Panglimakun

. Jika tidak ada satupun yang memaafkan dirimu, jangan salahkan diri sendiri.

Embun yang tengah menangis di pelukan Cherry sahabatnya yang selalu ada buat dirinya.

Ia menceritakan semuanya. Semua masalah yang bertubi-tubi datang menjatuhkan dirinya.

Keluarga Jonathan yang tiba-tiba menyuruh Jonathan menjatuhkan talak hanya karena Embun belum hamil selama 1 tahun pernikahan mereka.

Keluarga Jonathan yang mempermalukan keluarga Embun karena berasal dari keluarga miskin.

Ayah yang selalu membenci dirinya.

“Gue lagi di hukum sama alam ya Cher?” Tanya Embun seraya menatap mata Cherry.

Cherry yang sedari tadi ikut menangis tidak sanggup menatap mata sembap sahabatnya.

Cherry menggeleng. “No, lo gak salah, kenapa lo harus di hukum?”

Embun kembali terisak, benar kata Cherry, kenapa dirinya harus menerima hukuman jika tidak melakukan kesalahan?

“Gue nyerah aja ya Cher?” Tutur Embun tiba-tiba.

Tentu saja hal itu membuat Cherry marah, Cherry melepaskan pelukannya. Ia menatap Embun dengan tatapan tajam.

“Gue gatau harus bilang apa ke lo, kalo gue bilang bertahan untuk seseorang untuk siapa lo bertahan, pasti itu jawaban lo,” Jawab Cherry dengan nada sedikit marah.

“Bertahan buat diri lo sendiri Embun, please gue mohon sama lo. Kalo emang ini hukuman dari alam, lo harus jalanin hukuman ini.” Dada Cherry terasa sesak, ia sangat sakit melihat keadaan Embun dan juga betapa pedih yang di rasakan oleh Embun.

“Kalo emang gak ada satupun yang maafin lo.” Cherry menarik nafas. “Maka dari itu maafin diri lo sendiri Embun!” Finish Cherry dengan tangisan yang pecah.

Cherry kembali memeluk Embun, begitupun dengan Embun ia kembali menangis di pelukan sahabatnya itu. Ia tidak tau harus apa.

Ceklek

Pintu apartemen terbuka menampakkan seorang pria dengan tubuh yang tinggi berdiri di depan sana.

“Semuanya udah siap, apartemen ini udah jadi milik Embun,” Ucap pria tersebut.

“Terima kasih Daffa,” Kata Cherry kepada pria itu. Pria yang bernama Daffa yang merupakan kekasih dari Cherry.

Embun menghela nafasnya kasar. “Gue harus bayar pake apa?” Tanyanya lemah seraya menatap Daffa dan juga Cherry secara bergantian.

Daffa dan Cherry saling menatap satu sama lain sebelum Cherry menangkup tangan Embun dan mengusapnya dengan pelan.

“Bayar dengan hidup lo, lo harus bangkit lagi. Hidup sebagai Embun Gayatri yang gue kenal, itu bayarannya,” Jawab Cherry.

Embun menunduk lemah, bayaran yang sangat memberatkan dirinya, sesungguhnya Embun sangat ingin mengakhiri hidupnya sekarang juga.

“Hidup buat lo sendiri Embun, buat gue sahabat lo. Gue udah anggap lo sebagai kakak gue sendiri, gue mohon,” pinta Cherry. “Gue mohon bangkit dari ini semua,” Sambungnya.

Perlahan Embun mengangkat kepalanya, menatap mata Daffa yang sedari tadi melihat dirinya.

“Terima kasih Daffa, gue gak kenal lo tapi-” Embun tidak kuat melanjutkan ucapannya.

“Terima kasih,” lirihnya lagi sambil menunduk dan menangis.

Daffa tersenyum. “Mulai sekarang anggap gue abang lo, anggap kita keluarga. Sekarang lo punya tujuan hidup Embun,” Ucap Daffa. “Tujuan hidup lo buat keluarga lo, yaitu kita,” Sambungnya.

Embun mengangguk, perasaannya perlahan mulai membaik. Ia akan berusaha untuk memaafkan diri sendiri, dan juga orang-orang di sekitarnya.

. Cerita indah yang harus berakhir.

Pranggg

Suara gelas pecah yang berhamburan ke lantai memenuhi ruang tamu rumah keluarga Gayatri.

