foto yang ada di depannya.

“Bahagia tidak harus bersama kan Jo? Aku harap kamu bahagia di sana, aku janji akan menjaga anak ini dengan baik.”

Ceklek

Suara pintu kamar Embun menandakan ada seseorang yang datang, yang ia duga itu adalah Cherry, karena hanya Cherry lah yang mengetahui password apartemen dirinya.

Dengan cepat Embun menghapus air matanya dengan kasar.

“Embun, aaaa ponakan aunty, aunty data-” Cherry berteriak ceria memasuki kamar Embun dengan dua plastik yang ada di tangannya.

Namun ia sangat terkejut melihat kondisi Embun. Lagi, Embun tidak bisa menahan tangisnya.

“Cher,” lirih Embun.

Dengan cepat Cherry melemparkan barang yang ia bawa, dan berlari untuk memeluk erat sahabatnya.

“Kenapa, kenapa Embun?” Tanya Cherry seraya mengusap punggung Embun.

Embun meluapkan emosinya ke Cherry, ia menangis sejadi-jadinya.

“Sakit, tapi aku harus bertahan kan?”