Team
We're not a real team, it's a Competition
•—-Kompetisi bertahan hidup—-•
“Gue boleh masuk?” tanya Ir-004 ke Ir-002 yang baru saja membuka pintu istirahatnya.
Ir-002 tidak langsung menjawab, ia menatap Ir-004 dengan tatapan penuh pertanyaan.
“Mau ngapain?” tanyanya datar.
“Biar deket aja.”
Setelah berpikir sejenak Ir-002 akhirnya mengizinkan Ir-004 masuk ke dalam ruangannya.
“Wow,” seru Ir-004 takjub melihat isi ruangan Ir-002.
“What's problem?” tanya Ir-002 kebingungan.
“Ruangan serba hitam, tapi ada satu yang menonjol.” Tangan Ir-004 tertuju pada toples berisikan permen warna-warni. “Cuman permen itu yang punya warna.
“Well, hitam itu warna juga.”
“Ya, sih. Lo addict ya sama hitam?”
“Bisa dibilang begitu.”
“Gue kira ruangan kita bakalan sama semua, tapi ternyata beda.”
Ir-002 mengangguk paham, lalu ia duduk di sofa diikuti oleh Ir-004.
“Terkadang gue heran.”
“Heran kenapa?”
“Mereka memperlakukan kita layaknya manusia, tapi mereka membuat kita layaknya binatang buas yang tidak ada hati nurani.”
Ir-004 menoleh bersamaan dengan Ir-002 membuat netra mereka saling bertemu.
“Maksudnya?”
“Membunuh tanpa melihat siapa korbannya.”
Diam sejenak, lalu mereka saling melempar tawa.
“Bener juga,” jawab Ir-002 setuju dengan ucapan Ir-004 barusan.
“Btw ngapain lo kemari?” tanya Ir-002 penasaran apa tujuan Ir-004 tiba-tiba ke ruangannya.
“Cuman mau berteman aja,” jawabnya tenang. “Boleh, kan?”
“Ya boleh.”
Ir-004 tersenyum senang mendengar jawaban itu.
“Gue kira lo bakalan galak.”
“Gue gak galak sama cewek.”
Ir-004 mengerutkan keningnya kebingungan. “Maksudnya gimana tuh?”
“Karena gue suka cewek,” jawab Ir-002 dengan wajah yang serius.
Beberapa detik menjadi hening. Sampai Ir-002 tertawa merasa lucu apalagi saat melihat raut wajah Ir-004 yang tiba-tiba saja berubah.
“Just kidding,” ucapnya meluruskan. “Gue cewek jadi ngapain gue galak sama cewek.”
“Oh.” Ir-004 merasa lega mendengar jawaban itu.
“Kenapa lo takut?”
“Nggak sih, cuman ya gitu.”
“Ah! Sebenernya gue mau nanya, sih.”
“Nanya apa tuh?”
Ir-004 tidak langsung bertanya, ia bergeming sebentar.
“Now we are team right? Maksud gue, tim gak akan pernah saling mengkhianati satu sama lain, dan akan bertahan sampai akhir, ya kan?” tanya Ir-004 dengan suara kecil.
Ir-002 sedikit kebingungan dengan pertanyaan Ir-004, namun ia berusaha untuk memahaminya.
“Why?” tanya Ir-002. “Terjadi sesuatu?”
“Ya. Dulu waktu di Y-4 kita bersepuluh udah hidup layaknya tim, bahkan keluarga— tapi tiba-tiba satu-satu dari kita membunuh satu sama lain untuk bertahan hidup.”
“Lo ngelakuin itu, makanya lo ada di sini. Kalo lo menganggap dalam satu tim atau keluarga harus saling menyayangi, tidak membunuh satu sama lain, harusnya lo gak ada di sini. So, kenapa takut?”
Ir-004 menghela nafas kasar mendengar ucapan Ir-002 barusan, semua itu benar. Bilanglah dirinya egois, tapi itu bukan kehendak ia sepenuhnya.
“Gue gak akan ada di sini kalo bukan karena seseorang.”
“Maksudnya?”
“Do you have a friends?”
“Before this?”
“Ya.” Ir-004 mengangguk.
Ir-002 terdiam sejenak sebelum menjawab, “Menurut lo?”
“Nothing.”
“That's!” Ir-002 mengangguk membenarkan jawaban Ir-004.
“Dari digit angka lo, lo dari Y-2, kan? Saat latihan gabungan gue bisa lihat gimana ambis dan egoisnya kalian.”
Ir-002 tertawa mendengar perkataan Ir-004, semua yang ia katakan benar, tidak ada yang salah.
Sebelum ini, Irregular Agent berasal dari 10 tim yang terdiri dari tim Y-1 sampai Y-10. Masing-masing tim berisikan 10 orang, dari awal mereka berada di sana mereka selalu bersama.
Latihan bela diri, menembak, belajar komputer, medis dan lain-lainnya. Sebagian tim bisa beradaptasi menjadi sebuah keluarga. Namun tidak bagi tim Y-1 dan Y-2, keegoisan dan ambisi terlalu menggebu-gebu dibenak mereka.
“Tapi lo hebat bisa bertahan, gak kayak gue, bertahan karena orang,” lirih Ir-004 pelan.
“Gak semua orang terlihat seperti yang ada di mata, lo.”
“Lo tau? Seharusnya gue mati, tapi waktu itu yang harusnya dia ngebunuh gue, malah dia ngebunuh dirinya sendiri.”
“Lo ngerasa bersalah? Padahal lo gak kenal siapa dia? I mean, kita baru kenal di sini, bahkan kita gak ingat siapa kita sebelum ini. Bajingan bernama John itu menghapus semua ingatan kita,” ujar Ir-002.
“Jadi itu alasannya waktu 10 orang dari masing-masing tim dipersatukan, lo cuman diem? Untung lo gak kebunuh,” sambungnya. “Kalo gak kan sia-sia dia yang udah nyelamatin lo.”
Ir-004 hanya diam, bahkan hampir menangis saat kembali mengingat kejadian sebelum ini.
“Udah santai aja, ya? We are friends right now.”
Ir-004 mengangguk lalu ia berdiri dari sofa.
“Gue mau balik,” ucapnya lalu melangkah menuju pintu.
“But ....”
Langkah Ir-004 tertahan mendengar suara Ir-002.
“We're not a real team, because It's a competition,” ucapnya. “Kompetisi bertahan hidup.”