Selamat beristirahat Malaikat tanpa sayap anakku
“Jona,” panggil Embun.
“Iya Embun?” jawab Jona segera memberhentikan kegiatannya dan fokus ke Embun.
“Galaxy mana?” tanya Embun kebingungan, karena tidak melihat keberadaan Galaxy disana.
“Aku titip ke Yudhis, ibu sama ayah kamu udah nyampe ke Jakarta, tidur yuk? Besok kita berangkat,” ajak Jona.
“Mau tidur bareng gak Jo?”
Jonathan terdiam sesaat. “Boleh?”
Embun mengangguk. “Boleh Jo.”
Embun tidur menghadap Jonathan dengan tangan kanan Jonathan yang ia jadikan bantal.
“Jo, terima kasih ya?”
Jonathan yang tadi sibuk bermain di rambut Embun, kini mengehentikan tangannya.
“Untuk?”
Embun mensejajarkan posisinya, agar bisa menatap mata Jonathan.
“Karena udah jadikan aku sebagai cinta pertama kamu,” jawab Embun seraya tersenyum.
Embun kembali merendahkan posisinya. Jonathan mengecup pucuk kepala Embun sedikit lama.
“Terima kasih juga karena sudah menjadi cinta pertama yang sangat indah bagi aku Embun.” Jonathan kembali memainkan jari-jarinya di rambut Embun.
Cup
Embun mengecup bibir Jonathan sekilas, membuat Jonathan terdiam dan tersenyum malu.
“Tiga tahun pacaran, dua tahun menikah, terima kasih sudah menjadi pria yang nyaris sempurna untuk aku Jo, terima kasih karena telah mencintai aku dengan tulus,” ucap Embun dengan tulus.
Embun kembali membenamkan wajahnya di dada Jonathan. Begitupun Jonathan, ia kembali memeluk Embun dengan erat.
“Istirahat Embun,” kata Jonathan dengan lembut.
“Jo, aku boleh minta sesuatu?” tanya Embun.
Jonathan mengangguk pelan. “Apapun itu akan aku turutin Embun,” jawab Jonathan.
“Kamu mau gak jadikan aku cinta terakhir kamu?” Embun memejamkan matanya, ia bisa merasakan Jonathan tengah mencium pucuk kepalanya.
“Dengan senang hati, tanpa kamu suruh akan aku lakukan Embun,” jawabnya lembut.
Embun tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia menangis di pelukan Jonathan.
“Istirahat Embun, lupakan semuanya, kamu capek kan? Biar aku yang akan menanggung semuanya disini, sebagai hukuman untuk aku,” ucap Jonathan.
Jonathan menjeda ucapannya, dan menarik nafas dalam-dalam.
“Galaxy, Hujan, dan Ara, akan menjadi tanggung jawab aku Embun, aku sayang sama kamu. Sampai kapanpun itu.”
Tidak ada jawaban dari Embun, suasana hening hanya ada suara hembusan nafas Jonathan.
Dengan perlahan Jonathan sedikit menjauhkan tubuhnya, ia memberanikan diri untuk melihat keadaan Embun.
Air mata Jonathan berhasil mengalir dengan deras, hatinya terasa sangat sakit melihat keadaan Embun sekarang.
Jonathan kembali menarik tubuh Embun ke pelukannya. “Selamat tidur Embun, tinggalkan semua beban yang sudah kamu tanggung selama ini, aku akan bertanggung jawab penuh.” Suara Jonathan bergetar, air matanya tidak berhenti mengalir.
“Selamat beristirahat Malaikat tanpa sayap anakku, terima kasih telah berjuang sejauh ini.” Jonathan memejamkan matanya, dan mencium kening Embun yang kini tidak lagi bernafas di dalam pelukannya.
Suara tangis memenuhi pemakaman Embun, pemakaman yang hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat Embun.
Kini peti mayat Embun akan ditutupi oleh tanah.
Semua orang yang menghadiri pemakaman tersebut hanya bisa menangisi kepergian Embun. Namun tidak dengan Galaxy, dia hanya diam dan menatap kebingungan.
“Ayah, itu bunda kenapa ada disana?” tanya Galaxy ke Jonathan.