Pelaku dari keributan ini adalah Langit Gayatri. Kepala keluarga yang seharusnya mencontohkan hal baik, namun sampai detik ini hanya amarah yang dia tunjukkan.

Embun memeluk erat sang adik, agar sang adik tidak ketakutan melihat kemarahan sang ayah.

“Ayah boleh marah sama Embun, tapi jangan buat ibu dan adik ketakutan Yah,” Protes Embun dengan tangisan yang tidak berhenti.

Langit terkekeh mendengar protes dari anak sulungnya itu. Tanpa berpikir panjang ia menarik rambut Embun dan mendorong Embun sehingga badannya menabrak dinding rumah.

“Argghh, sakit Yah, ampun,” Ringis Embun.

“Ampun kata kamu? Udah berapa kali ayah bilang jangan nikah sama mereka! Kamu lupa kita berasal dari keluarga miskin hah!” Bentak sang Ayah dengan nada yang sangat keras.

Embun semakin menangis, begitupun Hujan adik Embun yang berlari ke arah ibunya.

“Apa salahnya orang miskin seperti kita menikahi pria yang di cintai Yah? Embun cint-”

Plakk

Belum sempat Embun menghabiskan perkataannya, satu tamparan berhasil mendarat keras di pipi Embun.

“Salah ! Lihat sekarang kita di permalukan. Udah miskin nama jadi buruk,” Murka Ayah. “Keluar kamu dari sini.” Tangan Ayah menunjuk ke arah pintu, mengusir Embun dari rumah kediaman keluarga Gayatri.

“Jangan Ayah!” Hujan berteriak, dia tidak terima sang kakak di usir oleh ayahnya.

“Diam kamu!” Jerit sang Ayah.

Tangisan dari 3 wanita yang ada di rumah itu semakin menjadi-jadi.

Embun tersenyum menatap sang Ayah dengan tulus, ia berusaha berdiri walaupun badannya yang sudah lemas dan bergetar.

“Kalo itu mau Ayah, Embun pergi,” Ujar Embun pasrah.

Ia berlutut di hadapan Ayah. “Maafin Embun sudah membuat semuanya berantakan, biar Embun yang menanggung semua ini.” Tangisan Embun semakin deras membasahi pipinya. “Embun akan menebus kesalahan Embun, maafin Embun.”

Ayah enggan melihat sang anak yang sudah berlutut di hadapannya, amarahnya sama sekali belum reda, ia masih membenci anak sulung yang dia tuduh penyebab kesialan keluarga.

“Saya gak akan maafin kamu, keluar kamu sekarang!” Murka Ayah berteriak menyuruh Embun keluar.

Embun mengangguk, sekilas ia menatap adik dan ibunya untuk yang terakhir kali, memberi senyuman semanis dan senyaman mungkin agar mereka tenang.

Langkah Embun tidak berhenti, ia sampai tepat di pintu keluar. Tanpa berpikir panjang ia segera keluar dari rumah itu. Ia tidak sanggup mendengar tangisan adik dan juga ibunya di dalam.

Ia menyesal, karena telah membuat keluarganya meneteskan air mata.

“Bahkan Tuhan saja pemaaf, kenapa manusia tidak?” Monolog Embun seraya melangkahkan kakinya menjauh dari rumah dengan langkah yang bergetar.

Cerita indah yang sangat ia sukai, cerita yang ia barusan bangun dengan pria yang ia cintai kini harus berakhir karena keegoisan manusia.

.

-

Nasya dan Malvin duduk di pinggir pantai menikmati angin sore dan juga detik-detik matahari terbenam.

“Ca,” panggil Malvin.

Nasya menoleh ke arah Malvin yang sedari tadi menatap lembut dirinya. “Saya kak?” Sahut Nasya dengan suara imutnya.

Malvin tersenyum, ia menggeser dirinya agar lebih dekat dengan Nasya.

“Mantan aku ngechat, namanya Aleta,” Ungkap Malvin. “Tapi udah aku block,” Lanjutnya.

Nasya menatap mata Malvin kebingungan, kenapa Malvin harus menjelaskan hal itu ke dirinya?

Nasya mengangguk. “Kalo itu yang terbaik buat kakak gpp, Nasya gak larang kakak buat berteman sama siapa aja,” Jawab Nasya. “Tapi kalo ada yang berani rebut kak Malvin dari Nasya, nanti Nasya rwarr,” Sambungnya seraya meniru suara dinosaurus.

