Panglimakun

“Om ayah!” seru Galaxy bersemangat seraya berlari ke arah Jonathan yang sedang berjalan ke arahnya.

Dengan sigap Jonathan menangkap Galaxy, dan menggendongnya.

“Halo abang,” sapa Jonathan.

“Halo om ayah! Terima kasih udah mau ketemu sama Gala lagi,” balas Galaxy seraya memeluk leher Jonathan.

Jonathan tersenyum. “Sama-sama Abang, dengan senang hati om ayah mau ketemu abang kapanpun itu.”

“Maaf ya Jo, jadinya Gala keseringan sama kamu,” ucap Embun. “Semenjak kak Sandy pergi Gala jadi kesepian,” sambungnya.

Jonathan tersenyum lalu mengusap rambut Embun pelan. “Gapapa Embun,” jawabnya dengan tangan yang terus mengusap rambut Embun.

Beberapa saat kemudian Jonathan tersadar dan dengan cepat ia menarik tangannya.

“M-maaf.”

Embun terkekeh pelan. “It's okay, kenapa harus minta maaf?” tanya Embun.

“Siapa ta—”

Ucapan Jonathan terpotong oleh Galaxy.

“Om ayah, rumah om ayah gede banget, Gala boleh main?” tanya Galaxy.

Jonathan mengangguk, ia baru mengingat satu hal.

“Om ayah punya sesuatu buat abang,” ucap Jonathan membuat Galaxy penasaran.

“Apa itu om ayah?” tanyanya dengan raut wajah yang amat penasaran.

“Rahasia,” jawab Jonathan seraya mengecup pipi Galaxy.

“Jo dapur kamu masih di tempat yang sama kan?”

Jonathan mengangguk. “Semuanya masih sama Embun.”

“Termasuk hati aku.”

Embun terdiam, suasana kembali terasa canggung.

“Aku ke dapur dulu.”

“Aku ke ruangan sana dulu.”

Ucap Jonathan dan Embun berbarengan.

Embun melangkahkan kakinya menuju dapur, melewati Jonathan dan juga Galaxy.

“Embun,” panggil Jonathan membuat Embun memberhentikan langkahnya dan membalikkan badannya lagi.

“Iya Jo?” sahut Embun.

“Aku di ruangan yang dulu kita rencanakan buat anak kita.”

Embun mengangguk. Lalu Jonathan melangkahkan kakinya membawa Galaxy ke ruangan yang ia maksud.

Embun tersenyum kembali mengingat moment beberapa tahun yang lalu, dimana ia dan juga Jonathan merancang sendiri ruangan bermain yang akan digunakan oleh anak-anaknya kelak.

Dan sekarang ruangan tersebut terpakai, oleh Galaxy anak mereka.


Galaxy sedang bermain di ruangan yang dimakd oleh Jonathan. Ruangan yang dulu ia rancang dengan Embun, walaupun masih kosong, kini sudah dipenuhi dengan mainan untuk anak laki-lakinya.

Galaxy tidak berhenti-henti berseru, begitu juga dengan Jonathan yang tidak berhenti tersenyum melihat Galaxy bahagia.

“Abang suka?” tanya Jonathan.

Galaxy berhenti sejenak, lalu mengangguk. “Suka banget om ayah! Rumah om ayah gede, terus ruangan mainnya gede banget,” jawab Galaxy antusias.

Jonathan tersenyum. “Ruangan ini untuk abang,” ucapnya.

“Yang bener om ayah?” tanya Galaxy tidak percaya.

Jonathan mengangguk. “Bener, semuanya buat abang,” jawab Jonathan. Ia menarik Galaxy untuk duduk dipangkuan nya.

“Karena abang udah jadi anak yang baik sama bunda,” lanjutnya.

Sebenarnya bukan hanya ruangan ini yang sekarang menjadi milik Galaxy, namun juga dengan rumah besar milik Jonathan ia telah mengatasnamakan rumah miliknya menjadi milik Galaxy.

“Terima kasih om ayah! Galaxy seneng banget!” Galaxy kegirangan, ia kembali melanjutkan bermain dengan mainan yang ada di sana. Sangking banyaknya mainan yang ada, Galaxy bingung ingin memainkan yang mana.

Jonathan duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut, sembari melihat Galaxy yang masih bermain.

“Jo,” panggil Embun.

Embun menghampiri Jonathan dengan segelas kopi di tangannya.

Dengan cepat Jonathan mengambil kopi yang ada di tangan Embun.

“Terima kasih Embun.”

Embun mengangguk, lalu ia duduk di samping Jonathan.

“Ruangannya udah kamu isi mainan, kapan?” tanya Embun seraya melihat semua sudut ruangan tersebut.

“Dari semenjak aku tau Galaxy anak aku, aku terus berharap Galaxy akan bermain di sini,” jawabnya.

Embun mengangguk paham. Jonathan meminum kopi yang tadi dibawa oleh Embun, ia merasakan suatu hal yang aneh. Bukan tidak enak, tapi ia merasakan rindunya kini telah terbayarkan.

Jonathan tersenyum tipis setelah meminum kopi tersebut.

“Resep rahasianya apa?” tanya Jonathan seraya menatap Embun.

Embun menyeringitkan dahinya, sebelum menjawab, “eumm cinta,” jawab Embun.

“Uhuk uhuk,” Jonathan terbatuk-batuk karena jawaban dari Embun.

Embun terkekeh. “Biasa aja kali hahaha, segala sesuatu itu harus di lakukan dengan cinta dan tulus, biar ada kesan sendiri gitu.”

Senyum Jonathan mengembang, ia merasa beruntung jatuh cinta dengan wanita yang kini ada di sampingnya.