Namun Jonathan tidak kuat untuk menjawab.
“Om, uncle, itu bunda angkat!” teriak Galaxy tidak terima Embun akan dikuburkan.
Yudhis sedikit menenangkan dirinya. “Galaxy anak pintar, sekarang bunda lagi tidur disana, Galaxy biarin bunda ya?” Yudhis berusaha memegang tangan Galaxy, namun dengan kuat ditepis oleh Galaxy.
Galaxy menarik-narik celana Jonathan. “Ayah, bunda gak bisa tidur kalo gelap ayah, angkat bunda ayah! Angkat!” teriak Galaxy.
Air mata Jonathan semakin deras mengalir, hatinya semakin terasa sakit.
“Gala, dengerin Oma ya?” Kini mama Una yang berusaha bicara dengan Galaxy.
“Sekarang bunda udah ada di langit, tertidur dengan nyenyak.” Galaxy menggeleng kuat.
Ia kembali menarik celana Jonathan.
“Ayah, ayah tau kan bunda itu Malaikat tanpa sayap! Bunda gak bisa terbang ayah! Angkat, angkat bunda ayah.” Galaxy menangis memohon ke Jonathan.
Yudhis menghampiri Jonathan, lalu ia menepuk bahu Jonathan. “Turun Jo, sebentar,” suruh Yudhis agar Jonathan turun ke makan Embun.
Yudhis memberi kode ke tukang gali kubur yang sedang mengubur jenazah Embun, untuk berhenti sejenak.
Ketika beberapa tukang gali kubur berhenti, Jonathan dengan segera turun ke kuburan Embun.
Jonathan meraih Galaxy yang ada di tangan Yudhis tadinya.
Jonathan menyuruh agar peti mati Embun dibukakan kembali untuk sesaat.
“Abang lihat bunda lagi ngapain?” tanya Jonathan ketika peti mati Embun telah terbukti.
“Tidur ayah,” jawab Galaxy.
Jonathan mengangguk. “Abang inget jalan hidup yang dibilang om papa ke abang?”
Galaxy mengangguk, ia mengingat perkataan Sandy dulu.
“Di setiap perjalanan pasti ada pemberhentian, pemberhentian di jalan kehidupan itu adalah berisitirahat untuk selamanya, sekarang bunda udah berhenti,” kata Jonathan berusaha menjelaskan semuanya ke Galaxy.
“Kenapa bunda berhenti ayah?” Air mata Galaxy kini mengalir membasahi pipinya.
Jonathan mengusap air mata tersebut. “Karena bunda telah berusaha keras sayang, saatnya bunda istirahat,” jawab Jonathan.
“Bunda capek ya?” Galaxy menatap wajah pucat Embun yang telah terpejam untuk selamanya.
“Istirahat yang nyenyak bunda, Gala akan jaga bunda waktu bunda tertidur di sini, bunda jangan takut ya.”
“I love you bunda, selamat tidur.”
Jonathan menyerahkan Galaxy ke Yudhis, lalu dirinya menaikkan tubuhnya kembali, namun kaki Jonathan tidak sanggup untuk berdiri, ia terduduk lemah dan terus menangis.
Disisi lain, Hujan yang ada di sebelah Ara dan juga Cherry, ia hanya menangis dalam diam, seperti dulu Ara menangis di pemakaman Sandy.
“Hujan, hujan nangis aja,” ucap Ara menyuruh agar Hujan tidak menahan tangisnya.
“Gini ya Ara? Gini ya sakitnya kehilangan keluarga?” tanya Hujan dengan suara seraknya.
Ara mengangguk. “Hujan pasti kuat, kita jalani ini sama-sama ya? Ara akan selalu ada disamping Hujan,” jawabnya lalu memeluk erat tubuh Hujan, membiarkan Hujan menangis sejadi-jadinya.
“Embun aku sangat rindu kehadiran kamu, tapi ternyata surga lebih merindukan kamu, aku ikhlas,” ucap Jonathan dengan suara kecil.
“Aku ikhlas melepaskan mu, walau aku tidak pernah memiliki mu Embun Gayatri—”