Sahabat selamanya
Zarra melangkahkan kakinya dengan cepat di koridor rumah sakit, di ikuti oleh Danial di belakang.
Pagi ini Zarra mendapatkan kabar sekilas dari Bunda, namun setelah itu Bunda tidak membalas pesan Zarra bahkan tidak mengangkat telepon nya.
Chat terakhir dari Bunda membuat Zarra panik, semalam sebelum ia pulang, Zarra sedikit bentrok dengan Nasya. Bahkan ia membuat Nasya menangis.
Tanpa berpikir panjang dengan masih menggunakan piyama tidurnya ia segera meminta untuk di antarkan ke rumah sakit.
Di depan ruangan Nasya, Zarra tidak sanggup melangkah masuk. Ia menangis sejadi-jadinya, ia menyesal telah membentak Nasya semalam.
Namun dengan bantuan Danial, Zarra perlahan masuk ke ruang inap Nasya dengan perasaan campur aduk.
Ceklek
“SUPRISE!!” Teriak semua yang ada di ruangan Nasya.
Di sana ada Bunda, Bang Atha, Naren, Hezekiah, bahkan Nasya yang sudah berdiri tegap di depan pintu ruangannya, seakan-akan sedang menunggu kedatangan Zarra.
“Zarra! Hari ini Nasya pulang, karena Zarra marah sama Nasya. Jadi Nasya buat suprise ini deh!” Seru Nasya tanpa rasa bersalah.
Memang ini semua sudah di rencanakan oleh Nasya, bahkan Danial sendiri mengetahui rencana licik Nasya. Ia sangat ingin melihat sahabatnya datang berlari memeluknya.
Tangis Zarra seketika pecah, dengan cepat ia mendekatkan dirinya ke depan Nasya.
Tanpa rasa bersalah Nasya memeluk erat tubuh Zarra yang lebih tinggi dari dirinya.
“Zarra Bauk acem,” celetuk Nasya dengan polos, semakin membuat Zarra kesal.
Namun kali ini Zarra tidak marah, ia malah memeluk Nasya tidak kalah erat.
“Bodo amat gue bau acem, yang penting gue gak kehilangan Lo!” Seru Zarra dengan Isak tangisnya.
“Gak lucu, gue gak mau kehilangan Lo Nasya!!!” Teriak Zarra.
Nasya melepaskan pelukannya, ia menatap mata Zarra yang masih mengeluarkan butiran air.
“Nasya gak akan hilang dari hadapan Zarra! Buktinya sekarang Nasya udah sembuh kan?” Ucap Nasya.
Danial menghampiri Zarra, ia mengusap pelan rambut Zarra. “Jangan nangis, jelek,” godanya.
Zarra tidak memperdulikan godaan Danial, ia semakin menangis.
Bunda yang sedari tadi melihat kedua anaknya itupun menghampiri mereka dan membawa ke pelukannya.
“Anak-anak gadis Bunda, jangan berantem lagi ya? Bunda gak mau kehilangan dua gadis cantik bunda,” kata Bunda yang terdengar sangat tulus.
Zarra dan Nasya mengangguk, mereka membalas pelukan Bunda.
Zarra bersyukur memiliki sahabat seperti Nasya, bahkan keluarganya sendiri menganggap Zarra seperti anak mereka.
Begitupula dengan Nasya, ia sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Zarra, yang selalu ada untuk membantu Nasya dari kepolosannya.