Panglimakun

Hari ini, hari dimana Embun akan bekerja untuk yang pertama kalinya setelah melewati masalah yang membuatnya jatuh.

Namun ketika Embun tengah melihat timeline twitter begitu terkejutnya ia melihat koment dan postingan Jonathan.

Embun tersenyum, namun ia tidak bisa menahan air matanya.

“Kamu bahagia di sana ya Jo,” monolognya lalu dengan segera menyeka air matanya.

Embun bangkit dari duduknya, ia berdiri tepat di depan cermin di kamar apartemennya. Melihat mata yang sembap karena tanpa hari ia tidak menangis.

Embun meletakkan kedua tangannya di pundak dirinya sendiri.

“Embun ikhlaskan semuanya ya, sekarang kamu harus bangkit. Hidup sendiri lagi, pikirkan kebahagiaan mu juga. Jonathan udah bahagia dengan kehidupannya okey?” Embun menatap pantulan dirinya melalu kaca, ia terus-menerus menepuk kedua pundaknya.

Lagi dan lagi Embun kembali menangis, namun kali ini tangisannya kembali pecah.

Embun kembali terisak, mengingat betapa sakit pria yang sangat ia cintai, pria yang sangat mencintai dirinya dulu kini berada di pelukan wanita lain.

Embun mengusap lembut kedua pundaknya, dengan tangan yang menyilang.

“It's okay okay Embun, sekarang dia udah gak butuh kamu lagi oke? Nangis aja gpp, Embun bisa.” Isak tangis Embun semakin menjadi-jadi.

Maaf Jonathan, maaf Embun belum bisa mengikhlaskan dirimu. Maafin Embun.

Setelah beberapa saat Embun kembali tersadar, ia dengan cepat menghapus air matanya, ia memperbaiki make up yang rusak karena air matanya.

“Ayo kerja! Dunia kejam, kamu harus kuat!” Ucap Embun dengan semangat, dan senyum yang lebar.

Menangis itu hal yang wajar, luapkan semua emosi mu. Peluk dirimu sendiri, lalu ucapkan terima kasih telah berjuang sampai sekarang. Kamu hebat.

Hari ini, hari dimana Embun akan bekerja untuk yang pertama kalinya setelah melewati masalah yang membuatnya jatuh.

Namun ketika Embun tengah melihat timeline twitter begitu terkejutnya ia melihat koment dan postingan Jonathan.

Embun tersenyum, namun ia tidak bisa menahan air matanya.

“Kamu bahagia di sana ya Jo,” monolognya lalu dengan segera menyeka air matanya.

Embun bangkit dari duduknya, ia berdiri tepat di depan cermin di kamar apartemennya. Melihat mata yang sembap karena tanpa hari ia tidak menangis.

Embun meletakkan kedua tangannya di pundak dirinya sendiri.

“Embun ikhlaskan semuanya ya, sekarang kamu harus bangkit. Hidup sendiri lagi, pikirkan kebahagiaan mu juga. Jonathan udah bahagia dengan kehidupannya okey?” Embun menatap pantulan dirinya melalu kaca, ia terus-menerus menepuk kedua pundaknya.

Lagi dan lagi Embun kembali menangis, namun kali ini tangisannya kembali pecah.

Embun kembali terisak, mengingat betapa sakit pria yang sangat ia cintai, pria yang sangat mencintai dirinya dulu kini berada di pelukan wanita lain.

Embun mengusap lembut kedua pundaknya, dengan tangan yang menyilang.

“It's okay okay Embun, sekarang dia udah gak butuh kamu lagi oke? Nangis aja gpp, Embun bisa.” Isak tangis Embun semakin menjadi-jadi.

Maaf Jonathan, maaf Embun belum bisa mengikhlaskan dirimu. Maafin Embun.

Setelah beberapa saat Embun kembali tersadar, ia dengan cepat menghapus air matanya, ia memperbaiki make up yang rusak karena air matanya.

“Ayo kerja! Dunia kejam, kamu harus kuat!” Ucap Embun dengan semangat, dan senyum yang lebar.

– Menangis itu hal yang wajar, luapkan semua emosi mu. Peluk dirimu sendiri, lalu ucapkan terima kasih telah berjuang sampai sekarang. Kamu hebat.

Hari ini, hari dimana Embun akan bekerja untuk yang pertama kalinya setelah melewati masalah yang membuatnya jatuh.