Wanita yang hampir menyentuh kata sempurna menurut dirinya.

“Om ayah!” seru Galaxy bersemangat seraya berlari ke arah Jonathan yang sedang berjalan ke arahnya.

Dengan sigap Jonathan menangkap Galaxy, dan menggendongnya.

“Halo abang,” sapa Jonathan.

“Halo om ayah! Terima kasih udah mau ketemu sama Gala lagi,” balas Galaxy seraya memeluk leher Jonathan.

Jonathan tersenyum. “Sama-sama Abang, dengan senang hati om ayah mau ketemu abang kapanpun itu.”

“Maaf ya Jo, jadinya Gala keseringan sama kamu,” ucap Embun. “Semenjak kak Sandy pergi Gala jadi kesepian,” sambungnya.

Jonathan tersenyum lalu mengusap rambut Embun pelan. “Gapapa Embun,” jawabnya dengan tangan yang terus mengusap rambut Embun.

Beberapa saat kemudian Jonathan tersadar dan dengan cepat ia menarik tangannya.

“M-maaf.”

Embun terkekeh pelan. “It's okay, kenapa harus minta maaf?” tanya Embun.

“Siapa ta—”

Ucapan Jonathan terpotong oleh Galaxy.

“Om ayah, rumah om ayah gede banget, Gala boleh main?” tanya Galaxy.

Jonathan mengangguk, ia baru mengingat satu hal.

“Om ayah punya sesuatu buat abang,” ucap Jonathan membuat Galaxy penasaran.

“Apa itu om ayah?” tanyanya dengan raut wajah yang amat penasaran.

“Rahasia,” jawab Jonathan seraya mengecup pipi Galaxy.

“Jo dapur kamu masih di tempat yang sama kan?”

Jonathan mengangguk. “Semuanya masih sama Embun.”

“Termasuk hati aku.”

Embun terdiam, suasana kembali terasa canggung.

“Aku ke dapur dulu.”

“Aku ke ruangan sana dulu.”

Ucap Jonathan dan Embun berbarengan.

Embun melangkahkan kakinya menuju dapur, melewati Jonathan dan juga Galaxy.

“Embun,” panggil Jonathan membuat Embun memberhentikan langkahnya dan membalikkan badannya lagi.

“Iya Jo?” sahut Embun.

“Aku di ruangan yang dulu kita rencanakan buat anak kita.”

Embun mengangguk. Lalu Jonathan melangkahkan kakinya membawa Galaxy ke ruangan yang ia maksud.

Embun tersenyum kembali mengingat moment beberapa tahun yang lalu, dimana ia dan juga Jonathan merancang sendiri ruangan bermain yang akan digunakan oleh anak-anaknya kelak.

Dan sekarang ruangan tersebut terpakai, oleh Galaxy anak mereka.


Galaxy sedang bermain di ruangan yang dimakd oleh Jonathan. Ruangan yang dulu ia rancang dengan Embun, walaupun masih kosong, kini sudah dipenuhi dengan mainan untuk anak laki-lakinya.

Galaxy tidak berhenti-henti berseru, begitu juga dengan Jonathan yang tidak berhenti tersenyum melihat Galaxy bahagia.

“Abang suka?” tanya Jonathan.

Galaxy berhenti sejenak, lalu mengangguk. “Suka banget om ayah! Rumah om ayah gede, terus ruangan mainnya gede banget,” jawab Galaxy antusias.

Jonathan tersenyum. “Ruangan ini untuk abang,” ucapnya.

“Yang bener om ayah?” tanya Galaxy tidak percaya.

Jonathan mengangguk. “Bener, semuanya buat abang,” jawab Jonathan. Ia menarik Galaxy untuk duduk dipangkuan nya.

“Karena abang udah jadi anak yang baik sama bunda,” lanjutnya.

Sebenarnya bukan hanya ruangan ini yang sekarang menjadi milik Galaxy, namun juga dengan rumah besar milik Jonathan ia telah mengatasnamakan rumah miliknya menjadi milik Galaxy.

“Terima kasih om ayah! Galaxy seneng banget!” Galaxy kegirangan, ia kembali melanjutkan bermain dengan mainan yang ada di sana. Sangking banyaknya mainan yang ada, Galaxy bingung ingin memainkan yang mana.

Jonathan duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut, sembari melihat Galaxy yang masih bermain.

“Jo,” panggil Embun.

Embun menghampiri Jonathan dengan segelas kopi di tangannya.

Dengan cepat Jonathan mengambil kopi yang ada di tangan Embun.

“Terima kasih Embun.”

Embun mengangguk, lalu ia duduk di samping Jonathan.

“Ruangannya udah kamu isi mainan, kapan?” tanya Embun seraya melihat semua sudut ruangan tersebut.

“Dari semenjak aku tau Galaxy anak aku, aku terus berharap Galaxy akan bermain di sini,” jawabnya.

Embun mengangguk paham. Jonathan meminum kopi yang tadi dibawa oleh Embun, ia merasakan suatu hal yang aneh. Bukan tidak enak, tapi ia merasakan rindunya kini telah terbayarkan.

Jonathan tersenyum tipis setelah meminum kopi tersebut.

“Resep rahasianya apa?” tanya Jonathan seraya menatap Embun.

Embun menyeringitkan dahinya, sebelum menjawab, “eumm cinta,” jawab Embun.

“Uhuk uhuk,” Jonathan terbatuk-batuk karena jawaban dari Embun.

Embun terkekeh. “Biasa aja kali hahaha, segala sesuatu itu harus di lakukan dengan cinta dan tulus, biar ada kesan sendiri gitu.”

