.
Setelah menjemput Galaxy dari sekolah TK nya, terjadi sedikit cek-cok antara Galaxy dan juga Embun.
Kini di mobil tidak ada canda tawa diantara mereka, Embun sangat merasa bersalah karena telah memarahi Galaxy tadi.
Sesampainya di apartemen, Galaxy menyelonong masuk tanpa permisi. Bahkan ia melempar tas nya dengan asal.
“Galaxy!” Panggil Embun dengan suara meninggi.
Galaxy berbalik badan dan menatap bundanya yang sedang marah.
“Kenapa bunda marahin Galaxy? Galaxy cuman mau ayah! Acara di sekolah Galaxy nanti, Galaxy harus nyanyi untuk ayah! Kenapa bunda marah!” Jawab Galaxy sedikit berteriak.
Tentu saja hal itu membuat Embun terkejut, ia begitu mengenali anaknya, Galaxy Dirgantara yang hampir berusia lima tahun.
Galaxy memang lebih pintar dibandingkan anak-anak lain seumuran dengan dia, namun Embun tidak menyangka hari ini dapat bentakan dari anaknya sendiri.
Embun segera menghampiri Galaxy, ia menggenggam kuat lengan Galaxy.
“Kenapa abang bentak bunda?” Mata Embun mulai berkaca-kaca. “Abang gak inget? Bunda adalah Ayah Galaxy.”
“Kenapa Galaxy gak punya ayah Bunda? Temen-temen Galaxy punya,” keluh Galaxy.
Embun terdiam, kini sudah hampir satu tahun semenjak ia kembali lagi ke Indonesia, dan juga hampir satu tahun Jonathan terus menerus menanyakan siapa Galaxy.
“Maafin bunda,” ucap Embun tak bisa menahan air matanya. Ia sangat merasa bersalah kepada Galaxy, apa dia salah telah mengabaikan Jonathan?
Ceklek
Pintu apartemen Embun terbuka, menampakkan Sandy, Ara dan juga Hujan yang baru saja masuk ke apartemen mereka.
Karena tidak mau ketahuan, Embun segera berlari ke kamarnya. Namun Ara dan juga Hujan dengan segera mengikuti Embun.
“Abang kenapa?” Tanya Sandy menghampiri Galaxy yang sedan menunduk.
“Nanti ada acara di sekolah Gala om papa, acara untuk ayah. Galaxy gak punya ayah,” jawab Galaxy. “Kenapa Galaxy gak punya ayah om papa?” Tanya Galaxy seraya menatap Sandy.
Sandy tersenyum lembut ke Galaxy, ia meraih tangan Galaxy dan membawa tubuh Galaxy ke pelukannya.
“Abang, di dunia ini ada empat jalan kehidupan, yang pertama anak kecil, kedua remaja, ketiga dewasa, dan keempat orang tua,” ucap Sandy menjelaskan. “Kamu paham maksud om papa?”
Galaxy menggeleng.
“Itu karena kamu masih di jalan yang pertama, anak kecil. Anak kecil ngapain aja? Main, belajar, itu yang dilakukan anak kecil,” jawab Sandy.
“Disini,” ucap Sandy seraya menunjuk kepala Galaxy. “Abang belum sanggup untuk memikirkan hal itu, Abang paham?”
Kini Galaxy mengangguk paham.
“Ada saatnya Galaxy tau, kemana ayah Galaxy, siapa ayah Galaxy. Untuk acara itu, ada om papa kan? Uncle Daffa, sama om Yudhis, sekarang minta maaf ke bunda ya?”
Galaxy memeluk leher Sandy. “Maaf om papa,” lirihnya.
Sandy pun mengangkat tubuh Galaxy, menggendong tubuh Galaxy. “Wah, om papa gak nyangka punya anak sepintar Abang,” puji Sandy seraya melangkahkan kakinya ke kamar Embun.