Panglimakun

Perlahan gue berusaha membuka mata, begitu kagetnya gue melihat keadaan gue sekarang.

Dengan keadaan kaki menggantung, tangan terikat di rantai yang menjulur tinggi pada sebuah katrol.

“Arrgghhh,” ringis gue.

“Oh hai cantik!” Sapa seorang pria di sana.

“Who are you?”

Pria itu tersenyum dan memberikan kode untuk menurunkan gue sedikit.

“Perkenalkan saya Kris, musuh terbesar Johnny Suh,” Jawab dia.

Fuck, lagi-lagi Johnny. Sebesar inikah efek dari dia?

“Dan perkenalkan dia,” Ucap Kris memperkenalkan seseorang yang baru saja menghampiri dirinya. “Chealse My beloved wife,” Sambungnya.

Chealse, rubah sawah. Bedebah kamu.

“Hai Bella, ternyata kamu masih hidup? Gue kira udah mati depresi,” Ejek dia seraya tertawa.

“Diam mulut kamu!” Bentak gue.

“Boleh aku mulai permainannya?” Tanya Chealse ke Kris.

Kris merespon dengan senyuman. “Do it,” Respon dia.

Chealse tersenyum, lalu gue ngelihat dia mengeluarkan sebuah pisau dari saku bajunya.

Dia mendekat ke gue. “Dulu di perut ini pernah mengandung anak Johnny kan? Gue gak Sudi!” Kata dia dengan nada tinggi.

“Lo harus mati!” Seketika pisau yang ada di tangan Chealse menancap tepat di perut gue.

“Arghh,” Keluh gue, sakit gue gak bisa ngapa-ngapain sekarang. Gue gak bisa kabur.

Chealse tertawa melihat darah gue yang mengalir kemana-mana. “Lo harus tau posisi lo Bella, lo harus sadar sekarang ko berhadapan dengan siapa!”

Yang gue lakuin sekarang cuman nangis, dan menahan rasa sakit. Menunggu nyawa gue benar-benar menghilang dari badan gue.

“Sekarang giliran aku sayang,” Ucap Kris.

Gue ngelihat Kris membawa sebuah cambukan di tangannya. Gue menggeleng lemah.

“No, please no,” mohon gue dengan nada rendah.

Namun tidak ada yang peduli dengan keadaan gue sekarang.

Plakk

Kris mencambuk punggung gue dengan keras. Sakit, perih, gue gak bisa ngejelasin gimana rasa sakitnya, gue cuman bisa nangis, melawan pun tidak bisa.

Plakk

Satu cambukan lagi berhasil mendarat di punggung gue.

Kenapa? Kenapa harus gue yang menerima semua ini, sakit.

“count,” Suruh Kris dengan nada mengintimidasi.

Gue menggeleng lemah, gue gak mau menuruti perintah dia.

Plakk

Lagi-lagi Kris mencambuk gue dengan sangat keras.

“Just fucking kill me !” Jerit gue dengan sekuat tenaga.

“Count!” Teriak dia menyuruh gue menghitung.

Plakk

Gue udah gak sanggup, gue kehilangan tenaga. Gue udah benar-benar gak sanggup lagi.

“One,” gue menuruti perintah dia. Gue dapat melihat samar-samar dia tertawa, dan begitupun dengan Chealse.


Badan gue terasa sakit, sangat sakit. Gue masih tergantung seperti tadi.

Apa gue udah mati?

Perlahan gue membuka mata, samar-samar gue mendengar suara baku tembak di luar sana. Dan gue dapat melihat orang-orang yang gue kenal.

Gue tersenyum ketika melihat seseorang menghampiri gue. Di mata gue dia adalah pangeran kecil gue. Haechan, gue ngelihat Haechan.

“Haechan.... Maafin.... Bunda.... Haechan,” Ucap gue terbata-bata karena gue udah gak punya tenaga.

Orang tersebut membantu gue terlepas dari rantai, kini gue ada di pelukan dia. Dan gue dapat melihat dengan jelas siapa orang yang ada di depan gue.

Dengan sekuat tenaga gue meraba saku celana, mengambil secarik kertas yang udah gue sediakan tadi.

“Sorry,” Ucap gue seraya menyerahkan kertas itu ke Johnny.

Gue ngelihat Johnny menangis, menangis sejadi-jadinya.

“Bunda-”

“Sayang-”

“K..kalian-”

Kini gue benar-benar kehilangan kesadaran, suara yang terakhir kali gue denger adalah suara tangisan Johnny.

Setidaknya gue dapat pergi dengan tenang sekarang. Gue berharap Johnny membawa jasad gue dan menguburkannya dengan terhormat nanti.