Namun ketika Embun tengah melihat timeline twitter begitu terkejutnya ia melihat koment dan postingan Jonathan.

Embun tersenyum, namun ia tidak bisa menahan air matanya.

“Kamu bahagia di sana ya Jo,” monolognya lalu dengan segera menyeka air matanya.

Embun bangkit dari duduknya, ia berdiri tepat di depan cermin di kamar apartemennya. Melihat mata yang sembap karena tanpa hari ia tidak menangis.

Embun meletakkan kedua tangannya di pundak dirinya sendiri.

“Embun ikhlaskan semuanya ya, sekarang kamu harus bangkit. Hidup sendiri lagi, pikirkan kebahagiaan mu juga. Jonathan udah bahagia dengan kehidupannya okey?” Embun menatap pantulan dirinya melalu kaca, ia terus-menerus menepuk kedua pundaknya.

Lagi dan lagi Embun kembali menangis, namun kali ini tangisannya kembali pecah.

Embun kembali terisak, mengingat betapa sakit pria yang sangat ia cintai, pria yang sangat mencintai dirinya dulu kini berada di pelukan wanita lain.

Embun mengusap lembut kedua pundaknya, dengan tangan yang menyilang.

“It's okay okay Embun, sekarang dia udah gak butuh kamu lagi oke? Nangis aja gpp, Embun bisa.” Isak tangis Embun semakin menjadi-jadi.

Maaf Jonathan, maaf Embun belum bisa mengikhlaskan dirimu. Maafin Embun.

Setelah beberapa saat Embun kembali tersadar, ia dengan cepat menghapus air matanya, ia memperbaiki make up yang rusak karena air matanya.

“Ayo kerja! Dunia kejam, kamu harus kuat!” Ucap Embun dengan semangat, dan senyum yang lebar.

. Menangis itu hal yang wajar, luapkan semua emosi mu. Peluk dirimu sendiri, lalu ucapkan terima kasih telah berjuang sampai sekarang. Kamu hebat.

Hari ini, hari dimana Embun akan bekerja untuk yang pertama kalinya setelah melewati masalah yang membuatnya jatuh.

Namun ketika Embun tengah melihat timeline twitter begitu terkejutnya ia melihat koment dan postingan Jonathan.

Embun tersenyum, namun ia tidak bisa menahan air matanya.

“Kamu bahagia di sana ya Jo,” monolognya lalu dengan segera menyeka air matanya.

Embun bangkit dari duduknya, ia berdiri tepat di depan cermin di kamar apartemennya. Melihat mata yang sembap karena tanpa hari ia tidak menangis.

Embun meletakkan kedua tangannya di pundak dirinya sendiri.

“Embun ikhlaskan semuanya ya, sekarang kamu harus bangkit. Hidup sendiri lagi, pikirkan kebahagiaan mu juga. Jonathan udah bahagia dengan kehidupannya okey?” Embun menatap pantulan dirinya melalu kaca, ia terus-menerus menepuk kedua pundaknya.

Lagi dan lagi Embun kembali menangis, namun kali ini tangisannya kembali pecah.

Embun kembali terisak, mengingat betapa sakit pria yang sangat ia cintai, pria yang sangat mencintai dirinya dulu kini berada di pelukan wanita lain.

Embun mengusap lembut kedua pundaknya, dengan tangan yang menyilang.

“It's okay okay Embun, sekarang dia udah gak butuh kamu lagi oke? Nangis aja gpp, Embun bisa.” Isak tangis Embun semakin menjadi-jadi.

Maaf Jonathan, maaf Embun belum bisa mengikhlaskan dirimu. Maafin Embun.

Setelah beberapa saat Embun kembali tersadar, ia dengan cepat menghapus air matanya, ia memperbaiki make up yang rusak karena air matanya.

“Ayo kerja! Dunia kejam, kamu harus kuat!” Ucap Embun dengan semangat, dan senyum yang lebar.

Cherry yang masih panik menunggu kedatangan Daffa. Kini Cherry berada di depan pintu apartemen Embun. Entah kenapa dari tadi Embun tidak menyahut panggilan dari Cherry, Cherry khawatir Embun akan nekat menyakiti dirinya mengingat pesan terakhir yang ia dapatkan dari Embun.

“Daffa! Cepet,” Panggil Cherry ketika melihat Daffa keluar dari lift apartemen.