Senyum Jonathan mengembang, ia merasa beruntung jatuh cinta dengan wanita yang kini ada di sampingnya.

Wanita yang hampir menyentuh kata sempurna menurut dirinya.

“Tolong jadwal saya hari ini dibatalkan semua, saya ada acara keluarga,” perintah Jonathan ke sekretarisnya.

Jonathan terburu-buru keluar dari ruangannya, dengan muka yang sangat sumringah, bahkan sekretarisnya sangat kebingungan dengan Jonathan saat ini.

“Lah loh mau kemana tuh orang?” tanya Jaffrey yang baru saja tiba di ruangan Jonathan.

Jaffrey menghampiri sekretaris Jonathan. “Itu pak Jonathan mau kemana?” tanya Jaffrey.

“Oh pak Jonathan katanya ada acara keluarga pak, jadi pulang duluan,” jawab sekretaris tersebut.

Jaffrey menyatukan alisnya kebingungan. “Acara keluarga? Emang punya?” gumam Jaffrey.

“Yasudah kalo begitu, nanti tolong serahkan berkas ini ke pak Jonathan ya, harus di tangan dia loh,” kata Jaffrey seraya menyerahkan berkas yang dibawanya tadi.

Sekretaris Jonathan menerima berkas tersebut. “Baik pak, akan saya serahkan ke pak Jonathan nanti.”


“Enak abang?” tanya Jonathan ke Gala yang sedang makan di hadapannya.

Gala mengangguk dengan semangat. “Enak banget om ayah,” jawab Galaxy dengan senyum kesenangan.

“Habis ini abang mau kemana?”

Galaxy terdiam sejenak. “Eumm om ayah mau buat suprise buat bunda gak?”

“Suprise?”

Galaxy mengangguk. “Bunda sedih banget beberapa hari ini, jadi Gala mau kasih suprise.”

Jonathan mengangguk paham. “Abang mau kasih apa untuk bunda?” tanya Jonathan lagi. Mata Jonathan tidak pernah lepas dari Galaxy, ia benar-benar jatuh hati kepada anaknya itu.

“Eumm itu,” jawab Galaxy seraya menunjuk ke lengan kiri Jonathan.

Jonathan menyeringitkan dahinya. “Lengan om ayah?”

Galaxy menggeleng. “Sunflower, yang kayak di lengan om ayah,” kata Galaxy menjelaskan maksudnya menunjuk lengan Jonathan.

Jonathan baru ingat bahwa dirinya mempunyai tato sunflower di lengan kirinya. Dan benar Embun sangat suka dengan bunga matahari.

“Oke jagoan om ayah, jadi kita beli sunflower buat bunda?”

Galaxy mengangguk, ia masih setia memakan makanannya.

“Tapi Gala maunya bibitnya aja om ayah, nanti kita tanam sama-sama,” ucap Galaxy bersemangat.

Galaxy benar-benar memberikan celah untuk Jonathan bisa kembali ke Embun, walaupun Embun tidak akan menerimanya kembali.

“Boleh!” Seru Jonathan tak kalah semangat dari Galaxy. “Abang selesaikan makannya dulu, nanti kita beli ya,” lanjutnya seraya mengusap lembut kepala Galaxy, dan membiarkan anaknya kembali menikmati makanannya.


“Yang sebelah kiri punya om ayah, yang tengah punya Gala, yang sebelah kanan punya bunda!” Seru Galaxy. “Yeayyy selesai,” sambungnya bersemangat.

Jonathan, Galaxy dan Embun telah menyelesaikan kegiatan menanam bunga matahari di balkon Embun.

Layaknya keluarga kecil yang masih bersatu, kebahagiaan menyelimuti mereka.

“Terima kasih ya Jo, aku seneng bisa gini lagi,” ucap Embun seraya menatap mata Jonathan.

Jonathan tersenyum dan mengangguk. “Aku juga berterima kasih Embun,” balasnya.

“Bunda jangan sedih lagi ya? Sekarang ada om ayah, ada Gala dan sunflower yang akan menghibur bunda,” ucap Galaxy seraya memeluk lengan kiri Embun.

Embun mengecup kening Galaxy. “Terima kasih ya abang, bunda seneng banget punya anak sepinter abang.”

Senyum Jonathan tidak tertahan melihat pemandangan tersebut. Ia merasa sangat bahagia sekarang, walaupun dirinya dan Embun tidak lagi terikat, namun ia bahagia dan bersyukur bisa bertemu kembali dengan Embun.

“Aku juga bahagia Embun,” batin Jonathan.

“Tolong jadwal saya hari ini dibatalkan semua, saya ada acara keluarganya,” perintah Jonathan ke sekretarisnya.

Jonathan terburu-buru keluar dari ruangannya, dengan muka yang sangat sumringah, bahkan sekretarisnya sangat kebingungan dengan Jonathan saat ini.

“Lah loh mau kemana tuh orang?” tanya Jaffrey yang baru saja tiba di ruangan Jonathan.

Jaffrey menghampiri sekretaris Jonathan. “Itu pak Jonathan mau kemana?” tanya Jaffrey.

“Oh pak Jonathan katanya ada acara keluarga pak, jadi pulang duluan,” jawab sekretaris tersebut.

Jaffrey menyatukan alisnya kebingungan. “Acara keluarga? Emang punya?” gumam Jaffrey.

“Yasudah kalo begitu, nanti tolong serahkan berkas ini ke pak Jonathan ya, harus di tangan dia loh,” kata Jaffrey seraya menyerahkan berkas yang dibawanya tadi.