Malvin terkekeh gemas melihat tingkah gadis kecil yang ada di sampingnya. Gadis kecil yang kini telah resmi menjadi pacarnya.

“Kak,” panggil Nasya membuat Malvin yang sedari tadi melamun menatap mata Nasya tersentak kaget.

“Iya sayang?” Jawabnya.

“Terima kasih ya udah jujur,” Ucap Nasya.

Malvin mengangguk. “Terima kasih juga sayang,” Kata Malvin seraya mengusap lembut kepala Nasya.

Nasya terdiam, Jantungnya masih saja berdegup kencang jika di perlakukan dengan lembut oleh Malvin.

“Buat apa?”

“Terima kasih sudah hadir di hidup aku,” ucap Malvin dengan nada yang tegas namun lembut.

Muka Nasya tersipu malu. “Kak fotoin Nasya!” Suruh Nasya berusaha buat mengalihkan topik.

Tentu saja Malvin menyadari hal itu, ia sangat suka melihat gadisnya tersipu malu.

“Pake hp Nasya,” Kata Nasya seraya menyerahkan hpnya ke Malvin.

“Pake hp aku aja,” Tolak Malvin. “Biar foto kamu tersimpan di hp aku, dan kamu tersimpan di hati dan pikiran aku,” goda Malvin lagi-lagi membuat Nasya tersipu malu bahkan lebih dari tadi.


Nasya dan Malvin duduk di pinggir pantai menikmati angin sore dan juga detik-detik matahari terbenam.

“Ca,” panggil Malvin.

Nasya menoleh ke arah Malvin yang sedari tadi menatap lembut dirinya. “Saya kak?” Sahut Nasya dengan suara imutnya.

Malvin tersenyum, ia menggeser dirinya agar lebih dekat dengan Nasya.

“Mantan aku ngechat, namanya Aleta,” Ungkap Malvin. “Tapi udah aku block,” Lanjutnya.

Nasya menatap mata Malvin kebingungan, kenapa Malvin harus menjelaskan hal itu ke dirinya?

Nasya mengangguk. “Kalo itu yang terbaik buat kakak gpp, Nasya gak larang kakak buat berteman sama siapa aja,” Jawab Nasya. “Tapi kalo ada yang berani rebut kak Malvin dari Nasya, nanti Nasya rwarr,” Sambungnya seraya meniru suara dinosaurus.

Malvin terkekeh gemas melihat tingkah gadis kecil yang ada di sampingnya. Gadis kecil yang kini telah resmi menjadi pacarnya.

“Kak,” panggil Nasya membuat Malvin yang sedari tadi melamun menatap mata Nasya tersentak kaget.

“Iya sayang?” Jawabnya.

“Terima kasih ya udah jujur,” Ucap Nasya.

Malvin mengangguk. “Terima kasih juga sayang,” Kata Malvin seraya mengusap lembut kepala Nasya.

Nasya terdiam, Jantungnya masih saja berdegup kencang jika di perlakukan dengan lembut oleh Malvin.

“Buat apa?”

“Terima kasih sudah hadir di hidup aku,” ucap Malvin dengan nada yang tegas namun lembut.

Muka Nasya tersipu malu. “Kak fotoin Nasya!” Suruh Nasya berusaha buat mengalihkan topik.

Tentu saja Malvin menyadari hal itu, ia sangat suka melihat gadisnya tersipu malu.

“Pake hp Nasya,” Kata Nasya seraya menyerahkan hpnya ke Malvin.

“Pake hp aku aja,” Tolak Malvin. “Biar foto kamu tersimpan di hp aku, dan kamu tersimpan di hati dan pikiran aku,” goda Malvin lagi-lagi membuat Nasya tersipu malu bahkan lebih dari tadi.


Nasya dan Malvin duduk di pinggir pantai menikmati angin sore dan juga detik-detik matahari terbenam.

“Ca,” panggil Malvin.

Nasya menoleh ke arah Malvin yang sedari tadi menatap lembut dirinya. “Saya kak?” Sahut Nasya dengan suara imutnya.

Malvin tersenyum, ia menggeser dirinya agar lebih dekat dengan Nasya.

“Mantan aku ngechat, namanya Aleta,” Ungkap Malvin. “Tapi udah aku block,” Lanjutnya.

Nasya menatap mata Malvin kebingungan, kenapa Malvin harus menjelaskan hal itu ke dirinya?