“Kamu gak inget Sandi nya?” Tanya Daffa menghampiri Cherry.

Cherry menggeleng kuat.

Daffa memasukkan beberapa digit angka, dan ajaibnya pintu itu terbuka.

Cherry merasa takjub namun dengan buru-buru ia masuk dan mencari di mana keberadaan Embun.

“Embun!” Teriak Cherry.

Mendengar hal itu Embun segera keluar dari kamarnya dan melihat Cherry yang panik dan juga Daffa di belakangnya.

“Gue di sini Cher,” Jawab Embun pelan.

Tanpa berpikir panjang Cherry berlari ke arah Embun, memeluk Embun dengan erat.

“Jangan macem-macem Embun, gue gak mau hiks, kehilangan lo hueeee.” Tangisan Cherry pecah di pelukan Embun.

Embun tersenyum ia juga ikut menangis mendengar ucapan sahabatnya barusan.

“Gue gak ngapa-ngapain, tadi gue lagi nonton YouTube pake suara Full, makanya gak kedengaran,” Jawab Embun.

Jawaban Embun berhasil membuat tangisan Cherry menangis, Cherry melepaskan pelukannya dan menatap Embun dengan tatapan marah.

“Lo bikin gue panik, huaaaaaaaa Daffa,” Rengek Cherry kini berpindah memeluk Daffa.

Daffa segera menerima pelukan Cherry, ia terkekeh melihat pacarnya tersebut. Lalu mata Daffa menatap mata Embun dan tatapannya berpindah ke tangan kanan Embun.

Menyadari hal itu Embun dengan cepat menyembunyikan tangannya di sebalik tubuhnya.

Bohong jika ia tidak berusaha melukai bahkan hendak mengakhiri hidupnya. Beberapa saat yang lalu Embun berusaha melukai dirinya sendiri, mulai dengan menyayat tangannya sendiri, bahkan membenturkan kepalanya di dinding.

Ada tiga hal yang membuat ia berhenti, teriakan Cherry, podcast Hope S yang ia putar pada saat ia sedang berusaha melukai dirinya sendiri, dan juga Hujan, adik perempuan satu-satunya.

Embun harus bertahan dan bangkit, dia harus berdamai dengan masa lalu.

“Halo sobat Hope semuanya, kembali lagi sama gue Sandy Arkananta di channel Hope S, selesaikan masalahmu, kebahagiaan menunggu di depan.” Sandy baru saja mengucapkan kata pembuka yang kini jadi kata-kata iconic di videonya.

“So, sebelum kita masuk ke inti videonya nih, gue mau terima kasih banyak buat kalian semua yang udah support gue sampe sekarang,” Ucap Sandy dengan semangat seperti biasanya.

“Seperti yang udah kalian lihat nih di judul, podcast Hope hari ini lebih istimewa dari biasanya, karena hari gue kedatangan cewe cantik yang bakalan nemenin gue podcast selama 1 jam kedepan.”

“Halo Karina, Karina Dewina seorang selebgram dan juga aktris cantik yang lagi naik daun nih. Apa kabar Karin?” Sapa Sandy ke Karina yang ada di depannya.

Dengan ramah Karina membalas senyuman Sandy. “Baik dong, lo sendiri?” Tanya Karina balik. “Btw nih ya gue mau ngucapin terima kasih banyak udah ngundang gue ke podcast lo, gue tuh ngerasa terhormat loh,” Ucap Karina tiba-tiba.

Hal itu membuat Sandy shock tentu saja, ia bahkan sampai menutup mulutnya dengan kedua tangan, dan mengerutkan keningnya. “Kok bisa? Aturannya gue loh yang harus bilang gitu,” Bantah Sandy.

“Asal lo tau nih ya, gue udah ngikutin Hope S tuh dari zaman lo masih di Facebook, terus sampe lo pindah ke Twitter gue masih ngikutin,” Kata Karina.

Sandy lagi-lagi shock bukan main. “Selama itu?”

“Iya anji** bahkan gue bangkit karena kata-kata harapan dari lo,” Ungkap Karina.

Sandy menggelengkan kepalanya seraya bertepuk tangan. Merasa bangga kepada dirinya sendiri.

“Mantap banget ternyata gue,” Kata Sandy memuji dirinya sendiri. “Btw boleh dong ceritain kenapa bisa tiba-tiba lo itu naik dan panas-panasnya di kabarin di berita sana sini.”