Sekretaris Jonathan menerima berkas tersebut. “Baik pak, akan saya serahkan ke pak Jonathan nanti.”


“Enak abang?” tanya Jonathan ke Gala yang sedang makan di hadapannya.

Gala mengangguk dengan semangat. “Enak banget om ayah,” jawab Galaxy dengan senyum kesenangan.

“Habis ini abang mau kemana?”

Galaxy terdiam sejenak. “Eumm om ayah mau buat suprise buat bunda gak?”

“Suprise?”

Galaxy mengangguk. “Bunda sedih banget beberapa hari ini, jadi Gala mau kasih suprise.”

Jonathan mengangguk paham. “Abang mau kasih apa untuk bunda?” tanya Jonathan lagi. Mata Jonathan tidak pernah lepas dari Galaxy, ia benar-benar jatuh hati kepada anaknya itu.

“Eumm itu,” jawab Galaxy seraya menunjuk ke lengan kiri Jonathan.

Jonathan menyeringitkan dahinya. “Lengan om ayah?”

Galaxy menggeleng. “Sunflower, yang kayak di lengan om ayah,” kata Galaxy menjelaskan maksudnya menunjuk lengan Jonathan.

Jonathan baru ingat bahwa dirinya mempunyai tato sunflower di lengan kirinya. Dan benar Embun sangat suka dengan bunga matahari.

“Oke jagoan om ayah, jadi kita beli sunflower buat bunda?”

Galaxy mengangguk, ia masih setia memakan makanannya.

“Tapi Gala maunya bibitnya aja om ayah, nanti kita tanam sama-sama,” ucap Galaxy bersemangat.

Galaxy benar-benar memberikan celah untuk Jonathan bisa kembali ke Embun, walaupun Embun tidak akan menerimanya kembali.

“Boleh!” Seru Jonathan tak kalah semangat dari Galaxy. “Abang selesaikan makannya dulu, nanti kita beli ya,” lanjutnya seraya mengusap lembut kepala Galaxy, dan membiarkan anaknya kembali menikmati makanannya.


“Yang sebelah kiri punya om ayah, yang tengah punya Gala, yang sebelah kanan punya bunda!” Seru Galaxy. “Yeayyy selesai,” sambungnya bersemangat.

Jonathan, Galaxy dan Embun telah menyelesaikan kegiatan menanam bunga matahari di balkon Embun.

Layaknya keluarga kecil yang masih bersatu, kebahagiaan menyelimuti mereka.

“Terima kasih ya Jo, aku seneng bisa gini lagi,” ucap Embun seraya menatap mata Jonathan.

Jonathan tersenyum dan mengangguk. “Aku juga berterima kasih Embun,” balasnya.

“Bunda jangan sedih lagi ya? Sekarang ada om ayah, ada Gala dan sunflower yang akan menghibur bunda,” ucap Galaxy seraya memeluk lengan kiri Embun.

Embun mengecup kening Galaxy. “Terima kasih ya abang, bunda seneng banget punya anak sepinter abang.”

Senyum Jonathan tidak tertahan melihat pemandangan tersebut. Ia merasa sangat bahagia sekarang, walaupun dirinya dan Embun tidak lagi terikat, namun ia bahagia dan bersyukur bisa bertemu kembali dengan Embun.

“Aku juga bahagia Embun,” batin Jonathan.

“Tolong jadwal saya hari ini dibatalkan semua, saya ada acara keluarganya,” perintah Jonathan ke sekretarisnya.

Jonathan terburu-buru keluar dari ruangannya, dengan muka yang sangat sumringah, bahkan sekretarisnya sangat kebingungan dengan Jonathan saat ini.

“Lah loh mau kemana tuh orang?” tanya Jaffrey yang baru saja tiba di ruangan Jonathan.

Jaffrey menghampiri sekretaris Jonathan. “Itu pak Jonathan mau kemana?” tanya Jaffrey.

“Oh pak Jonathan katanya ada acara keluarga pak, jadi pulang duluan,” jawab sekretaris tersebut.

Jaffrey menyatukan alisnya kebingungan. “Acara keluarga? Emang punya?” gumam Jaffrey.

“Yasudah kalo begitu, nanti tolong serahkan berkas ini ke pak Jonathan ya, harus di tangan dia loh,” kata Jaffrey seraya menyerahkan berkas yang dibawanya tadi.

Sekretaris Jonathan menerima berkas tersebut. “Baik pak, akan saya serahkan ke pak Jonathan nanti.”


“Enak abang?” tanya Jonathan ke Gala yang sedang makan di hadapannya.

Gala mengangguk dengan semangat. “Enak banget om ayah,” jawab Galaxy dengan senyum kesenangan.

“Habis ini abang mau kemana?”

Galaxy terdiam sejenak. “Eumm om ayah mau buat suprise buat bunda gak?”

“Suprise?”

Galaxy mengangguk. “Bunda sedih banget beberapa hari ini, jadi Gala mau kasih suprise.”

Jonathan mengangguk paham. “Abang mau kasih apa untuk bunda?” tanya Jonathan lagi. Mata Jonathan tidak pernah lepas dari Galaxy, ia benar-benar jatuh hati kepada anaknya itu.

“Eumm itu,” jawab Galaxy seraya menunjuk ke lengan kiri Jonathan.

Jonathan menyeringitkan dahinya. “Lengan om ayah?”

Galaxy menggeleng. “Sunflower, yang kayak di lengan om ayah,” kata Galaxy menjelaskan maksudnya menunjuk lengan Jonathan.

Jonathan baru ingat bahwa dirinya mempunyai tato sunflower di lengan kirinya. Dan benar Embun sangat suka dengan bunga matahari.

