.
“Udah lama ya kita gak jalan-jalan begini,” kata Embun.
Cherry mengangguk setuju. “Terakhir kali waktu kuliah kalo gak salah,” sahut Cherry.
Kini Cherry dan juga Embun sedang berjalan bertiga dengan Daffa, jalan-jalan menikmati angin malam di Jakarta.
“Kenapa Embun?” tanya Cherry.
Embun menatap Cherry, menyatukan alisnya kebingungan.
“Kenapa? tanya Embun balik, karena tidak paham dengan pertanyaan Cherry.
Cherry menghela nafas panjang. “Kenapa lo sembunyiin ini semua dari kita?” tanya Cherry lagi, namun nada bicaranya mulai meninggi.
“Karena gue gak mau kalian khawatir,” jawab Embun lemah.
“Lo begini malah bikin kita tambah khawatir Embun!” bentak Cherry.
Air mata Cherry berhasil lolos, dengan cepat Embun menyeka air mata itu.
Embun menggenggam tangan Cherry. “Gak ada yang perlu dikhawatirkan Cherry, semua akan pergi ketika sudah waktunya,” balas Embun dengan lembut.
Daffa hanya diam dan terus mengikuti kemanapun Embun dan juga Cherry melangkahkan kakinya, Daffa juga merasakan sedih yang sama seperti Cherry, bagaimanapun ia sudah menganggap Embun seperti adiknya sendiri.
“Malam ini, Embun hanya ingin menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan kalian Cherr, daf,” ucap Embun seraya menatap Cherry dan Daffa secara bergantian.
“Kita senang-senang ya malam ini?”
Cherry dan juga Daffa mengangguk. Dengan cepat Cherry merangkul tangan Embun.
“Ayo kita senang-senang!” Seru Cherry bersemangat.
Mereka bertiga kembali melanjutkan perjalanannya.
Tidak lama mereka berjalan, langkah Embun sedikit melambat. Ia seperti mencium wangi tubuh yang familiar di antara kerumunan orang-orang disekitarnya.
“Mungkin cuman perasaan Embun,” batin Embun. Lalu ia kembali menyamakan langkahnya dengan Cherry.