“Nah itu yang buat gue bingung nih, kenapa bisa ya tiba-tiba gue naik.” Mereka berdua saling tertawa mendengar jawaban dari Karina.

“Jadi ini gue udah bisa mulai cerita nih ya?” Tanya Karina.

Sandy mengangguk seraya meneguk air mineral botol yang ada di genggamannya. “Silahkan,” Sahut Sandy setelah selesai minum.

“Well, gue udah terjun di dunia hiburan itu udah dari lama, kalo gak salah saat umur gue 18 tahun.” Karina mulai menceritakan kisah hidupnya dan Sandy mendengarkan nya dengan seksama.

“Ya seperti artis-artis biasanya gue gak sebegitu naik juga pada saat itu, dan akhirnya gue menghilang pada saat umur gue 19 tahun.”

Sandy mengangguk paham. “Dan sekarang umur lo 21 tahun kan ya, lo muncul lagi di media sosial dan hal yang pertama yang lo posting adalah muka bayi, kenapa bisa?” Tanya Sandy seraya menopang kepalanya dengan kedua tangan.

Karina terkekeh. “Ya bisa karena gue hamil,” Jawabnya singkat.

“Gue menghilang ya karena itu, karena gue hamil. Gue menghilang pindah ke salah satu Negara gue gak mau nyebut di mana itu. Dan ya, kenapa gue milih kembali lagi karena gue udah bisa berdamai dengan masa lalu,” Sambungnya.

Mata Karina mulai berkaca-kaca. Sandy yang mendengar hal itu juga merasakan sakit dan bisa membayangkan bahwa sosok yang ada di depannya sekarang adalah, seseorang yang membenci dirinya di masa lalu.

“Kenapa bisa lo bangkit dan bisa berdamai dengan masa lalu,” Tanya Sandy.

Karina tersenyum simpul. “Karena anak gue adalah harapan, gue berpikir dulu anak ini adalah pembawa sial gue benci sama dia, gue depresi.”

“Terus-menerus gue nangis, gue teriak-teriak kayak orang gak jelas, gue hancur banget lah intinya. Sampe suatu saat gue di bawa ke psikolog, pertama-tama memang gue masih gitu-gitu aja, tapi lama kelamaan gue mulai sadar apa yang gue pikirin ini tuh salah.”

Sandy lagi-lagi mengangguk paham. “Jadi kita jangan main-main sama yang namanya mental health ya,” tutur Sandy.

Karina mengangguk setuju. “Setuju banget, gue mau bilang ke siapapun lo yang lagi nonton video podcast ini, kalo emang lo lagi ngerasa jatuh banget, dan gak ada siapapun di samping lo, jangan takut untuk ke psikolog. Please gue percaya lo pasti bisa menghadapi itu semua,” Kata Karina seraya menatap ke arah camera yang sedang merekam mereka.

“Self diagnosa itu sangat membahayakan, jangan lakukan itu,” tambah Sandy.

“Betul, setelah gue perlahan membaik, cara pikir gue juga perlahan mulai normal. Yang dulunya yang gue pikirin itu cuman gue mau mati!” Tegas Karina. “Gue gak pernah mikir surga neraka apapun itu, yang gue pikirin cuman gimana caranya gue mati,” Sambungnya seraya menatap Sandy.

“Tapi tiba-tiba ketika gue perlahan sembuh gue berpikir, apa yang udah gue siapin kalo emang gue mau mati? Gue anaknya bukan anak yang taat ibadah, gue anak club, mabok tiap hari, having sex sana-sini, apa pantas gue mati saat itu juga? Itu pertanyaan yang muncul di pikiran gue, waktu perlahan gue sembuh.” Karina menggenggam kedua tangan yang ada di atas meja seraya memainkan jari-jari tangannya.

Sandy mengangguk, menyimak setiap cerita yang di sampaikan oleh Karina.

“Dan mulai saat itu gue terima anak gue, gue rawat dia sampe gue melahirkan. Dan lo tau apa yang bikin gue mau nunjukin dengan bangganya ke orang-orang tentang anak gue?” Tanya Karina dengan nada melas ke Sandy.

“Apa itu?”