“Oke jagoan om ayah, jadi kita beli sunflower buat bunda?”

Galaxy mengangguk, ia masih setia memakan makanannya.

“Tapi Gala maunya bibitnya aja om ayah, nanti kita tanam sama-sama,” ucap Galaxy bersemangat.

Galaxy benar-benar memberikan celah untuk Jonathan bisa kembali ke Embun, walaupun Embun tidak akan menerimanya kembali.

“Boleh!” Seru Jonathan tak kalah semangat dari Galaxy. “Abang selesaikan makannya dulu, nanti kita beli ya,” lanjutnya seraya mengusap lembut kepala Galaxy, dan membiarkan anaknya kembali menikmati makanannya.


“Yang sebelah kiri punya om ayah, yang tengah punya Gala, yang sebelah kanan punya bunda!” Seru Galaxy. “Yeayyy selesai,” sambungnya bersemangat.

Jonathan, Galaxy dan Embun telah menyelesaikan kegiatan menanam bunga matahari di balkon Embun.

Layaknya keluarga kecil yang masih bersatu, kebahagiaan menyelimuti mereka.

“Terima kasih ya Jo, aku seneng bisa gini lagi,” ucap Embun seraya menatap mata Jonathan.

Jonathan tersenyum dan mengangguk. “Aku juga berterima kasih Embun,” balasnya.

“Bunda jangan sedih lagi ya? Sekarang ada om ayah, ada Gala dan sunflower yang akan menghibur bunda,” ucap Galaxy seraya memeluk lengan kiri Embun.

Embun mengecup kening Galaxy. “Terima kasih ya abang, bunda seneng banget punya anak sepinter abang.”

Senyum Jonathan tidak tertahan melihat pemandangan tersebut. Ia merasa sangat bahagia sekarang, walaupun dirinya dan Embun tidak lagi terikat, namun ia bahagia dan bersyukur bisa bertemu kembali dengan Embun.

“Aku juga bahagia Embun,” batin Jonathan.

“Jona,” panggil Embun.

“Iya Embun?” jawab Jona segera memberhentikan kegiatannya dan fokus ke Embun.

“Galaxy mana?” tanya Embun kebingungan, karena tidak melihat keberadaan Galaxy disana.

“Aku titip ke Yudhis, ibu sama ayah kamu udah nyampe ke Jakarta, tidur yuk? Besok kita berangkat,” ajak Jona.

“Mau tidur bareng gak Jo?”

Jonathan terdiam sesaat. “Boleh?”

Embun mengangguk. “Boleh Jo.”


Embun tidur menghadap Jonathan dengan tangan kanan Jonathan yang ia jadikan bantal.

“Jo, terima kasih ya?”

Jonathan yang tadi sibuk bermain di rambut Embun, kini mengehentikan tangannya.

“Untuk?”

Embun mensejajarkan posisinya, agar bisa menatap mata Jonathan.

“Karena udah jadikan aku sebagai cinta pertama kamu,” jawab Embun seraya tersenyum.

Embun kembali merendahkan posisinya. Jonathan mengecup pucuk kepala Embun sedikit lama.

“Terima kasih juga karena sudah menjadi cinta pertama yang sangat indah bagi aku Embun.” Jonathan kembali memainkan jari-jarinya di rambut Embun.

Cup

Embun mengecup bibir Jonathan sekilas, membuat Jonathan terdiam dan tersenyum malu.

“Tiga tahun pacaran, dua tahun menikah, terima kasih sudah menjadi pria yang nyaris sempurna untuk aku Jo, terima kasih karena telah mencintai aku dengan tulus,” ucap Embun dengan tulus.

Embun kembali membenamkan wajahnya di dada Jonathan. Begitupun Jonathan, ia kembali memeluk Embun dengan erat.

“Istirahat Embun,” kata Jonathan dengan lembut.

“Jo, aku boleh minta sesuatu?” tanya Embun.

Jonathan mengangguk pelan. “Apapun itu akan aku turutin Embun,” jawab Jonathan.

“Kamu mau gak jadikan aku cinta terakhir kamu?” Embun memejamkan matanya, ia bisa merasakan Jonathan tengah mencium pucuk kepalanya.

“Dengan senang hati, tanpa kamu suruh akan aku lakukan Embun,” jawabnya lembut.

Embun tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia menangis di pelukan Jonathan.

“Istirahat Embun, lupakan semuanya, kamu capek kan? Biar aku yang akan menanggung semuanya disini, sebagai hukuman untuk aku,” ucap Jonathan.

Jonathan menjeda ucapannya, dan menarik nafas dalam-dalam.

“Galaxy, Hujan, dan Ara, akan menjadi tanggung jawab aku Embun, aku sayang sama kamu. Sampai kapanpun itu.”

Tidak ada jawaban dari Embun, suasana hening hanya ada suara hembusan nafas Jonathan.

Dengan perlahan Jonathan sedikit menjauhkan tubuhnya, ia memberanikan diri untuk melihat keadaan Embun.

Air mata Jonathan berhasil mengalir dengan deras, hatinya terasa sangat sakit melihat keadaan Embun sekarang.

Jonathan kembali menarik tubuh Embun ke pelukannya. “Selamat tidur Embun, tinggalkan semua beban yang sudah kamu tanggung selama ini, aku akan bertanggung jawab penuh.” Suara Jonathan bergetar, air matanya tidak berhenti mengalir.

“Selamat beristirahat Malaikat tanpa sayap anakku, terima kasih telah berjuang sejauh ini.” Jonathan memejamkan matanya, dan mencium kening Embun yang kini tidak lagi bernafas di dalam pelukannya.


