#.

Selamat malam ayah.


Tok tok tok

Mendengar suara ketukan pintu kamar, Ran dengan segera beranjak dari kasurnya membuka pintu kamarnya.

Ia terkejut karena melihat tubuh tinggi sang ayah di depan pintunya, jantung Ran berdetak lebih kencang.

“Ini.” Johnny menyodorkan sapu tangan milik Ran, yang sempat Ran selipkan dulu.

“Lain kali jangan kasih barang-barang kamu ke saya.”

Ran mengambil sapu tangan tersebut, ia tersenyum walaupun tidak menatap mata Johnny, karena ia takut Johnny akan membenci dirinya lebih dalam lagi.

Ran selalu mengingat hal itu, lebih tepatnya ia berusaha terus mengingat bahwa sang ayah sangat membenci matanya.

“Iya ayah, maaf.”

Tanpa menjawab, Johnny langsung membalikkan tubuhnya hendak pergi dari hadapan Ran.

“Ayah,” panggil Ran tiba-tiba.

“Apa?” tanya Johnny tanpa membalikkan tubuhnya.

“Selamat malam ayah,” ucap Ran.

Ran senang, Ran berhasil mengucapkan satu kalimat itu kepada ayahnya.

Johnny tidak menjawab ucapan Ran, ia melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Ran tidak melunturkan senyumannya, ia menatap sapu tangan tersebut.

“Wangi ayah, kamu di sana berguna kan sapu tangan? Terima kasih sapu tangan!”

Ran kembali menutup pintu kamarnya, lalu ia menyimpan sapu tangan tadi di lemarinya.

“Ran gak akan pake, karena itu untuk ayah.”


“Saya gak bisa,” monolog Johnny sesampainya di kamar.

Ia terduduk di kasur miliknya, menopang dagunya menggunakan kedua tangannya.

“Dia sangat mirip dengan kamu Karin, saya berusaha agar tidak membenci dia, tapi kenapa saya gak bisa?