☀️ Rumor

tw// harsh word


Lonceng menandakan waktu istirahat baru saja berbunyi. Para siswa dan siswi Prima Garuda pun berbondong-bondong keluar kelas, ada yang memilih untuk ke kantin, atau ke lapangan. Bahkan ada yang memilih di kelas saja.

Sama seperti Nara dan beberapa siswa dan siswi di kelas 11-2. Hari ini hari pertama setelah kenaikan kelas, jadi bagi Nara berdiam diri di kelas pilihan yang terbaik.

Namun, baru saja Nara hendak memejamkan matanya, dia sudah dihadiahi sebuah pukulan pelan menggunakan buku dari belakangnya. Sudah dapat ditebak pelakunya pasti Rowy.

“ARGH!” erang Nara kesal, sembari mengangkat kepalanya yang tadinya ada di meja.

“Nih,” ucap Rowy sembari meletakkan buku yang dia gunakan untuk memukul Nara tadinya.

“Gila aja tuh guru masa hari pertama udah dikasih tugas, mana nanti habis istirahat dikumpul,” kata Rowy sambil mengoceh tidak terima.

Nara hanya membalas dengan anggukan, sama sekali tidak ada niatan untuk membalas ocehan Rowy.

Baru saja Nara hendak meletakkan kepalanya lagi di atas meja, namun dengan segera Rowy menahannya dan menarik tubuh Nara dengan kuat.

“Mau ngapain, sih!” protes Nara, sambil berusaha memberontak.

“Lo mau jatah cilok lo diambil orang?”

“Oh, ya! Cilok Bu Jaya, i'm coming!”


Seperti biasa kantin selalu ramai, terlebih hari ini hari pertama setelah liburan, maka dapat dipastikan sangat ramai. Nara dan Rowy dapat melihat Abby sedang sibuk memberikan cilok-cilok yang sebelumnya sudah dititipkan kepadanya. Kemudian Abby melambaikan tangannya ketika melihat Nara dan Rowy.

Nara dan Rowy pun melangkah menuju meja panjang yang muat untuk empat orang di sana.

“Nah, buat lo pada. Khusus hari ini buat Juinara Kalandra gratis! Sepesial!” seru Abby setelah memberikan cilok jatah Nara dan Rowy.

Segera Rowy meraihnya dan memakannya. Sedangkan Nara diam sejenak menatap Abby dengan mata menyipit. Yang ditatap pun hanya bisa tersenyum masam.

“Semalam lo kenapa, sih?” tanya Nara sambil melahap cilok miliknya.

Abby yang ada di hadapan Nara dan di samping Rowy kini ditatap oleh kedua gadis itu. Abby hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia tidak bisa jujur tentang semalam.

“Gak jelas,” gerutu Nara kesal.


Sekitar lima belas menit tiga serangkai itu menghabiskan waktunya di kantin. Namun belum ada tanda-tanda untuk kembali ke kelas.

Nara mulai mengamati sekitar, seperti ada yang aneh, karena kini seisi kantin seperti sedang berbisik-bisik.

“Nia.” Nara menahan tangan salah satu siswi teman sekelasnya yang kebetulan lewat di samping meja mereka.

“Kenapa, Nar?”

Tidak hanya Nia yang kebingungan,Rowy dan Abby pun demikian.

“Ini pada kenapa, ya? Kok kayak lagi pada ghibah?”

“Lo pada gak tahu?”

Mereka bertiga pun menggeleng serentak. Segera Nia mengambil posisi duduk di samping Nara.

“Memang lo peka banget sama gosip begini, Nar. Tapi, masa kalian gak tahu, sih, rumor hari ini? Secara kalian, kan, biang gosip,” ujar Nia sedikit menyindir.

Bukannya tersindir atau tersinggung, mereka hanya tertawa tidak jelas.

“Kalian tahu dia, gak?” Nia menunjuk seseorang yang berada tidak jauh di belakang Rowy dan Abby.

Setelah melihatnya mereka serempak mengangguk.

“Julian.”

“Julian.”

“Julio.”

Rowy dan Abby memberikan jawaban yang sama yaitu Julian, namun berbeda dengan Nara yang menjawab Julio.

“Iya, Julio!” Nia menjentikkan jarinya. “Jadi ada rumor kalau Julian meninggal dan ...”

Nia menggantungkan ucapannya, kemudian mengajak Nara, Rowy dan Abby semakin mendekat, lalu Nia mengatakan seraya berbisik, “Julio pembunuhnya.”

“Apa!” teriak Nara sambil menggebrak meja berhasil menarik atensi seluruh isi kantin.

Rowy pun segera menarik tubuh Nara agar duduk kembali, Abby dan Nia mengambil tugas untuk minta maaf kepada siswa-siswi yang ada di sana.

“Santai aja kali, Nar,” ucap Rowy.

“Yang bener aja, lo, Ni?”

“Rumor Nara. Dan yang memperkuat rumor tuh, Julian gak datang hari ini. Udahlah! Gue mau ke kelas.” Nia pun beranjak dari sana meninggalkan tiga serangkai itu yang sedang bergelut dengan pikirannya.

Rowy yang kebingungan dan mencoba mengingat siapa itu Julio dan Julian, Nara yang sama sekali tidak percaya, sedangkan Abby yang terdiam dan mengingat kembali seseorang yang memakai jasa curhatnya semalam.

Segera Abby mengeluarkan handphonenya dengan tergesa-gesa, menarik atensi Nara dan Rowy tentu saja.

Abby mencari pesan yang semalam, dia yakin belum menghapus pesan itu.

“ANJIR!”

☀️