-

Setelah mendapat pesan dari Cherry, Embun panik setengah mati. Kenyataannya itu bukanlah Embun dan juga Daffa. Ia juga tidak menyangka bahwa Yudis akan memfitnahnya seperti ini.

Karena panik, dengan segera Embun keluar dari kamarnya, namun anehnya di luar sudah tidak ada siapa-siapa. Apartemennya kosong, padahal tadi ada Hujan dan juga Ara.

“Aduh kalian kemana sih,” monolog Embun panik.

Embun berusaha bernafas dengan tenang, namun tetap saja dia sudah berusaha menghubungi Cherry, namun Cherry tidak mengangkat teleponnya.

Embun meraih jaket yang ada di sofa, ia ingin pergi menuju rumah Cherry, bagaimanapun ia tidak mau masalah ini menjadi besar, ia harus menyelesaikannya.

Embun berjalan menuju pintu, ia mengecek apartemennya sekali lagi. Di rasa telah aman, Embun dengan segera membuka pintu apartemennya.

Ceklek

“Happy birthday!!!”

Ketika Embun telah membuka pintu apartemennya, betapa terkejutnya ia mendengar teriakan beberapa orang di depan rumahnya.

Di sana ada Cherry, Daffa, Yudis, Sandy, Ara dan juga Hujan. Jadi ini hanya permainan mereka semua?

Embun melangkahkan kakinya ke belakang, ia menutup mulutnya karena kaget. Sebenernya antara senang, khawatir dan kaget.

Cherry menyerahkan birthday cake yang ada di tangannya tadi ke Yudis. Ia berjalan menghampiri Embun.

Cherry memeluk Embun yang masih mematung di sana. “Gue gak marah kok heheheh, itu cuman rencana kita ngasih suprise buat lo. Lagian kalo emang Daffa meluk lo it's okay,” kata Cherry menjelaskan semuanya.

Embun menangis, ia tidak menyangka ini akan terjadi.

“Jahat tau gak sih-” marah Embun. Embun menarik nafasnya karena masih sesegukan. “Gue takut, gue takut kehilangan kalian,” Lanjut Embun.

Mereka yang tadi ada di depan pintu kini masuk ke dalam apartemen Embun, tidak lupa Sandy menutup kembali pintu apartemen tersebut.

Cherry memeluk Embun semakin erat. “Never! Kita gak akan pernah ninggalin lo, kita keluarga Embun,” sanggah Cherry.

Cherry merenggangkan pelukannya, ia memegang kedua tangan Embun yang sedari tadi Embun gunakan untuk menutup mulutnya. “Kita akan terus genggam tangan lo Embun,” ungkap Cherry dengan tulus lalu ia tersenyum.

Embun mengangguk, ia percaya dengan Cherry. “Jangan gini lagi, gue gak butuh suprise dari kalian, kalian ada di sisi gue aja gue udah seneng,” ucap Embun memprotes kejutan dari mereka yang membuat Embun sangat takut.

“Itu ide Hujan tau kak,” celetuk Ara tiba-tiba.

Hujan sedikit melotot mendengar celetukan Ara. “Ihh kok Hujan, kan kak Yudis,” protes Hujan menuduh Yudis.

Yudis yang tak kalah terima ia juga tuduhan dari Hujan. “Kok gue sih? Gue kan tim hore-hore,” kata Yudis membela dirinya sendiri.

Mendengar pembelaan Yudis mereka semua tertawa. Embun sangat bersyukur mempunyai mereka semua, walaupun kejutan yang mereka buat hampir saja membuat jantung Embun pindah.


Embun dan lainnya kini duduk di ruang tengah apartemen Embun. Mereka merayakan ulang tahun Embun walaupun hanya kecil-kecilan.

Setelah acara tiup lilin dan juga potong kue kini mereka saling bertukar canda tawa. Sebenernya Yudis dan Ara yang banyak mengeluarkan candaan, yang lainnya hanya bagian tertawa.

Embun tersenyum, ia merasa sangat bahagia hari ini. Ia merasakan hidupnya bangkit kembali.

Embun mengarahkan tangannya ke perut dirinya yang mulai berisi. Kini usia kandungan Embun sudah menginjak 1 bulan, perjuangan Embun masih lama.

Namun air mata Embun tiba-tiba mengalir. Lagi dan lagi memori dirinya dengan Jonathan kembali.

Tepat satu tahun yang lalu ketika ia ulang tahun, ia masih mendengar tawa riang Jonathan, ia masih melihat senyum tulus dari pria yang sangat ia cintai, namun sekarang ia sudah berpisah untuk selamanya.

Sandy yang menyadari Embun menangis, ia berpikir gimana caranya untuk membuat Embun ceria kembali.

Ia mengusap rambut Embun dengan pelan, membuat Embun yang sedari tadi menunduk kembali menegakkan kepalanya.

Sandy mengangguk, memberikan senyum hangat ke Embun seakan-akan sedang berkata 'gpp keluarin aja'

Hujan beranjak dari duduknya, ia menghampiri Embun yang sedang menangis dalam diam. Ia memeluk Embun dengan erat.

“Gpp teteh nangis aja, gak baik di tahan,” suruh Hujan agar Embun meluapkan emosinya.

Embun menggeleng. “Ini kan hari bahagia teteh, harusnya teteh gak nangis kan?” Namun nyatanya Embun tidak bisa menahan air matanya.

Semua teman-teman Embun paham akan posisi Embun sekarang, mereka sama sekali tidak risih jika Embun menangis sejadi-jadinya.

“Terima kasih ya, aku gatau kalo gak ada kalian sekarang aku gimana, mungkin aku udah gak ada lagi di dunia ini.”

Cherry menggeleng, ia tidak setuju dengan ucapan Embun barusan. “No Embun,” sanggah Cherry. “Lo ada sampai sekarang itu karena diri Lo sendiri, lo hebat, gue bangga sama lo,” Sambungnya.

Embun tersenyum, benar, ia harus mengapresiasi dirinya sendiri karena sudah bertahan sampai sekarang.

“Siapa yang mau spaghetti?” Tanya Embun yang mencoba membangunkan suasana kembali ceria.

“Kitaaaaaa!” Jawab mereka dengan serentak, lalu mereka kembali tertawa begitupun dengan Embun.

Berpisah bukan berarti kehilangan kebahagiaan, bisa saja dengan cara berpisah kebahagiaan itu datang.