“No Bella no!” Teriak Johnny dengan tangisan.

Ia masih memeluk Bella yang sekarang tidak lagi bergerak.

Ia sangat merasa bersalah, menyesal ketika melihat wanita yang dulunya ada di pelukannya kini terlihat sangat mengenaskan.

Suara baku tembak masih memenuhi ruangan itu. Semua itu di lakukan oleh Doyoung, Taeyong dan beberapa teman seperkumpulan Johnny.

Johnny masih seruak memeluk Bella, lalu ia membuka kertas yang di berikan oleh Bella tadi.

Ia membaca kertas itu. ' i lost our baby '

Tangis Johnny semakin menjadi-jadi, ia sangat menyesal. Dosa yang telah ia lakukan ke Bella sangat besar.

“Bella bangun, maafkan saya. Maafkan saya,” Ucapnya berkali-kali.

Di lain sisi Chelsea melihat Johnny memeluk Bella, ia merasa cemburu dengan itu.

Ia mempoint pistol yang ada di tangannya tepat menuju Johnny.

“Bella, bangun kita balas mereka yang sudah menyakiti kamu Bella, bangun hukum saya.”

Chelsea menarik pelatuk Pistol itu.

Dorr

Suara tembakan yang berhasil membuat semua orang-orang Johnny terdiam seketika


“Nana gak usah panik, mungkin Bella cuman cari angin sebentar.”

”..........”

“Iya Nana, Abang cari, kamu jangan khawatir,” Finish Jaffrey lalu ia menutup teleponnya.

“Jangan panik, soalnya dia ada di samping saya sekarang,” Monolog Jaffrey dengan seringai di mulutnya.

Jaffrey mengendarai mobil nya semakin kencang. “Bella, Bella, kalo mau nyudahin hidup jangan bunuh diri, biar gue bawa aja ke dia,” Sambungnya.

Bella sudah di bius oleh Jaffrey tadi, kini pingsan di bangku penumpang tepat di sebelah Jaffrey.


1 Jam yang lalu

Gue menulis satu kalimat di kertas, lalu gue membereskan barang-barang gue semuanya.

Gue hendak keluar dari apartemen Nana. “Bunda harus ngejaga kamu di sana,” Monolog Gue.

Kini gue cuman membawa sebuah tas ransel dan handphone di tangan gue. Berjalan gatau kemana yang penting sampe.

Sampai akhirnya gue tiba di Jembatan pinggir sungai. Gue menarik nafas dalam-dalam.

“Bella bodoh, kenapa Tuhan jahat sama Bella!” Jerit gue, gue udah gak peduli kalo ada yang lihat gue.

“Kenapa Tuhan ambil dia juga, dia harapan Bella satu-satunya!” Gue gak sanggup menahan air mata lagi.

Gue menangis sejadi-jadinya di sana, gue merasa bersalah sama keadaan.

“Nangis gak menyelesaikan masalah,” Ujar seseorang. Gue melihat ke asal suara itu ternyata dia adalah Jaffrey.

Gerak-gerik Jaffrey sangat aneh, dia berusaha mendekati gue. Dan detik kemudian dia menusuk sebuah jarum suntik ke leher gue.

“Arghh shit kimia,” Umpat gue sebelum kesadaran gue menghilang.


“Nana gak usah panik, mungkin Bella cuman cari angin sebentar.”

”..........”

“Iya Nana, Abang cari, kamu jangan khawatir,” Finish Jaffrey lalu ia menutup teleponnya.

“Jangan panik, soalnya dia ada di samping saya sekarang,” Monolog Jaffrey dengan seringai di mulutnya.

Jaffrey mengendarai mobil nya semakin kencang. “Bella, Bella, kalo mau nyudahin hidup jangan bunuh diri, biar gue bawa aja ke dia,” Sambungnya.

Bella sudah di bius oleh Jaffrey tadi, kini pingsan di bangku penumpang tepat di sebelah Jaffrey.


1 Jam yang lalu

Gue menulis satu kalimat di kertas, lalu gue membereskan barang-barang gue semuanya.

Gue hendak keluar dari apartemen Nana. “Bunda harus ngejaga kamu di sana,” Monolog Gue.

Kini gue cuman membawa sebuah tas ransel dan handphone di tangan gue. Berjalan gatau kemana yang penting sampe.

Sampai akhirnya gue tiba di Jembatan pinggir sungai. Gue menarik nafas dalam-dalam.

“Bella bodoh, kenapa Tuhan jahat sama Bella!” Jerit gue, gue udah gak peduli kalo ada yang lihat gue.

