rumah

Itu hidupku yang dulu, sebelum aku diadopsi dan tinggal di rumah yang sebenarnya.

Aku Azel Khaisan, di sinilah aku sekarang, di rumah besar milik keluarga Adhitama. Aku sudah resmi menjadi anak angkat keluarga Adhitama.

Dulu hidupku penuh dengan rasa iri, bahkan sesekali benci dengan teman yang sudah aku anggap saudara sendiri.

Rainan, Jovan, Navan, setelah mereka diadopsi aku tidak sering mengabari mereka, dan mereka pun demikian. Aku mengira kalau kehidupan mereka sudah lebih bahagia dibandingkan aku, jadi mereka melupakanku.

Setiap harinya aku dikuasai rasa benci dan iri, dan kini semuanya terbayar. Aku sama sekali tidak bisa menahan senyumku ketika kedua kakiku benar-benar menginjak rumah keluarga Adhitama yang sekarang jadi rumahku juga.

Mereka —orang tua angkatku— benar-benar memperlakukan ku dengan baik. Selama perjalanan tadi mereka sering mengajakku ngobrol, dan Mama memanggilku dengan sebutan 'Nak', panggilan yang tidak pernah aku dengar sebelumnya.

“Kamar kamu ada di sana, masuk aja istirahat, ya,” kata Mama—Lily Allen— kepadaku.

Aku tersenyum sembari menatap Mama. Rasanya aneh, tapi menenangkan.

“Terima kasih, Tan, eh, Ma,” jawabku sedikit kikuk karena masih canggung.

Mama tertawa mendengarnya, tawanya begitu elegan, cocok dengan wajah cantik dan aura yang dia pancarkan.

“Mulai dibiasakan, ya, ke Papa juga gitu. Sayangnya Papa langsung kerja, nih, jadi nggak bisa ajakin kamu keliling rumah. Tapi nanti Mama suruh seseorang.

Aku mengangguk. Setelah berpamitan aku pergi memasuki kamar yang ditunjuk oleh Mama tadi, kamar luas yang akan menjadi kamarku. Benar-benar seperti yang ada di imajinasiku.

“Dreams come true,” monologku begitu senang. Akhirnya, doa-doaku terjawab sudah.

Hidupku akan dimulai lagi dari awal, di rumah yang pernah menjadi imajinasiku. Aku jadi penasaran, apa hidupku akan seberuntung Rainan, Jovan dan Navan. Atau akan menjadi menyakitkan di rumah ini daripada di panti asuhan.