“Pas gue gendong dia pertama kali, dia gak nangis, dia genggam jari telunjuk gue dengan tangan kecilnya, dia senyum. Dan gue ngerasa dia bilang 'Mom, aku udah lahir, sekarang aku yang bakalan jaga Mom, aku akan jadi kebahagiaan untuk Mom'.” Air mata berhasil lolos dari mata Karina, ia benar-benar tidak bisa menahan haru ketika mengingat kembali kejadian itu.

Sandy menggeleng-geleng takjub dengan perkataan Karina barusan seraya bertepuk tangan. Ia terdiam seribu kata, benar-benar merasa takjub.

“Wow, hebat!” Puji Sandy.

Karina tersenyum, ia menghapus air matanya menggunakan selembar tisu yang ada di tangannya.

“Berdamai dengan masa lalu itu gak buruk, hal-hal baik akan datang kepadamu suatu saat nanti, percaya gue,” Pesan Karina yang lagi-lagi membuat Sandy terdiam.

– Jika tidak ada satupun yang memaafkan dirimu, jangan salahkan diri sendiri.

Embun yang tengah menangis di pelukan Cherry sahabatnya yang selalu ada buat dirinya.

Ia menceritakan semuanya. Semua masalah yang bertubi-tubi datang menjatuhkan dirinya.

Keluarga Jonathan yang tiba-tiba menyuruh Jonathan menjatuhkan talak hanya karena Embun belum hamil selama 1 tahun pernikahan mereka.

Keluarga Jonathan yang mempermalukan keluarga Embun karena berasal dari keluarga miskin.

Ayah yang selalu membenci dirinya.

“Gue lagi di hukum sama alam ya Cher?” Tanya Embun seraya menatap mata Cherry.

Cherry yang sedari tadi ikut menangis tidak sanggup menatap mata sembap sahabatnya.

Cherry menggeleng. “No, lo gak salah, kenapa lo harus di hukum?”

Embun kembali terisak, benar kata Cherry, kenapa dirinya harus menerima hukuman jika tidak melakukan kesalahan?

“Gue nyerah aja ya Cher?” Tutur Embun tiba-tiba.

Tentu saja hal itu membuat Cherry marah, Cherry melepaskan pelukannya. Ia menatap Embun dengan tatapan tajam.

“Gue gatau harus bilang apa ke lo, kalo gue bilang bertahan untuk seseorang untuk siapa lo bertahan, pasti itu jawaban lo,” Jawab Cherry dengan nada sedikit marah.

“Bertahan buat diri lo sendiri Embun, please gue mohon sama lo. Kalo emang ini hukuman dari alam, lo harus jalanin hukuman ini.” Dada Cherry terasa sesak, ia sangat sakit melihat keadaan Embun dan juga betapa pedih yang di rasakan oleh Embun.

“Kalo emang gak ada satupun yang maafin lo.” Cherry menarik nafas. “Maka dari itu maafin diri lo sendiri Embun!” Finish Cherry dengan tangisan yang pecah.

Cherry kembali memeluk Embun, begitupun dengan Embun ia kembali menangis di pelukan sahabatnya itu. Ia tidak tau harus apa.

Ceklek

Pintu apartemen terbuka menampakkan seorang pria dengan tubuh yang tinggi berdiri di depan sana.

“Semuanya udah siap, apartemen ini udah jadi milik Embun,” Ucap pria tersebut.

“Terima kasih Daffa,” Kata Cherry kepada pria itu. Pria yang bernama Daffa yang merupakan kekasih dari Cherry.

Embun menghela nafasnya kasar. “Gue harus bayar pake apa?” Tanyanya lemah seraya menatap Daffa dan juga Cherry secara bergantian.

Daffa dan Cherry saling menatap satu sama lain sebelum Cherry menangkup tangan Embun dan mengusapnya dengan pelan.

“Bayar dengan hidup lo, lo harus bangkit lagi. Hidup sebagai Embun Gayatri yang gue kenal, itu bayarannya,” Jawab Cherry.

Embun menunduk lemah, bayaran yang sangat memberatkan dirinya, sesungguhnya Embun sangat ingin mengakhiri hidupnya sekarang juga.

“Hidup buat lo sendiri Embun, buat gue sahabat lo. Gue udah anggap lo sebagai kakak gue sendiri, gue mohon,” pinta Cherry. “Gue mohon bangkit dari ini semua,” Sambungnya.

Perlahan Embun mengangkat kepalanya, menatap mata Daffa yang sedari tadi melihat dirinya.

