Rumah Nasya

Malvin menjalankan motornya menuju rumah Nasya. Setelah beberapa menit mengumpulkan nyali dan juga menguburkan rasa malunya. Akhirnya ia memutuskan untuk menjemput baby honey nya alias Pororo drink.

Sesampainya Malvin di rumah Nasya, Malvin sedikit kaget melihat rumah Nasya yang lumayan besar. Pantes saja teman-temannya sedikit memberi dia peringatan untuk tidak main-main dengan Nasya.

“Permisi,” ucap Malvin seraya mengetok pintu rumah Nasya.

Ceklek

“Hai kak Malvin, mau masuk?” Tanya Nasya setelah membukakan pintu ke Malvin.

Malvin menggeleng. “Gak usah, langsung aja,” Jawab Malvin seraya mengeluarkan dompet dari kantongnya.

Mata Nasya tertuju ke pinggir bibir Malvin yang terluka. “Bentar, kak Malvin duduk di situ dulu,” tunjuk Nasya ke sebuah tempat duduk di teras rumahnya.

Malvin yang hendak mengeluarkan beberapa lembar uang, kembali memasukan uang tersebut ke dalam dompet, lalu ia menuruti perintah Nasya.

Nasya keluar dengan paper bag dan juga kotak p3k di tangannya masing-masing.

“Bibir kak Malvin luka, kalo kata ayah, luka di biarin aja nanti infeksi, terus keluar ulat ihhhh.” Tangan Nasya fokus menuang Betadine pada sebuah kapas.

Nasya menatap mata Malvin yang sedari tadi memandang kagum ke Nasya.

Nasya menjulurkan tangannya hendak mengobati luka Malvin.

“Awhh,” ringis Malvin karena perih efek dari Betadine yang terkena lukanya.

“Panglima motor kok kesakitan,” ejek Nasya seraya terkekeh.

Malvin hanya diam, dia tidak banyak bicara. Entah karena malu atau karena merasa kagum dengan Nasya.

“Sudah!” Seru Nasya ketika selesai mengobati luka Malvin. “Aahh satu lagi belum,” Ucapnya seraya menepuk dahinya.

Nasya mengeluarkan sebuah plaster berwarna kuning dan bercorak Pororo dari kantong celana pendeknya. Ia segera berdiri di depan Malvin.

Malvin tidak melawan atau memprotes, kini dadanya terasa sangat sesak dan berdegup kencang.

“Dahi kak Malvin luka, Nasya tutupi pake plaster ya? Nasya cuman punya plaster Pororo tapi gpp kan?” Tanya Nasya ke Malvin.

Malvin mengangguk seraya menatap Nasya yang ada di hadapannya. “Gpp,” Jawabnya dengan lembut.

Nasya tersenyum lalu menutupi luka yang ada di dahi Malvin menggunakan plaster Pororo yang ada di tangannya.

“Siap!”

“Terimakasih banyak,” Ucap Malvin.

Nasya meraih paper bag yang tadi ia bawa keluar.

“Ini Pororo drink nya, ada sepuluh rasa apel,” Kata Nasya seraya menyerahkan paper bag tersebut ke Malvin.

Seketika muka Malvin memerah, ia merasa sangat malu.

“Terimakasih, gue pamit ya.” Malvin segera berdiri dan berpamitan dengan Nasya.

Malvin menyalakan motornya dan dengan segera pergi dari rumah Nasya. Tentu saja setelah berpamitan dengan Nasya.

Nasya menunggu hingga Malvin beneran hilang dari hadapannya.

“Lucuuuuuuuuuuuuu,” monolog Nasya merasa gemas dengan tingkah Malvin.