Susu, Merah?
Kayla melangkahkan kakinya ke ke dalam sekolah, ia baru saja balik dari kantin sendirian. Namun tanpa Kayla sadari di lantai atas Laura, Poppy dan beberapa murid lainnya telah menunggu kedatangan Kayla.
Langkah Kayla semakin mendekat. Dan dalam sekejap Laura menumpahkan seember pewarna yang di beri bau amis darah di dalamnya.
Mereka semua tertawa, tertawa melihat pewarna tersebut tumpah mengenai tubuh Kayla.
“Hahahahaha, harusnya darah nya lebih banyak bukan? Yang kemarin itu masih dikit,” Tutur Laura mengejek Kayla dari lantai atas.
Tidak ada yang menolong Kayla, mereka hanya menonton kejadian tersebut bahkan ada yang menertawakan Kayla. Begitupun dengan Kenzo, ia hanya melihat Kayla dari jauh. Perasaan yang ia terima campur aduk, ia merasa Kayla berhak mendapatkan ini.
Sejahat apapun Laura, Kayla tidak boleh untuk membunuh seseorang.
“Makanya cantik, gak usah sok polos ya? Kalo mau jadi pembunuh ya pembunuh aja, gue jijik lihatnya.” Luara meninggalkan tempat tersebut di ikuti oleh beberapa temannya.
Namun tidak dengan Poppy, ia melihat Kayla dengan perasaan yang tidak enak, ia takut namun tidak tau apa yang membuatnya takut.
Setelah mendapatkan laporan dari beberapa siswa, Elvano dan anak warriors lainnya tentu saja kecuali Kenzo menghampiri Kayla yang mematung dengan keadaan basah di tumpahi pewarna.
“Kayla, hei Kayla,” panggil Elvano panik melihat keadaan Kayla.
Kayla sedikit demi sedikit menggerakkan bibirnya. “Kayla takut susu, merah,” gumam Kayla dengan pelan namun masih bisa di dengar.
Dengan segera Elvano menggendong badan Kayla. “Semuanya cabut, jumpa di basecamp. Gue bawa mobil,” Perintah Elvano ke anak-anak warriors lainnya lalu ia segera berlari ke parkiran, dengan Kayla yang ada di gendongannya.
Anak warriors lainnya mengangguk, lalu mereka segera ke kelas untuk mengambil tas mereka masing-masing tidak lupa dengan tas Kayla, lalu mereka berlari ke parkiran dan menyusul Elvano yang sudah duluan mengebutkan mobilnya.
Kenzo hanya melihat semuanya dari jauh, ia merasa kesal. Namun ia juga merasa marah.
“Sebenarnya apa yang gue hadapi sekarang?” Tanyanya pada dirinya sendiri.