Suara tangis memenuhi pemakaman Embun, pemakaman yang hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat Embun.

Kini peti mayat Embun akan ditutupi oleh tanah.

Semua orang yang menghadiri pemakaman tersebut hanya bisa menangisi kepergian Embun. Namun tidak dengan Galaxy, dia hanya diam dan menatap kebingungan.

“Ayah, itu bunda kenapa ada disana?” tanya Galaxy ke Jonathan.

Namun Jonathan tidak kuat untuk menjawab.

“Om, uncle, itu bunda angkat!” teriak Galaxy tidak terima Embun akan dikuburkan.

Yudhis sedikit menenangkan dirinya. “Galaxy anak pintar, sekarang bunda lagi tidur disana, Galaxy biarin bunda ya?” Yudhis berusaha memegang tangan Galaxy, namun dengan kuat ditepis oleh Galaxy.

Galaxy menarik-narik celana Jonathan. “Ayah, bunda gak bisa tidur kalo gelap ayah, angkat bunda ayah! Angkat!” teriak Galaxy.

Air mata Jonathan semakin deras mengalir, hatinya semakin terasa sakit.

“Gala, dengerin Oma ya?” Kini mama Una yang berusaha bicara dengan Galaxy.

“Sekarang bunda udah ada di langit, tertidur dengan nyenyak.” Galaxy menggeleng kuat.

Ia kembali menarik celana Jonathan.

“Ayah, ayah tau kan bunda itu Malaikat tanpa sayap! Bunda gak bisa terbang ayah! Angkat, angkat bunda ayah.” Galaxy menangis memohon ke Jonathan.

Yudhis menghampiri Jonathan, lalu ia menepuk bahu Jonathan. “Turun Jo, sebentar,” suruh Yudhis agar Jonathan turun ke makan Embun.

Yudhis memberi kode ke tukang gali kubur yang sedang mengubur jenazah Embun, untuk berhenti sejenak.

Ketika beberapa tukang gali kubur berhenti, Jonathan dengan segera turun ke kuburan Embun.

Jonathan meraih Galaxy yang ada di tangan Yudhis tadinya.

Jonathan menyuruh agar peti mati Embun dibukakan kembali untuk sesaat.

“Abang lihat bunda lagi ngapain?” tanya Jonathan ketika peti mati Embun telah terbukti.

“Tidur ayah,” jawab Galaxy.

Jonathan mengangguk. “Abang inget jalan hidup yang dibilang om papa ke abang?”

Galaxy mengangguk, ia mengingat perkataan Sandy dulu.

“Di setiap perjalanan pasti ada pemberhentian, pemberhentian di jalan kehidupan itu adalah berisitirahat untuk selamanya, sekarang bunda udah berhenti,” kata Jonathan berusaha menjelaskan semuanya ke Galaxy.

“Kenapa bunda berhenti ayah?” Air mata Galaxy kini mengalir membasahi pipinya.

Jonathan mengusap air mata tersebut. “Karena bunda telah berusaha keras sayang, saatnya bunda istirahat,” jawab Jonathan.

“Bunda capek ya?” Galaxy menatap wajah pucat Embun yang telah terpejam untuk selamanya.

“Istirahat yang nyenyak bunda, Gala akan jaga bunda waktu bunda tertidur di sini, bunda jangan takut ya.”

“I love you bunda, selamat tidur.”

Jonathan menyerahkan Galaxy ke Yudhis, lalu dirinya menaikkan tubuhnya kembali, namun kaki Jonathan tidak sanggup untuk berdiri, ia terduduk lemah dan terus menangis.

Disisi lain, Hujan yang ada di sebelah Ara dan juga Cherry, ia hanya menangis dalam diam, seperti dulu Ara menangis di pemakaman Sandy.

“Hujan, hujan nangis aja,” ucap Ara menyuruh agar Hujan tidak menahan tangisnya.

“Gini ya Ara? Gini ya sakitnya kehilangan keluarga?” tanya Hujan dengan suara seraknya.

Ara mengangguk. “Hujan pasti kuat, kita jalani ini sama-sama ya? Ara akan selalu ada disamping Hujan,” jawabnya lalu memeluk erat tubuh Hujan, membiarkan Hujan menangis sejadi-jadinya.

“Embun aku sangat rindu kehadiran kamu, tapi ternyata surga lebih merindukan kamu, aku ikhlas,” ucap Jonathan dengan suara kecil.

“Aku ikhlas melepaskan mu, walau aku tidak pernah memiliki mu Embun Gayatri—”

“Mana Embun?” tanya Yudhis ke Jonathan, dirinya baru saja tiba di villa dimana Embun, Jonathan dan Galaxy menginap.

Jonathan terdiam sejenak.

“Jo?”

“A-ada,” jawab Jonathan dengan suara kecil.

Dari jauh Yudhis dapat melihat Embun berjalan keluar.

“Kak Jo, aku mau keluar sebentar ya? cari angin hehehe,” kata Embun.

Yudhis sedikit kebingungan, ada yang aneh dari Embun.

Embun menatap Yudhis. “Temen kak Jo ya? Di ajak ke dalam aja kak, Embun juga mau keluar, bye!”

Perlahan Embun melangkah menjauh dari mereka.

“Ingatan Embun mulai melemah, seperti yang dijelaskan dokter Keenan, terkadang dia inget, terkadang dia nganggep gue abangnya, dan Galaxy sebagai adiknya,” ucap Jonathan.

Yudhis terdiam tidak percaya, ia tidak kuasa menahan air matanya.


Embun melangkahkan kakinya menikmati angin sore yang segar.