“Terima kasih Daffa, gue gak kenal lo tapi-” Embun tidak kuat melanjutkan ucapannya.

“Terima kasih,” lirihnya lagi sambil menunduk dan menangis.

Daffa tersenyum. “Mulai sekarang anggap gue abang lo, anggap kita keluarga. Sekarang lo punya tujuan hidup Embun,” Ucap Daffa. “Tujuan hidup lo buat keluarga lo, yaitu kita,” Sambungnya.

Embun mengangguk, perasaannya perlahan mulai membaik. Ia akan berusaha untuk memaafkan diri sendiri, dan juga orang-orang di sekitarnya.

– Jika tidak ada satupun yang memaafkan dirimu, jangan salahkan diri sendiri.

Embun yang tengah menangis di pelukan Cherry sahabatnya yang selalu ada buat dirinya.

Ia menceritakan semuanya. Semua masalah yang bertubi-tubi datang menjatuhkan dirinya.

Keluarga Jonathan yang tiba-tiba menyuruh Jonathan menjatuhkan talak hanya karena Embun belum hamil selama 1 tahun pernikahan mereka.

Keluarga Jonathan yang mempermalukan keluarga Embun karena berasal dari keluarga miskin.

Ayah yang selalu membenci dirinya.

“Gue lagi di hukum sama alam ya Cher?” Tanya Embun seraya menatap mata Cherry.

Cherry yang sedari tadi ikut menangis tidak sanggup menatap mata sembap sahabatnya.

Cherry menggeleng. “No, lo gak salah, kenapa lo harus di hukum?”

Embun kembali terisak, benar kata Cherry, kenapa dirinya harus menerima hukuman jika tidak melakukan kesalahan?

“Gue nyerah aja ya Cher?” Tutur Embun tiba-tiba.

Tentu saja hal itu membuat Cherry marah, Cherry melepaskan pelukannya. Ia menatap Embun dengan tatapan tajam.

“Gue gatau harus bilang apa ke lo, kalo gue bilang bertahan untuk seseorang untuk siapa lo bertahan, pasti itu jawaban lo,” Jawab Cherry dengan nada sedikit marah.

“Bertahan buat diri lo sendiri Embun, please gue mohon sama lo. Kalo emang ini hukuman dari alam, lo harus jalanin hukuman ini.” Dada Cherry terasa sesak, ia sangat sakit melihat keadaan Embun dan juga betapa pedih yang di rasakan oleh Embun.

“Kalo emang gak ada satupun yang maafin lo.” Cherry menarik nafas. “Maka dari itu maafin diri lo sendiri Embun!” Finish Cherry dengan tangisan yang pecah.

Cherry kembali memeluk Embun, begitupun dengan Embun ia kembali menangis di pelukan sahabatnya itu. Ia tidak tau harus apa.

Ceklek

Pintu apartemen terbuka menampakkan seorang pria dengan tubuh yang tinggi berdiri di depan sana.

“Semuanya udah siap, apartemen ini udah jadi milik Embun,” Ucap pria tersebut.

“Terima kasih Daffa,” Kata Cherry kepada pria itu. Pria yang bernama Daffa yang merupakan kekasih dari Cherry.

Embun menghela nafasnya kasar. “Gue harus bayar pake apa?” Tanyanya lemah seraya menatap Daffa dan juga Cherry secara bergantian.

Daffa dan Cherry saling menatap satu sama lain sebelum Cherry menangkup tangan Embun dan mengusapnya dengan pelan.

“Bayar dengan hidup lo, lo harus bangkit lagi. Hidup sebagai Embun Gayatri yang gue kenal, itu bayarannya,” Jawab Cherry.

Embun menunduk lemah, bayaran yang sangat memberatkan dirinya, sesungguhnya Embun sangat ingin mengakhiri hidupnya sekarang juga.

“Hidup buat lo sendiri Embun, buat gue sahabat lo. Gue udah anggap lo sebagai kakak gue sendiri, gue mohon,” pinta Cherry. “Gue mohon bangkit dari ini semua,” Sambungnya.

Perlahan Embun mengangkat kepalanya, menatap mata Daffa yang sedari tadi melihat dirinya.

“Terima kasih Daffa, gue gak kenal lo tapi-” Embun tidak kuat melanjutkan ucapannya.

“Terima kasih,” lirihnya lagi sambil menunduk dan menangis.