“Kenapa Tuhan ambil dia juga, dia harapan Bella satu-satunya!” Gue gak sanggup menahan air mata lagi.

Gue menangis sejadi-jadinya di sana, gue merasa bersalah sama keadaan.

“Nangis gak menyelesaikan masalah,” Ujar seseorang. Gue melihat ke asal suara itu ternyata dia adalah Jaffrey.

Gerak-gerik Jaffrey sangat aneh, dia berusaha mendekati gue. Dan detik kemudian dia menusuk sebuah jarum suntik ke leher gue.

“Arghh shit kimia,” Umpat gue sebelum kesadaran gue menghilang.


“Nana gak usah panik, mungkin Bella cuman cari angin sebentar.”

”..........”

“Iya Nana, Abang cari, kamu jangan khawatir,” Finish Jaffrey lalu ia menutup teleponnya.

“Jangan panik, soalnya dia ada di samping saya sekarang,” Monolog Jaffrey dengan seringai di mulutnya.

Jaffrey mengendarai mobil nya semakin kencang. “Bella, Bella, kalo mau nyudahin hidup jangan bunuh diri, biar gue bawa aja ke dia,” Sambungnya.

Bella sudah di bius oleh Jaffrey tadi, kini pingsan di bangku penumpang tepat di sebelah Jaffrey.


1 Jam yang lalu

Gue menulis satu kalimat di kertas, lalu gue membereskan barang-barang gue semuanya.

Gue hendak keluar dari apartemen Nana. “Bunda harus ngejaga kamu di sana,” Monolog Gue.

Kini gue cuman membawa sebuah tas ransel dan handphone di tangan gue. Berjalan gatau kemana yang penting sampe.

Sampai akhirnya gue tiba di Jembatan pinggir sungai. Gue menarik nafas dalam-dalam.

“Bella bodoh, kenapa Tuhan jahat sama Bella!” Jerit gue, gue udah gak peduli kalo ada yang lihat gue.

“Kenapa Tuhan ambil dia juga, dia harapan Bella satu-satunya!” Gue gak sanggup menahan air mata lagi.

Gue menangis sejadi-jadinya di sana, gue merasa bersalah sama keadaan.

“Nangis gak menyelesaikan masalah,” Ujar seseorang. Gue melihat ke asal suara itu ternyata dia adalah Jaffrey.

Gerak-gerik Jaffrey sangat aneh, dia berusaha mendekati gue. Dan detik kemudian dia menusuk sebuah jarum suntik ke leher gue.

“Arghh shit kimia,” Umpat gue sebelum kesadaran gue menghilang.


Gue berjalan menuju dapur apartemen Nana, sekarang gue tinggal di sini untuk beberapa saat.

Dengan tangan kanan gue mengangkat gelas dan meneguk air putih perlahan. Sebelah tangan gue memainkan handphone, mata gue tertuju ke room chat dari Chelsea.

Trangg

Seketika gelas yang gue pegang terjatuh bebas ke lantai. Gue gak bisa menahan nangis gue lagi.

“Gak, gak mungkin,” Gumam gue ketika membaca chat dari Chealse.

Gue berjalan untuk mengambil kain lap, hendak membersihkan tumpahan air dan pecahan kaca dari gelas yang jatuh tadi.

Namun naas, kaki gue terinjak pecahan kaca gelas gue tadi.

“Arghh fuck,” Ringis gue.

Namun gue tetap berusaha buat meraih kain yang tidak jauh dari gue berada.

“Fuck, help me!” Teriak gue.

Gue kepeleset karena tumpahan air, sakit banget pinggang perut gue semuanya sakit.

Perlahan gue ngelihat kebawah. “No!” Gue ngelihat darah keluar dengan deras dari bawah gue.

“Arghhh, tolong,” ucap gue perlahan karena kesakitan. Tapi kayaknya usaha gue sia-sia, di sini gak ada siapa-siapa.

Gue memegang perut gue yang terasa sangat sakit. “No please jangan anak gue,” Monolog gue.

Ceklek

Gue ngedenger suara pintu terbuka. Namun keadaan gue uda h gak memungkinkan, gue lemes banget.

“Kak Bella!” Teriak Nana ketika melihat Bella yang sudah pingsan dengan darah yang berceceran dimana-mana.

Gue menatap lurus ke arah jalanan. Sekarang gue lagi di halte bus, bukan untuk nunggu bus. Tapi emang gue gak punya tujuan hidup sekarang.

“Halo kak.” Tiba-tiba seorang gadis menyapa gue.

“Oh hai,” Sahut gue.

“Hai kak kenalin aku Nana, aku lihat kakak kayak kebingungan dari tadi,” Ucap dia memperkenalkan diri seraya melihat gue dari ujung kepala sampe kaki.

