—
Tatapan kosong menatap ke arah luar jendela. Itu yang sedang gue lakukan sekarang.
Tidak tau arah, dan tidak tau untuk berbuat apa.
Sekarang gue lagi di dalam mobil seorang pria yang sangat gue cintai. Kata orang kalo kamu sedang bersama seseorang yang sangat kamu cintai, maka kamu akan berbahagia saat itu.
Tapi kenapa gue gak merasakan itu? Aahhh, keadaan yang menimpa gue sekarang membuat gue tidak peduli apapun yang ada di sekita.
Sebuah tangan memegang tangan kiri gue, itu tangan dia tangan pria yang sangat gue cintai namanya Johnny.
“What happened?” Tanyanya dengan suara yang begitu lembut.
Suara yang selalu membuat gue nyaman, suara manis yang selalu menyenangkan jika terdengar.
Gue memalingkan wajah ke arahnya, dan menatap mata yang indah itu. “Nothing,” Jawab gue singkat.
Namun pria yang bertanya tadi bukanlah pria yang baru kenal gue dalam 1 hari, tapi sudah 5 tahun gue sama dia menghabiskan waktu bersama. Keluh, masalah dan semuanya sudah kita rasakan.
“Sini, Sit on my lap,” Suruhnya.
Gue sedikit terkejut, bukan apa-apa namun sekarang kita sedang berada di mobil, bagaimana mungkin aku bisa duduk di pangkuannya?
“Gpp Jo, jalan aja.” Gue melempar senyum ke arahnya.
Namun Johnny tetaplah Johnny, ia menarik tangan gue. Dan membuat gue sekarang duduk di pangkuan dia.
Perlahan dia mengusap pipi gue, netra mata yang tidak lepas menatap tajam mata gue. “Cantiknya Johnny kenapa hm?” Tanyanya dengan suara yang begitu lembut.
Suara itu berhasil membuat emosi gue campur aduk, gue gatau harus gimana, gue gatau apa yang terjadi pada diri gue saat ini.
Gue merebahkan kepala ke pundak kiri Johnny. Tangan Johnny semakin erat memeluk tubuh gue.
“Aku capek Jo, capek sama keadaan sekarang,” Ungkap gue. “Insecure, pengen nyerah.” Gue mengeluarkan semua emosi yang ada di diri gue.
Gue dapat mendengar Johnny menghela nafas panjang. Kedua tangannya beralih menangkup kedua pipi gue, lalu mensejajarkan kepala gue ke depan kepala dia.
“Cantiknya Johnny kenapa gak nangis?” Tanya dia.
Gue sedikit keheranan, kenapa dia nanya gue gak nangis? Bukannya bagus? Jadi ingus gue gak meler kemana-mana.
“Udah kering,” Jawab gue singkat sambil mengerucutkan bibir.
Johnny terkekeh, lalu ia mengecup sebelah mata gue, membuat mata gue otomatis tertutup. Lalu ia mengecup mata yang sebelahnya sebelum bibirnya mendarat di bibir gue.
Bibir Johnny tidak hanya diam, ia sedikit melumat bibir gue. Semakin lama ciuman itu semakin dalam, namun tidak ada balasan dari gue.
Setelah beberapa menit mencumbu bibir gue, ia melepas ciuman itu. Matanya kembali menatap mata gue.
“Bim sala Bim, cantiknya Johnny nangis,” Ucap dia seakan-akan mengeluarkan mantra sihir.
Gue terkekeh, dan anehnya mantra itu berhasil, air mata gue terjun bebas layaknya air terjun membasahi pipi gue.
Johnny tersenyum, namun keadaan gue kembali berantakan, gue menangis hingga seseugkan. Ia menarik tubuh gue lagi ke pelukannya.
Tangannya mengusap pelan rambut dan punggung gue.
“Insecure hal manusiawi, capek hal manusiawi, kamu wajib mendapatkan itu dalam hidup kamu, karena itu yang akan menguji apakah kamu pantas atau tidak,” Jelas dia dengan suara lembut.
Gue semakin sesegukan. “Tuhan, gak sayang, sama aku, makanya, aku, di kasih, cobaan hueeeee,” Sahut gue terbata-bata lalu kembali histeris.
Johnny terkekeh, menurut dia keadaan gue yang sekarang sangat menggemaskan, karena setiap gue selesai nangis dia akan bilang 'kamu menggemaskan pas nangis'.
“Bukannya Tuhan gak sayang kamu, tapi Tuhan tau kamu sanggup, dan kamu yang terbaik dalam hal itu,” Jawab dia.
“Cantiknya Johnny boleh nangis ketika merasa hancur, boleh kecewa dengan keadaan,” Kata dia. “Tapi ingat, jangan sampai nyerah, karena cantiknya Johnny adalah wanita yang kuat, dan wanita yang hebat!” Lanjutnya dengan suara yang bersemangat.
Gue menatap mata dia, lalu tersenyum. Dia tersenyum balik melihat gue. Walaupun gue sedikit malu dengan keadaan sekarang. “Pasti aku jelek, ingusnya kemana-mana,” Jujur gue dengan suara masih sesegukan.
Johnny terkekeh. “Cantiknya Johnny gak pernah jelek, kalo cantiknya Johnny jelek berarti itu kesalahan Johnny.” Air mata gue kembali mengalir. “Berarti Johnny gagal menjadikan dia sebagai seorang ratu di hidup Johnny, dan aku gamau itu terjadi sama kamu,” Sambungnya.
Ia menangkup pipi gue. “Karena kamu,” kata dia lalu mengecup mata kanan gue. “Cantiknya Johnny.” Ia kembali mengecup mata kiri gue.
Gue memeluk erat lehernya menenggelamkan wajah gue di sana. Gue adalah wanita yang paling beruntung di dunia ini.