Daffa tersenyum. “Mulai sekarang anggap gue abang lo, anggap kita keluarga. Sekarang lo punya tujuan hidup Embun,” Ucap Daffa. “Tujuan hidup lo buat keluarga lo, yaitu kita,” Sambungnya.

Embun mengangguk, perasaannya perlahan mulai membaik. Ia akan berusaha untuk memaafkan diri sendiri, dan juga orang-orang di sekitarnya.

#– Jika tidak ada satupun yang memaafkan dirimu, jangan salahkan diri sendiri.

Embun yang tengah menangis di pelukan Cherry sahabatnya yang selalu ada buat dirinya.

Ia menceritakan semuanya. Semua masalah yang bertubi-tubi datang menjatuhkan dirinya.

Keluarga Jonathan yang tiba-tiba menyuruh Jonathan menjatuhkan talak hanya karena Embun belum hamil selama 1 tahun pernikahan mereka.

Keluarga Jonathan yang mempermalukan keluarga Embun karena berasal dari keluarga miskin.

Ayah yang selalu membenci dirinya.

“Gue lagi di hukum sama alam ya Cher?” Tanya Embun seraya menatap mata Cherry.

Cherry yang sedari tadi ikut menangis tidak sanggup menatap mata sembap sahabatnya.

Cherry menggeleng. “No, lo gak salah, kenapa lo harus di hukum?”

Embun kembali terisak, benar kata Cherry, kenapa dirinya harus menerima hukuman jika tidak melakukan kesalahan?

“Gue nyerah aja ya Cher?” Tutur Embun tiba-tiba.

Tentu saja hal itu membuat Cherry marah, Cherry melepaskan pelukannya. Ia menatap Embun dengan tatapan tajam.

“Gue gatau harus bilang apa ke lo, kalo gue bilang bertahan untuk seseorang untuk siapa lo bertahan, pasti itu jawaban lo,” Jawab Cherry dengan nada sedikit marah.

“Bertahan buat diri lo sendiri Embun, please gue mohon sama lo. Kalo emang ini hukuman dari alam, lo harus jalanin hukuman ini.” Dada Cherry terasa sesak, ia sangat sakit melihat keadaan Embun dan juga betapa pedih yang di rasakan oleh Embun.

“Kalo emang gak ada satupun yang maafin lo.” Cherry menarik nafas. “Maka dari itu maafin diri lo sendiri Embun!” Finish Cherry dengan tangisan yang pecah.

Cherry kembali memeluk Embun, begitupun dengan Embun ia kembali menangis di pelukan sahabatnya itu. Ia tidak tau harus apa.

Ceklek

Pintu apartemen terbuka menampakkan seorang pria dengan tubuh yang tinggi berdiri di depan sana.

“Semuanya udah siap, apartemen ini udah jadi milik Embun,” Ucap pria tersebut.

“Terima kasih Daffa,” Kata Cherry kepada pria itu. Pria yang bernama Daffa yang merupakan kekasih dari Cherry.

Embun menghela nafasnya kasar. “Gue harus bayar pake apa?” Tanyanya lemah seraya menatap Daffa dan juga Cherry secara bergantian.

Daffa dan Cherry saling menatap satu sama lain sebelum Cherry menangkup tangan Embun dan mengusapnya dengan pelan.

“Bayar dengan hidup lo, lo harus bangkit lagi. Hidup sebagai Embun Gayatri yang gue kenal, itu bayarannya,” Jawab Cherry.

Embun menunduk lemah, bayaran yang sangat memberatkan dirinya, sesungguhnya Embun sangat ingin mengakhiri hidupnya sekarang juga.

“Hidup buat lo sendiri Embun, buat gue sahabat lo. Gue udah anggap lo sebagai kakak gue sendiri, gue mohon,” pinta Cherry. “Gue mohon bangkit dari ini semua,” Sambungnya.

Perlahan Embun mengangkat kepalanya, menatap mata Daffa yang sedari tadi melihat dirinya.

“Terima kasih Daffa, gue gak kenal lo tapi-” Embun tidak kuat melanjutkan ucapannya.

“Terima kasih,” lirihnya lagi sambil menunduk dan menangis.

Daffa tersenyum. “Mulai sekarang anggap gue abang lo, anggap kita keluarga. Sekarang lo punya tujuan hidup Embun,” Ucap Daffa. “Tujuan hidup lo buat keluarga lo, yaitu kita,” Sambungnya.