Nasya mengangguk. “Kalo itu yang terbaik buat kakak gpp, Nasya gak larang kakak buat berteman sama siapa aja,” Jawab Nasya. “Tapi kalo ada yang berani rebut kak Malvin dari Nasya, nanti Nasya rwarr,” Sambungnya seraya meniru suara dinosaurus.

Malvin terkekeh gemas melihat tingkah gadis kecil yang ada di sampingnya. Gadis kecil yang kini telah resmi menjadi pacarnya.

“Kak,” panggil Nasya membuat Malvin yang sedari tadi melamun menatap mata Nasya tersentak kaget.

“Iya sayang?” Jawabnya.

“Terima kasih ya udah jujur,” Ucap Nasya.

Malvin mengangguk. “Terima kasih juga sayang,” Kata Malvin seraya mengusap lembut kepala Nasya.

Nasya terdiam, Jantungnya masih saja berdegup kencang jika di perlakukan dengan lembut oleh Malvin.

“Buat apa?”

“Terima kasih sudah hadir di hidup aku,” ucap Malvin dengan nada yang tegas namun lembut.

Muka Nasya tersipu malu. “Kak fotoin Nasya!” Suruh Nasya berusaha buat mengalihkan topik.

Tentu saja Malvin menyadari hal itu, ia sangat suka melihat gadisnya tersipu malu.

“Pake hp Nasya,” Kata Nasya seraya menyerahkan hpnya ke Malvin.

“Pake hp aku aja,” Tolak Malvin. “Biar foto kamu tersimpan di hp aku, dan kamu tersimpan di hati dan pikiran aku,” goda Malvin lagi-lagi membuat Nasya tersipu malu bahkan lebih dari tadi.


Nasya dan Malvin duduk di pinggir pantai menikmati angin sore dan juga detik-detik matahari terbenam.

“Ca,” panggil Malvin.

Nasya menoleh ke arah Malvin yang sedari tadi menatap lembut dirinya. “Saya kak?” Sahut Nasya dengan suara imutnya.

Malvin tersenyum, ia menggeser dirinya agar lebih dekat dengan Nasya.

“Mantan aku ngechat, namanya Aleta,” Ungkap Malvin. “Tapi udah aku block,” Lanjutnya.

Nasya menatap mata Malvin kebingungan, kenapa Malvin harus menjelaskan hal itu ke dirinya?

Nasya mengangguk. “Kalo itu yang terbaik buat kakak gpp, Nasya gak larang kakak buat berteman sama siapa aja,” Jawab Nasya. “Tapi kalo ada yang berani rebut kak Malvin dari Nasya, nanti Nasya rwarr,” Sambungnya seraya meniru suara dinosaurus.

Malvin terkekeh gemas melihat tingkah gadis kecil yang ada di sampingnya. Gadis kecil yang kini telah resmi menjadi pacarnya.

“Kak,” panggil Nasya membuat Malvin yang sedari tadi melamun menatap mata Nasya tersentak kaget.

“Iya sayang?” Jawabnya.

“Terima kasih ya udah jujur,” Ucap Nasya.

Malvin mengangguk. “Terima kasih juga sayang,” Kata Malvin seraya mengusap lembut kepala Nasya.

Nasya terdiam, Jantungnya masih saja berdegup kencang jika di perlakukan dengan lembut oleh Malvin.

“Buat apa?”

“Terima kasih sudah hadir di hidup aku,” ucap Malvin dengan nada yang tegas namun lembut.

Muka Nasya tersipu malu. “Kak fotoin Nasya!” Suruh Nasya berusaha buat mengalihkan topik.

Tentu saja Malvin menyadari hal itu, ia sangat suka melihat gadisnya tersipu malu.

“Pake hp Nasya,” Kata Nasya seraya menyerahkan hpnya ke Malvin.

“Pake hp aku aja,” Tolak Malvin. “Biar foto kamu tersimpan di hp aku, dan kamu tersimpan di hati dan pikiran aku,” goda Malvin lagi-lagi membuat Nasya tersipu malu bahkan lebih dari tadi.


“Lo kok lemes banget Sya.” Zarra menghampiri Nasya yang baru saja tiba di kelas dengan badan yang lemas.

Nasya meletakkan kepalanya di atas meja di lapisi oleh tas dan kedua tangannya.

“Gatau hueeeee,” Rengek Nasya berhasil membuat Zarra menoyor kepala Nasya.

“Ishh,” protes Nasya.

