Terlambat
Embun tidak berhenti tersenyum menyaksikan keasikan Jonathan dan juga Galaxy. Ia benar-benar merasa bahagia sekarang.
“Bunda!!!” seru Galaxy memanggil Embun.
Dengan cepat Embun menghampiri Galaxy yang sedang berlari ke arahnya.
“Iya anak bunda kenapa?” tanya Embun ke Galaxy saat Galaxy telah sampai di pelukannya.
“I love you,” ucap Galaxy seraya mengecup pipi Embun secara bergantian.
Embun merasa bingung, ada apa Galaxy tiba-tiba bilang i love you kepada dirinya. Embun mengangkat kepalanya menatap Jonathan, Jonathan hanya tersenyum.
Pandangan Embun kembali ke Galaxy. “I love you too abang,” balas Embun seraya mengecup pipi Galaxy.
Embun memeluk erat tubuh Galaxy, menyalurkan semua rasa sayangnya kepada anak satu-satunya itu.
“Ayah,” panggil Galaxy ke Jonathan. “Sini,” ajak Galaxy agar jongkok di sebelah Embun.
Jonathan dengan segera mengikuti arahan sang anak.
“Say i love you ke bunda,” suruh Galaxy membuat Embun dan juga Jonathan terkejut.
Jonathan tersenyum. “I love you bunda,” ucap Jonathan seraya menatap mata Embun.
Embun dapat melihat ketulusan yang sama dari sorot mata Jonathan, tatapan yang sangat ia ia sukai.
“I love you too ayah,” balas Embun, tidak sengaja Embun meneteskan air matanya.
“Ayah, kiss bunda.” Galaxy memegang kening nya sendiri memberi kode agar Jonathan mencium kening Embun.
Walaupun gugup perlahan Jonathan mendekatkan wajahnya ke Embun. “Maaf,” ucap Jonathan agar Embun tidak tersinggung.
Embun membalasnya dengan senyuman dan anggukan. “Gapapa Jo.”
Beberapa detik kemudian Jonathan mendaratkan bibirnya tepat di kening Embun. Embun memejamkan matanya, walaupun beberapa hari ini ia sering menerima kecupan kecil dari Jonathan, namun kali ini rasanya berbeda.
Hangat, dan juga nyaman. Rasa yang dulu pernah ada, kini kembali lagi.
Ciuman Jonathan sedikit lama, lalu ia menjauhkan wajahnya dan menatap mata Embun.
“Cieee ayah bunda, Gala mau main dulu deh,” kata Galaxy mengejek Embun dan juga Jonathan.
Embun dan juga Jonathan tertawa melihat tingkah random Galaxy.
“Kenapa sih anak kamu Jo?” tanya Embun.
Jonathan berdiri lalu ia mengulurkan tangannya menarik Embun.
“Anak kamu juga,” jawabnya seraya menarik tangan Embun kembali ke tempat di mana Embun berteduh dari panasnya sinar matahari di pantai.
“Kayaknya Gala udah terkontaminasi sama kamu deh Jo,” ucap Embun.
Jonathan menoleh menatap Embun. “Kan aku ayahnya,” balas Jonathan sedikit sombong.
Embun tertawa mendengar hal tersebut. Keduanya kembali fokus menatap Galaxy yang sedang bermain dengan pasir pantai. Sampai Embun memberanikan diri untuk memberitahukan sesuatu ke Jonathan.
“Jo,” panggil Embun.
Jonathan menolehkan pandangannya lagi. “Iya Embun?”
“Sebentar lagi ingatan aku bakalan terganggu,” ucap Embun dengan suara kecil.
Jonathan mengangguk paham. “Aku udah tau semuanya dari dokter Keenan.”
Memang benar, setelah penyakit Embun terungkap, Jonathan sangat sering mendatangi dokter Jonathan walaupun bukan saat dirinya mengantarkan Embun untuk check up. Jonathan hanya ingin mengetahui lebih banyak tentang kondisi Embun.
“Bantu aku ya Jo?”
Jonathan memegang kedua tangan Embun. “Sampai akhir, aku akan bantu kamu, bertahan ya?”
Embun memejamkan matanya, beriringan dengan itu air mata Embun jatuh membasahi pipinya.
“Aku terlambat ya Jo?”
“Hm?”
“Aku pengen sembuh.” Tangis Embun pecah.
Jonathan menarik Embun ke dekapannya, membuat Embun menangis sejadi-jadinya di dekapan Jonathan.
Tangan Jonathan mengusap lembut rambut Embun, agar Embun merasa tenang.
“Kamu bisa sembuh Embun, gak ada kata terlambat,” ucapnya menenangkan Embun.
“Kalo aku mat—”
“Hsssttt,” potong Jonathan tidak ingin mendengar lebih lanjut ucapan ngawur Embun.
“Wanita yang ada di pelukan aku sekarang adalah wanita hebat yang pernah ada di dalam hidup aku, apapun yang akan terjadi kedepannya yang penting kamu bahagia ya?”
Embun mengangguk, ia membalas pelukan Jonathan.
“Kamu ingat apa kata aku dulu?”
“Definisi bahagia itu banyak—' Embun menggantungkan ucapannya.
“Bersama belum tentu bahagia, tidak bersama belum tentu tidak bahagia, itu kata aku waktu hubungan kita hampir putus di tengah jalan, tapi apa kata takdir? Aku bahagia disaat ada dan tidak adanya kamu,” kata Jonathan melengkapi ucapan Embun.
“Itu karena apa? Karena cinta aku yang tidak pernah luntur untuk kamu Embun. Sekarang kita bahagia dulu ya?” Jonathan menangkup pipi Embun, mengusap air mata Embun yang kian berhenti.
“Jangan berpikir negatif dulu, gak ada kata terlambat.”
Embun kembali menenggelamkan wajahnya di dada Jonathan, meluapkan semua emosinya.
“Aku cuman mau kamu bahagia Embun, setelah semua penderitaan yang kamu alami,” ucap Jonathan lalu ia mencium pucuk kepala Embun.