.
Saya manusia paling bodoh, yang pernah ada.
Terik matahari menandakan hari sudah siang, dan sudah waktunya para pekerja menikmati waktu istirahatnya.
Begitu juga dengan Johnny, sesampainya dia di luar kota, ia langsung mendatangi proyek pembangunan dimana ia akan bekerja. Bukan, bukan sebagai mandor, tapi sebagai kuli bangunan.
Gaji yang ditawarkan membuat Johnny nekat meninggalkan ketiga anaknya di rumah. Menjadi seorang supir tidak bisa mencukupi semua kebutuhan dirinya dan ketiga anaknya, apalagi seluruh tabungannya telah ia pakai untuk melunasi semua hutangnya.
Kini Johnny sedang duduk di pinggir bangunan proyek di tempat ia bekerja, menikmati waktu istirahatnya.
Sebelum itu ia sudah makan siang, kini ia sedang menikmati sisa waktu istirahatnya.
Johnny mengecek handphonenya hendak menanyakan kabar anak-anaknya, namun ia terkejut mendapatkan pesan dari orang yang pernah ada di hidupnya.
Pesan dari Karin, mantan istrinya. Begitu sakit hati Johnny membaca pesan dari mantan istri.
Ia memilih untuk tidak membalas, ia membuka room chat grup dirinya dan ketiga anaknya.
Ia meminta maaf, karena dirinya yang hanya bekerja sebagai kuli bangunan. Entah kenapa perasaan bersalah Johnny begitu besar.
Ia menangis dalam diam, tidak ingin teman-temannya tau.
Tidak sesuai dengan dugaannya, balasan dari ketiga anaknya membuat dirinya merasa tenang. Apalagi balasan dari Ran.
Johnny menatap tangannya, tangan yang sering memukul anak bungsunya, namun anak bungsunya tidak pernah menyimpan dendam terhadap dirinya.
“Saya manusia paling bodoh, yang pernah ada,” lirih Johnny merasa bersalah dengan apa yang pernah ia lakukan selama ini.
“Saya sudah berusaha, tapi saya tetap benci dengan anak itu.”