Nasya menceritakan semuanya tentang Malvin yang terus menerus mengejarnya semalam. Zarra hanya mendengarkan dengan tenang, karena Zarra udah tau duluan dari Danial.

“Nasya ke-” omongan Nasya terpotong karena mereka mendengar sesuatu dari luar sana.

“Nasya Perdana, ini gue Malvin Arkandika.” Suara Malvin berasal dari luar, namun suaranya begitu keras kemungkinan satu sekolah mendengar suara dia.

“Stop cuekin gue.”

“Gue tau lo denger ini ca,” Ucap Malvin dengan suaranya yang lembut.

Nasya menatap Zarra kebingungan, begitupun dengan Zarra dia juga tidak tahu-menahu tentang ini.

“Gue gak pernah main-main sama lo ca.”

“Gue sayang sama lo, gue mau lo selalu ada di samping gue ca, gue mau gue yang ngejaga lo,” Lanjutnya.

Ucapan Malvin membuat Nasya sedikit malu, karena kini tatapan teman-temannya tertuju pada dirinya.

“Susul Sya,” ucap salah satu teman Nasya.

Nasya masih terdiam, dia malu dan tidak habis pikir dengan kelakuan Malvin.

“Kalo lo mau datangin gue kesini ca, gue bakalan nunggu lo.”

“Kalo enggak, gue bakalan tetap nunggu,” Kata Malvin berhasil membuat Nasya tersentak dan berdiri dari duduknya.

“Zarra temenin Nasya,” pinta Nasya ke Zarra.

Tanpa berpikir panjang Zarra menemani Nasya. Mereka berdua berjalan menuju arah suara.

Di luar kelas memang sudah banyak murid berkeliaran hari ini tidak ada jadwal pembelajaran dikarenakan para guru sedang rapat.

Semua pasang mata tertuju ke Nasya dan juga Zarra. Nasya melihat Malvin yang berdiri tepat di tengah-tengah lapangan.

“Kak Malvin apa-apaan sih,” gerutu Nasya dengan suara yang kecil.

Malvin melihat Nasya dari tengah lapangan, senyumnya tiba-tiba melebar ketika melihat gadis kecil yang ia tunggu-tunggu datang menghampiri dirinya.

“Cieee Malvin.”

“Yuhuyyy Nasya.”

“Jadi dong jadi nih.”

Sorakan dari para murid pun terdengar ricuh dimana-mana.

Nasya berlari menghampiri Malvin, ia sudah tidak memperdulikan murid-murid yang lain.

“Kak Malvin apa-apaan sih,” protes Nasya lalu dengan segera ia menarik tangan Malvin dan membawanya pergi dari lapangan.


“Kak Malvin, gak lucu tauk!” Keluh Nasya ketika berhasil menarik Malvin ke belakang sekolah.

Malvin tersenyum menatap lembut mata Nasya. “Gue gak bercanda,” Jawabnya singkat.

Nasya menatap mata Malvin, ia berhasil di buat Salting oleh tatapan lembut Malvin.

“T-tapi gak gini juga!”

Malvin terkekeh lalu ia mengacak-acak rambut Nasya. Jantung Nasya berdegup lebih kencang dari biasanya, ia diam mematung akibat perbuatan Malvin.

“Jadi apa jawabannya?” Tagih Malvin.

Nasya menarik nafas panjang-panjang, ia memainkan jari-jarinya merasa gugup.

“Nasya takut kak Malvin menghilang lagi,” Jawab Nasya mengeluarkan kekhawatirannya jika nanti ia memiliki hubungan dengan Malvin.

Malvin mengambil kedua tangan Nasya, menggenggam erat tangan kecil gadis yang ada di depannya.

“Gak akan pernah cantik, kalo emang aku ngelakuin itu, kamu berhak ninggalin aku selamanya,” Jawab Malvin dengan lembut.

Sekita Nasya kehilangan kewarasannya, apalagi tiba-tiba Malvin menggunakan aku-kamu.

“Gimana?”

Nasya mengangkat kepalanya menatap mata Malvin. Perlahan Nasya mengangguk mengiyakan permintaan Malvin.

Senyum Malvin semakin melebar, namun tiba-tiba ia merasa ingin menjahili Nasya.

“Apa gak denger?” Tanya Malvin.

Nasya mengerucutkan bibirnya, merasa kesal. “Nasya mau di jaga sama kakak,” Jawab Nasya dengan suara kecil karena malu, bahkan kini mukanya sudah memerah seperti kepiting rebus.

