satu
“Korbannya udah dibawa buat diotopsi.” Wisnu menyambut Robert yang baru saja tiba di TKP.
Sebuah rumah yang hanya ditempati oleh seorang wanita saja tiba-tiba menjadi TKP setelah seorang tetangga merasa aneh.
Menurut laporan wanita itu adalah seorang pekerja keras, dia biasanya akan berangkat pagi di waktu yang sama, dan pulang malam tidak lupa mengambil amplop surat di depan rumahnya.
Lima hari yang lalu dia melihat wanita itu seperti biasa, pulang malam dan tidak lupa membawa masuk surat yang sudah tergeletak di depan rumahnya. Anehnya dia tidak pernah melihat wanita itu lagi setelahnya dan surat-surat yang berdatangan tidak ada yang mengambil. Seakan-akan menandakan kalau wanita itu tidak keluar atau bahkan belum pulang.
Tetangganya itu melapor karena takut dengan berita pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini, apalagi dia adalah seorang wanita. Dan ternyata setelah pihak kepolisian masuk ke rumah wanita itu, wanita itu sudah terendam di dalam bathub tidak sadarkan diri.
“Ada jejak?” tanya Robert dengan mata yang kini dia gunakan untuk melihat ke sudut-sudut TKP.
Wisnu menggeleng kakinya mengikuti langkah Robert yang tengah menyusuri TKP.
“Kayaknya bunuh diri,” kata Wisnu menduga.
Robert menghentikan langkahnya kemudian membalikkan tubuhnya hingga dia dapat menatap Wisnu.
“Cctv?”
Wisnu menggeleng lagi. “Cctv rusak sejak satu Minggu yang lalu, dan waktu terakhir dia terlihat di daerah sini sama sekali gak ada kendaraan.”
Robert menghela napas panjang. Posisi TKP yang terlalu masuk ke dalam lorong gang, hingga susah untuk petugas kepolisian mengumpulkan bukti. Namun mereka tentu tidak akan berhenti, bukan.
“Bake sama yang lainnya udah nyebar buat nanya-nanya ke sekitar.”
Robert mengangguk kemudian dia kembali menyusuri setiap sudut TKP. Matanya begitu tajam, tidak mau meninggalkan satu titik sudut pun.
Tiba-tiba mata Robert menangkap sesuatu yang begitu mencurigakan, segera dia melangkah ke sana. Tidak jauh dari bathub dimana korban ditemukan, Robert melihat abu rokok. Melihat itu Robert merasa tidak asing.
“Wis, coba ke sini,” panggilnya.
Tanpa menunggu lama Wisnu pun menghampiri Robert, dia juga ikut berjongkok di samping Robert.
“Inget kasus terduga pembunuhan tiga bulan yang lalu?” tanya Robert.
Wisnu terdiam sejenak sebelum dia mengangguk, kemudian terkesiap ketika mengingatnya.
Robert mengambil sedikit abu rokok itu menggunakan jari telunjuk yang telah dibaluti oleh sarung tangan.
“Kayaknya ini bukan bunuh diri, Wis.”