tiga belas
Terhitung sudah hampir dua bulan setelah Johnny resmi bercerai dengan Karin. Rumah benar-benar hancur, bukan hancur karena berantakan barang-barang, tapi hancur karena Johnny yang kini seakan kehilangan arah.
hari ini Hazel tepat hari dimana Hazel akan menginjak usia lima tahun, tentu bagi anak kecil ulang tahun itu adalah hari yang mereka tunggu-tunggu. Namun, tidak bagi Hazel, dia sama sekali tidak tertarik dengan perayaan ulang tahun.
Namun bagi Johnny ini adalah hari yang tepat untuk dia semakin dekat dengan Hazel. Bahkan disaat seperti ini pun, dia tetap akan merayakan ulang tahun Hazel, walaupun dengan perayaan sederhana.
Johnny pulang dengan sebuah kue ulang tahun berukuran sedang di tangannya. Setelah dia turun dari motornya, dia berpas-pasan dengan art yang dipekerjakan oleh Jay untuk menjaga dan mengurus anak-anak Johnny, selagi Johnny kerja.
Biasa akan ada Ran yang menunggu di depan pintu, namun setelah kepergian Karin, Ran tidak lagi menunggu pulangnya Johnny. Dan Johnny pun tidak memperrdulikan hal itu.
“Hazel,” panggil Johnny kala melihat Hazel akan beranjak dari ruang tamu. “Jangan pergi dulu, ayah bawa kue buat kamu.”
Hazel pun mengurungkan niatnya untuk pergi dari sana, awalnya Hazel berniat untuk ke kamar.
Johnny melangkahkan kakinya, dan duduk di samping Hazel. Tidak lupa Johnny memberikan senyumnya kepada Hazel, tidak peduli seberapa susahnya dia untuk memberikan senyum itu.
Tidak lupa Johnny membuka kotak kue yang dia bawa pulang. Sama seperti ulang tahun sebelumnya, Hazel tidak pernah menunjukkan ekspresi lebih kala Johnny menyiapkan ini semua untuknya.
Setelah membukakan kotak kue itu, Johnny menolehkan pandangannya menghadap Hazel. “Kamu suka?”
Hazel hanya mengangguk, tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban.
“Selamat ulang tahun anak Ayah, maafin Ayah masih belum bisa beliin kamu hadiah, ya.”
“Hazel tidak minta, Ayah. Terima kasih,” kata Hazel, sedikit menyayat hati Johnny.
Johnny tidak menanggapinya lagi, dia sendiri bingung bagaimana caranya agar dia dekat dengan Hazel, terlebih setelah keadaan seperti ini. Hazel tidak banyak bicara seperti Maraka apalagi Ran, sebab itu Johnny takut kalau nanti hubungannya dengan Hazel tidak baik-baik saja kedepannya.
Di sisi lain Maraka sedang menemani Ran di kamar mereka, sebisa mungkin Maraka mengalihkan fokus Ran agar tetap bermain di kamar dengannya. Karena Mara tahu hari ini adalah hari ulang tahun Hazel, Mara tidak mau terjadi apa-apa kalau Ran nantinya ikut serta di luar.
Setelah melihat Johnny memukul Ran, Maraka jadi khawatir dengan Ran, namun, dia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa terhadap Ran.
“Abang,” panggil Ran.
“Ya?”
“Benci itu apa?” tanya Ran sambil mengingat kembali kalimat yang pernah Johnny katakan padanya. Gadis itu masih saja mengingat kalimat itu, karena dia sama sekali tidak memahaminya. Dan sekarang dia mempunyai keberanian untu bertanya.
Maraka yang ditanya sedikit bingung menjawab seperti apa. Di saat dia sendiri juga belum begitu menguasai banyak kosa kata.
“Hm ... Benci itu sayang?”
“Jadi Ayah sayang sama Ran?”
Mara mengangguk dengan yakin. “Tentu!”
“Ran juga sayang sama Ayah! Terima kasih Ayah karena sudah sayang sama Ran!” Ran tersenyum dengan begitu lebar dan begitu polos, dia sama sekali tidak tahu apa yang baru saja dia ucapkan dan dia dengar.
Ran belum tahu apa makna kata 'sayang' sebenarnya, namun mendengar itu begitu membuatnya senang entah kenapa. Padahal dia tidak tahu apa yang akan terjadi beberapa tahun ke depan, apakah dia akan tetap sayang kepada Johnny, apa malah sebaliknya.
Lalu bagaimana dengan Johnny, apa dia berhasil mengalahkan rasa bencinya, atau semakin besar Ran, semakin besar juga rasa benci itu.
Tidak ada yang tahu sekarang, hanya waktu yang akan menjawab secara perlahan.