“Lo kok lemes banget Sya.” Zarra menghampiri Nasya yang baru saja tiba di kelas dengan badan yang lemas.

Nasya meletakkan kepalanya di atas meja di lapisi oleh tas dan kedua tangannya.

“Gatau hueeeee,” Rengek Nasya berhasil membuat Zarra menoyor kepala Nasya.

“Ishh,” protes Nasya.

Nasya menceritakan semuanya tentang Malvin yang terus menerus mengejarnya semalam. Zarra hanya mendengarkan dengan tenang, karena Zarra udah tau duluan dari Danial.

“Nasya ke-” omongan Nasya terpotong karena mereka mendengar sesuatu dari luar sana.

“Nasya Perdana, ini gue Malvin Arkandika.” Suara Malvin berasal dari luar, namun suaranya begitu keras kemungkinan satu sekolah mendengar suara dia.

“Stop cuekin gue.”

“Gue tau lo denger ini ca,” Ucap Malvin dengan suaranya yang lembut.

Nasya menatap Zarra kebingungan, begitupun dengan Zarra dia juga tidak tahu-menahu tentang ini.

“Gue gak pernah main-main sama lo ca.”

“Gue sayang sama lo, gue mau lo selalu ada di samping gue ca, gue mau gue yang ngejaga lo,” Lanjutnya.

Ucapan Malvin membuat Nasya sedikit malu, karena kini tatapan teman-temannya tertuju pada dirinya.

“Susul Sya,” ucap salah satu teman Nasya.

Nasya masih terdiam, dia malu dan tidak habis pikir dengan kelakuan Malvin.

“Kalo lo mau datangin gue kesini ca, gue bakalan nunggu lo.”

“Kalo enggak, gue bakalan tetap nunggu,” Kata Malvin berhasil membuat Nasya tersentak dan berdiri dari duduknya.

“Zarra temenin Nasya,” pinta Nasya ke Zarra.

Tanpa berpikir panjang Zarra menemani Nasya. Mereka berdua berjalan menuju arah suara.

Di luar kelas memang sudah banyak murid berkeliaran hari ini tidak ada jadwal pembelajaran dikarenakan para guru sedang rapat.

Semua pasang mata tertuju ke Nasya dan juga Zarra. Nasya melihat Malvin yang berdiri tepat di tengah-tengah lapangan.

“Kak Malvin apa-apaan sih,” gerutu Nasya dengan suara yang kecil.

Malvin melihat Nasya dari tengah lapangan, senyumnya tiba-tiba melebar ketika melihat gadis kecil yang ia tunggu-tunggu datang menghampiri dirinya.

“Cieee Malvin.”

“Yuhuyyy Nasya.”

“Jadi dong jadi nih.”

Sorakan dari para murid pun terdengar ricuh dimana-mana.

Nasya berlari menghampiri Malvin, ia sudah tidak memperdulikan murid-murid yang lain.

“Kak Malvin apa-apaan sih,” protes Nasya lalu dengan segera ia menarik tangan Malvin dan membawanya pergi dari lapangan.


“Kak Malvin, gak lucu tauk!” Keluh Nasya ketika berhasil menarik Malvin ke belakang sekolah.

Malvin tersenyum menatap lembut mata Nasya. “Gue gak bercanda,” Jawabnya singkat.

Nasya menatap mata Malvin, ia berhasil di buat Salting oleh tatapan lembut Malvin.

“T-tapi gak gini juga!”

Malvin terkekeh lalu ia mengacak-acak rambut Nasya. Jantung Nasya berdegup lebih kencang dari biasanya, ia diam mematung akibat perbuatan Malvin.

“Jadi apa jawabannya?” Tagih Malvin.

Nasya menarik nafas panjang-panjang, ia memainkan jari-jarinya merasa gugup.

“Nasya takut kak Malvin menghilang lagi,” Jawab Nasya mengeluarkan kekhawatirannya jika nanti ia memiliki hubungan dengan Malvin.

Malvin mengambil kedua tangan Nasya, menggenggam erat tangan kecil gadis yang ada di depannya.

“Gak akan pernah cantik, kalo emang aku ngelakuin itu, kamu berhak ninggalin aku selamanya,” Jawab Malvin dengan lembut.

Sekita Nasya kehilangan kewarasannya, apalagi tiba-tiba Malvin menggunakan aku-kamu.