Namun Indera penciumannya tiba-tiba mencium wangi yang tidak asing bagi dirinya.

Wangi mint, namun Embun tidak dapat mengingat apapun itu.

Tidak mau mengambil pusing, Embun kembali berjalan menyusuri jalan.

Namun ada yang menjanggal, ia merasakan seperti ada yang mengikutinya dari belakang.

Embun menghentikan langkahnya tiba-tiba dan membalikkan badannya dengan cepat.

“Loh temen kak Jona? Ada perlu apa ya, atau mau jalan-jalan juga?” tanya Embun Yudhis, orang yang mengikutinya dari tadi.

Yudhis tersenyum. “Kamu apa kabar Embun?”

Embun kebingungan ketika mendengar bahwa Yudhis mengenal dirinya.

“A-aku? Kamu kenal aku?” tanya Embun keheranan.

Yudhis mengangguk. “Kenal, sangat kenal,” jawabnya.

Embun menyatukan alisnya kebingungan. “O-oh, baik sih. K-kamu?”

“Yudhis, aku baik Embun,” jawab Yudhis.

“Ohhh,” balas Embun singkat.

“Waktu begitu cepat berjalan ya Embun.” Yudhis terus menatap mata Embun, walaupun Embun berusaha payah menghindari agar tidak kontak mata dengan Yudhis.

Tidak ada jawaban dari Embun, ia kembali melanjutkan langkahnya.

“Aku orang terbodoh yang pernah ada di bumi ini Embun, aku menyesal,” kata Yudhis sambil mengikuti langkah Embun.

Namun tiba-tiba langkah Embun terhenti, bahu Embun bergetar. Ia segera membalikkan badannya, Yudhis terkejut ketika melihat Embun yang sedang menangis.

“Maaf, maafin Embun gak inget kak Yudhis,” ucapnya. Kini Embun kembali mengingat siapa Yudhis.

“Embun baik-baik saja kak, Jona memperlakukan Embun dengan baik.”

“Yeayyy sampai!” Seru Galaxy bersemangat ketika mereka telah sampai di sebuah villa.

“Bunda disini cantik banget ya bunda? Kayak bunda,” ucap Galaxy.

Embun dan Jonathan tertawa mendengar hal tersebut.

“Siapa yang ajarin kamu kayak gitu?” tanya Embun.

“Galaxy sendiri!” jawab Galaxy dengan percaya diri.

“Ayah gendong,” kata Galaxy seraya mengulurkan tangannya meminta agar digendong oleh Jonathan.

Jonathan membulatkan matanya, menatap Embun tidak percaya. “A-ayah?” tanyanya tidak percaya.

Embun mengangguk dan tersenyum. “Aku udah jelasin semuanya ke Galaxy, belum semuanya, tapi sekarang yang dia tau kamu ayahnya Jona,” jawab Embun.

Jonathan tersenyum senang, dengan cepat ia menggendong Galaxy, dan memeluknya dengan erat.

“Terima kasih,” ucapnya.

Jonathan refleks mencium kening Embun, membuat Embun terdiam kaget.

“M-maaf, aku kelepasan,” kata Jonathan tersadar.

Embun tersenyum seraya mengangguk. “It's okay Jona,” balas Embun dengan tenang.

“Ayah habis ini ke pantai yuk?” ajak Galaxy.

Jonathan mengangguk mantap. “Dengan senang hati pangeran kecil,” jawab Jonathan mengiyakan ajakan Galaxy.

“Eits! Ganti baju dulu, pake baju santai aja ya Jo, abang juga ya ganti baju,” ucap Embun.

“Siap bunda!” jawab Jonathan dan Galaxy bersemangat.


Galaxy tengah berlari-larian di pasir pantai tidak jauh dari villa mereka menginap.

“Abang jangan jauh-jauh!” teriak Embun memperingati agar Galaxy tidak lari terlalu jauh.

“Embun,” panggil Jonathan dengan lembut.

Embun mengalihkan pandangannya menatap Jonathan. “Iya Jona?” jawab Embun.

“Terima kasih ya?”

Embun mengangguk. “Iya Jona, terima kasih juga karena enggak berubah,” ucap Embun. “Berubah sih, jadi lebih kurus Embun gak suka.” Embun memanyunkan bibirnya.

Jonathan terkekeh lalu mengacak-acak rambut Embun. “Nanti aku makan banyak, asal kamu yang masak.”

Embun mengangguk. “Janji ya?”

“Janji,” balas Jonathan seraya mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Embun.

Jonathan menghampiri Galaxy, seraya memfoto Galaxy yang sedang bermain di pasir.

“Jo! lihat kesini,” suruh Embun agar Jonathan melihat ke arah dirinya.

Dengan cepat Embun memfoto Jonathan ketika Jonathan melihat ke arah dirinya.

“Okey, aku tunggu disana ya, jaga Gala ya Jona!” Embun sedikit berteriak agar suaranya kedengaran.

Jonathan menjawab dengan acungan jempol.

Embun melihat foto Jonathan yang ada di layar handphonenya.

“Jaga Gala ya Jona.”

“Yeayyy sampai!” Seru Galaxy bersemangat ketika mereka telah sampai di sebuah villa.

“Bunda disini cantik banget ya bunda? Kayak bunda,” ucap Galaxy.

Embun dan Jonathan tertawa mendengar hal tersebut.

“Siapa yang ajarin kamu kayak gitu?” tanya Embun.

“Galaxy sendiri!” jawab Galaxy dengan percaya diri.

“Ayah gendong,” kata Galaxy seraya mengulurkan tangannya meminta agar digendong oleh Jonathan.

Jonathan membulatkan matanya, menatap Embun tidak percaya. “A-ayah?” tanyanya tidak percaya.