Embun mengangguk, perasaannya perlahan mulai membaik. Ia akan berusaha untuk memaafkan diri sendiri, dan juga orang-orang di sekitarnya.

– Jika tidak ada satupun yang memaafkan dirimu, jangan salahkan diri sendiri.

Embun yang tengah menangis di pelukan Cherry sahabatnya yang selalu ada buat dirinya.

Ia menceritakan semuanya. Semua masalah yang bertubi-tubi datang menjatuhkan dirinya.

Keluarga Jonathan yang tiba-tiba menyuruh Jonathan menjatuhkan talak hanya karena Embun belum hamil selama 1 tahun pernikahan mereka.

Keluarga Jonathan yang mempermalukan keluarga Embun karena berasal dari keluarga miskin.

Ayah yang selalu membenci dirinya.

“Gue lagi di hukum sama alam ya Cher?” Tanya Embun seraya menatap mata Cherry.

Cherry yang sedari tadi ikut menangis tidak sanggup menatap mata sembap sahabatnya.

Cherry menggeleng. “No, lo gak salah, kenapa lo harus di hukum?”

Embun kembali terisak, benar kata Cherry, kenapa dirinya harus menerima hukuman jika tidak melakukan kesalahan?

“Gue nyerah aja ya Cher?” Tutur Embun tiba-tiba.

Tentu saja hal itu membuat Cherry marah, Cherry melepaskan pelukannya. Ia menatap Embun dengan tatapan tajam.

“Gue gatau harus bilang apa ke lo, kalo gue bilang bertahan untuk seseorang untuk siapa lo bertahan, pasti itu jawaban lo,” Jawab Cherry dengan nada sedikit marah.

“Bertahan buat diri lo sendiri Embun, please gue mohon sama lo. Kalo emang ini hukuman dari alam, lo harus jalanin hukuman ini.” Dada Cherry terasa sesak, ia sangat sakit melihat keadaan Embun dan juga betapa pedih yang di rasakan oleh Embun.

“Kalo emang gak ada satupun yang maafin lo.” Cherry menarik nafas. “Maka dari itu maafin diri lo sendiri Embun!” Finish Cherry dengan tangisan yang pecah.

Cherry kembali memeluk Embun, begitupun dengan Embun ia kembali menangis di pelukan sahabatnya itu. Ia tidak tau harus apa.

Ceklek

Pintu apartemen terbuka menampakkan seorang pria dengan tubuh yang tinggi berdiri di depan sana.

“Semuanya udah siap, apartemen ini udah jadi milik Embun,” Ucap pria tersebut.

“Terima kasih Daffa,” Kata Cherry kepada pria itu. Pria yang bernama Daffa yang merupakan kekasih dari Cherry.

Embun menghela nafasnya kasar. “Gue harus bayar pake apa?” Tanyanya lemah seraya menatap Daffa dan juga Cherry secara bergantian.

Daffa dan Cherry saling menatap satu sama lain sebelum Cherry menangkup tangan Embun dan mengusapnya dengan pelan.

“Bayar dengan hidup lo, lo harus bangkit lagi. Hidup sebagai Embun Gayatri yang gue kenal, itu bayarannya,” Jawab Cherry.

Embun menunduk lemah, bayaran yang sangat memberatkan dirinya, sesungguhnya Embun sangat ingin mengakhiri hidupnya sekarang juga.

“Hidup buat lo sendiri Embun, buat gue sahabat lo. Gue udah anggap lo sebagai kakak gue sendiri, gue mohon,” pinta Cherry. “Gue mohon bangkit dari ini semua,” Sambungnya.

Perlahan Embun mengangkat kepalanya, menatap mata Daffa yang sedari tadi melihat dirinya.

“Terima kasih Daffa, gue gak kenal lo tapi-” Embun tidak kuat melanjutkan ucapannya.

“Terima kasih,” lirihnya lagi sambil menunduk dan menangis.

Daffa tersenyum. “Mulai sekarang anggap gue abang lo, anggap kita keluarga. Sekarang lo punya tujuan hidup Embun,” Ucap Daffa. “Tujuan hidup lo buat keluarga lo, yaitu kita,” Sambungnya.

Embun mengangguk, perasaannya perlahan mulai membaik. Ia akan berusaha untuk memaafkan diri sendiri, dan juga orang-orang di sekitarnya.