.
Sandy sibuk menurunkan semua barang-barang Embun dan Galaxy setibanya mereka di Apartemen.
Sandy tadi dibantu oleh Daffa dan juga Yudhis, namun sekarang tinggal satu tas lagi, jadi dia bisa membawanya sendiri.
“Kak!” Panggil Ara.
Sandy membalikkan badan melihat Ara yang berjalan kearahnya sesekali melihat kebelakang.
“Kenapa?”
“Boleh ngomong sebentar?” Tanya Ara disahut anggukan oleh Sandy.
Ara menarik nafas mengumpulkan keberaniannya.
“Tadi Galaxy ketemu sama Tante Una, mamanya Jonathan,” kata Ara dengan cepat.
“Yang tadi Ara nyari Galaxy, itu tadi Galaxy lagi ngomong sama Tante Una,” lanjutnya.
Sandy terdiam, ia bingung harus menjawab apa.
“Ara gatau hubungan kakak sama kak Embun itu apa, tapi-” Ara menggantung ucapannya, ia menunduk. “Jangan sampe Galaxy jatuh ke tangan mereka ya kak,” lanjutnya.
Tanpa permisi Ara segera berbalik badan dan melangkahkan kakinya meninggalkan Sandy yang terdiam mematung.
“Tidak akan,” monolog Sandy dengan tegas. Sampai kapanpun ia tidak akan membiarkan Galaxy kembali ke mereka.
“Kalo ini apa?” Tanya Ara ke Galaxy.
Kini Galaxy, Ara dan juga Hujan sedang membaca sebuah buku di kamar Embun, membiarkan orang-orang dewasa berbincang di luar sana.
Galaxy menghela nafas, ia merasa bosan. “Elephant,” jawab Galaxy menjawab dengan singkat.
“Good boy!” Seru Ara seraya mengacak-acak rambut keponakannya.
“Aunty Ara! Galaxy udah tau semua macam-macam hewan, bunda udah bacain buku ini seratus kali untuk Galaxy,” protes Galaxy ke Ara.
Hujan yang mendengar hal itu pun tertawa terbahak-bahak sampai tubuhnya jatuh ke bawah kasur, namun ia tidak peduli ia tetap lanjut menertawai Ara.
Ara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Hehehe, abang mau eskrim gak?” Tanya Ara mengalihkan topik.
“Mau!!!” Jawab Galaxy bersemangat.
“Minta duitnya gih, tapi sama om papa aja, jangan sama bunda ya?”
Galaxy mengangguk paham, ia segera keluar dari kamar.
Hujan yang dari tadi tidak berhenti tertawa mendapat satu lemparan bantal dari Ara.
“Ihhh ngejek aja bisanya!” Gerutu Ara.
Galaxy berjalan menuju ruang tengah dimana Sandy, Daffa, Cherry dan juga Yudhis berada. Namun tidak ada Embun disana, entah dimana sang bunda berada.
Setelah dekat dengan Sandy, Galaxy duduk di pangkuan Sandy, membuat Sandy sedikit keheranan.
“Kenapa abang? Udah baca bukunya?” Tanya Sandy.
Galaxy mengangguk, ia memberi kode agar Sandy sedikit menunduk agar dirinya bisa berbisik.
“Om papa, abang boleh minta duit buat beli eskrim? Aunty Ara yang suruh, tapi abang juga mau eskrim,” tanyanya dengan berbisik.
Sandy tertawa gemas dengan tingkah Galaxy, ia segera mengeluarkan dompetnya dari kantong dan mengeluarkan sebuah debit card.
“Ini, suruh aunty Ara yang bayar,” kata Sandy menyerahkan debit card nya.
Galaxy merasa heran dan merasa asing dengan dengan benda itu.
“Ini bisa buat beli eskrim?” Tanya Galaxy dengan polosnya.
“Buat beli mobil juga bisa abang, ayok beli sama om,” celetuk Yudhis tiba-tiba.
“Bisa abang,” jawab Sandy.
Galaxy mengangguk paham. “Boleh tambah Chiki tidak om papa?” Tanyanya lagi.
Sandy mengangguk. “Beli yang abang mau ya.”
“Yeayyy!” Galaxy bersorak kegirangan, lalu ia mengecup pipi Sandy. “Terima kasih banyak om papa!”
Galaxy segera beranjak dari sana, namun langkahnya tertahan karena Cherry.
“Aunty juga mau dicium!” Pinta Cherry tak mau kalah.
Dengan cepat Galaxy mengecup kedua pipi Cherry secara bergantian.
“Aaa terima kasih ganteng!”
Galaxy mengangguk dan kembali melangkahkan kakinya, namun ia berpapasan dengan Embun yang baru saja keluar dari toilet.
“Bunda!”
Embun berjongkok agar posisinya setara dengan Galaxy.
“Iya, kenapa abang?”
Galaxy menunjukan debit card milik Sandy tadi, Sandy sudah memasang wajah bersiap-siap disemprot oleh Embun sekarang.
“Abang mau jajan !”
“Loh itu punya siapa? Pake punya bunda aja ya.”
“Punya aku,” jawab Sandy.
“Ihh gak gak, pake punya bunda aja ya –”
“Gapapa Embun, Ara juga mau pake, jadi pake punya aku aja,” ucap Sandy memotong ucapan Embun.
Embun pasrah, ia kembali memasukkan dompetnya ke saku celana yang ia kenakan.
“Beli eskrim satu, Chiki satu udah cukup ya?”
Galaxy mengerucutkan bibirnya, dan menunduk sedih karena jajannya dibatasi.
“Biarin aja Embun, abang beli aja apa yang abang mau ya,” kata Sandy membuat Galaxy kembali ceria.
“Tapi kak, nanti kebanyakan Abang bisa batuk juga!”
“Kan bisa disimpan Embun, gak mungkin juga Galaxy sekali makan,” ucap Daffa membela Sandy.
Embun menghela nafas, ia melihat Galaxy yang sudah menghilang dari hadapannya sudah dipastikan pergi masuk ke kamarnya dimana Ara dan juga Hujan berada.
“Kak kamu kenapa manjain Galaxy kayak gitu sih?” Protes Embun.
“Ya gapapa, selagi dia masih kecil Embun.”
“Sebenernya bukan masalah itu sih san,” ucap Yudhis menarik perhatian mereka semua. “Embun cemburu tuh minta dimanjain juga,” lanjutnya berhasil mendapatkan tatapan tajam dari Embun.
“Emang iya Embun?” Tanya Sandy.
Embun kedapatan salah tingkah, dengan segera ia menggeleng tidak setuju.
“Ya enggaklah!” Jawabnya tegas membuat Sandy, Yudhis, Daffa, dan juga Cherry tertawa.
“Jadi gimana? Galaxy jadi di sekolahin disini?” Tanya Cherry kembali membuka topik pembicaraan serius.