Embun mengangguk dan tersenyum. “Aku udah jelasin semuanya ke Galaxy, belum semuanya, tapi sekarang yang dia tau kamu ayahnya Jona,” jawab Embun.

Jonathan tersenyum senang, dengan cepat ia menggendong Galaxy, dan memeluknya dengan erat.

“Terima kasih,” ucapnya.

Jonathan refleks mencium kening Embun, membuat Embun terdiam kaget.

“M-maaf, aku kelepasan,” kata Jonathan tersadar.

Embun tersenyum seraya mengangguk. “It's okay Jona,” balas Embun dengan tenang.

“Ayah habis ini ke pantai yuk?” ajak Galaxy.

Jonathan mengangguk mantap. “Dengan senang hati pangeran kecil,” jawab Jonathan mengiyakan ajakan Galaxy.

“Eits! Ganti baju dulu, pake baju santai aja ya Jo, abang juga ya ganti baju,” ucap Embun.

“Siap bunda!” jawab Jonathan dan Galaxy bersemangat.


Galaxy tengah berlari-larian di pasir pantai tidak jauh dari villa mereka menginap.

“Abang jangan jauh-jauh!” teriak Embun memperingati agar Galaxy tidak lari terlalu jauh.

“Embun,” panggil Jonathan dengan lembut.

Embun mengalihkan pandangannya menatap Jonathan. “Iya Jona?” jawab Embun.

“Terima kasih ya?”

Embun mengangguk. “Iya Jona, terima kasih juga karena enggak berubah,” ucap Embun. “Berubah sih, jadi lebih kurus Embun gak suka.” Embun memanyunkan bibirnya.

Jonathan terkekeh lalu mengacak-acak rambut Embun. “Nanti aku makan banyak, asal kamu yang masak.”

Embun mengangguk. “Janji ya?”

“Janji,” balas Jonathan seraya mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Embun.

Jonathan menghampiri Galaxy, seraya memfoto Galaxy yang sedang bermain di pasir.

“Jo! lihat kesini,” suruh Embun agar Jonathan melihat ke arah dirinya.

Dengan cepat Embun memfoto Jonathan ketika Jonathan melihat ke arah dirinya.

“Okey, aku tunggu disana ya, jaga Gala ya Jona!” Embun sedikit berteriak agar suaranya kedengaran.

Jonathan menjawab dengan acungan jempol.

Embun melihat foto Jonathan yang ada di layar handphonenya.

“Jaga Gala ya Jona.”

“Yeayyy sampai!” Seru Galaxy bersemangat ketika mereka telah sampai di sebuah villa.

“Bunda disini cantik banget ya bunda? Kayak bunda,” ucap Galaxy.

Embun dan Jonathan tertawa mendengar hal tersebut.

“Siapa yang ajarin kamu kayak gitu?” tanya Embun.

“Galaxy sendiri!” jawab Galaxy dengan percaya diri.

“Ayah gendong,” kata Galaxy seraya mengulurkan tangannya meminta agar digendong oleh Jonathan.

Jonathan membulatkan matanya, menatap Embun tidak percaya. “A-ayah?” tanyanya tidak percaya.

Embun mengangguk dan tersenyum. “Aku udah jelasin semuanya ke Galaxy, belum semuanya, tapi sekarang yang dia tau kamu ayahnya Jona,” jawab Embun.

Jonathan tersenyum senang, dengan cepat ia menggendong Galaxy, dan memeluknya dengan erat.

“Terima kasih,” ucapnya.

Jonathan refleks mencium kening Embun, membuat Embun terdiam kaget.

“M-maaf, aku kelepasan,” kata Jonathan tersadar.

Embun tersenyum seraya mengangguk. “It's okay Jona,” balas Embun dengan tenang.

“Ayah habis ini ke pantai yuk?” ajak Galaxy.

Jonathan mengangguk mantap. “Dengan senang hati pangeran kecil,” jawab Jonathan mengiyakan ajakan Galaxy.

“Eits! Ganti baju dulu, pake baju santai aja ya Jo, abang juga ya ganti baju,” ucap Embun.

“Siap bunda!” jawab Jonathan dan Galaxy bersemangat.


Galaxy tengah berlari-larian di pasir pantai tidak jauh dari villa mereka menginap.

“Abang jangan jauh-jauh!” teriak Embun memperingati agar Galaxy tidak lari terlalu jauh.

“Embun,” panggil Jonathan dengan lembut.

Embun mengalihkan pandangannya menatap Jonathan. “Iya Jona?” jawab Embun.

“Terima kasih ya?”

Embun mengangguk. “Iya Jona, terima kasih juga karena enggak berubah,” ucap Embun. “Berubah sih, jadi lebih kurus Embun gak suka.” Embun memanyunkan bibirnya.

Jonathan terkekeh lalu mengacak-acak rambut Embun. “Nanti aku makan banyak, asal kamu yang masak.”

Embun mengangguk. “Janji ya?”

“Janji,” balas Jonathan seraya mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Embun.

Jonathan menghampiri Galaxy, seraya memfoto Galaxy yang sedang bermain di pasir.

“Jo! lihat kesini,” suruh Embun agar Jonathan melihat ke arah dirinya.

Dengan cepat Embun memfoto Jonathan ketika Jonathan melihat ke arah dirinya.

“Okey, aku tunggu disana ya, jaga Gala ya Jona!” Embun sedikit berteriak agar suaranya kedengaran.

Jonathan menjawab dengan acungan jempol.

Embun melihat foto Jonathan yang ada di layar handphonenya.

“Jaga Gala ya Jona.”