Gue mau ketawa, tapi masa gue ngetawain diri sendiri. “Iya, kebetulan saya lagi nyari tempat buat tinggal sementara. Soalnya kebetulan saya baru pindah ke daerah ini,” Jawab gue.

Gue pindah kota, karena kemungkinan kalo gue berkeliaran di sana, gue bakalan malu sendiri.

“Ahh gitu,” Respon dia. “Kebetulan Nana ada kamar apartemen yang gak di pake kak. Soalnya sekarang Nana tinggal bareng Abang Nana,” Lanjutnya.

Jadi ini ceritanya dia nawarin gue tempat tinggal? Tapi gue gak kenal sama dia.

“Ahh itu bang Jaff, sebentar ya kak!” Serunya lalu beranjak menuju ke sebuah mobil yang baru saja berhenti di depan mereka.

Selang beberapa menit gue ngelihat pria lumayan tampan keluar dari mobil.

“Hai, kamu yang mau tinggal di apartemen adik saya?” Tanya orang itu.

Gue bingung, soalnya gue belum jawab apa-apa sama Nana tadi.

“Ahh iya, kalo boleh. Perkenalkan saya Bella,” Respon gue.

Dia mengangguk. “Saya Jaffrey, kopernya saya bawa ke mobil ya. Kamu langsung aja ke mobil udah ada Nana di sana,” Suruh dia.

Sebenernya gue gak enak, namun daripada gue kayak orang gila. Yaudah deh gue ngikut aja.


Johnny berlari dengan kencang menyusuri koridor rumah sakit. Sesampainya ia di ruang ICU, Johnny dapat melihat Ketiga sahabatnya dan juga Kim disana.

Burghh

Satu tonjokan berhasil melayang di pipi johnny, dan itu berasal dari Taeyong.

“Arghhh,” Johnny meringis kesakitan seraya memegang pinggir bibirnya yang mengeluarkan darah.

“Lo kalo bodoh, jangan jadiin orang lain korban,” Murka Taeyong. “Gue udah sabar ngelihat lo ngusir Bella, ngatain Bella, tapi gue udah gabisa lagi kalo udah berurusan dengan Haechan,” Sambungnya.

Johnny hanya menatap mereka keheranan, ia tidak mengerti dengan keadaan sekarang.

“Haechan di temukan maid dalam kondisi tergantung, mencoba untuk bunuh diri, namun segera di tahan,” Kata Yuta. “Penyebab ia masuk ruang ICU karena luka yang ada di tubuhnya,” Sambung Yuta berushaa menjelaskan semuanya.

Johnny mengerutkan dahinya kebingungan. “Luka?” Tanyanya memastikan.

Doyoung terkekeh melihat ekspresi Johnny sekarang. “Ya luka, lo bawa kembali luka itu ke kehidupan Haechan, kan udah gue bilang lo bodoh,” Jawabnya dengan nada sedikit emosi.

“Luka yang ia dapat dari Chelsea, Chelsea menyiksa Haechan habis-habisan,” tambah Yuta.

Johnny menggelengkan kepalanya. “Gak mungkin,” Ujarnya tidak terima.

Namun Haechan bukan anak yang bodoh, ia mereka semua kejadian itu. “Nih videonya lo cek sendiri, habis itu gih kawin lagi sama Chelsea, biar lo membusuk di dunia!” Marah Doyoung seraya menyerahkan sebuah handphone.

Johnny fokus ke layar handphone yang menunjukkan sebuah Video. Video dimana Haechan benar-benar di pukuli oleh Chelsea. Kaki Johnny seketika melemah. “Fuck,” Umpatnya.

Muka Johnny memerah seakan-akan sedang menahan amarah.

“Maafin Daddy,” ucapnya dengan penuh penyesalan terhadap sang anak.

Yuta menghela nafasnya lalu duduk di samping Johnny. “Bella di fitnah, itu permainan dari Chelsea agar bisa buat lo lemah,” Jelas Yuta. “Kita masih mengumpulkan bukti, apakah dia bekerjasama dengan Kris untuk menjatuhkan lo lagi atau tidak,” Sambungnya.

Kepala Johnny terasa di hantam dengan beribu besi, ia merasakan sakit dan penyesalan menjadi satu.

“Dimana Bella?” Tanya Johnny.

Yuta sangat ingin jujur dengan keadaan Bella sekarang, bagaimanapun Johnny harus tau bahwa Bella sedang mengandung anaknya. Tapi ia sudah berjanji dengan Bella untuk merahasiakan semuanya.

Yuta menghela nafas lalu menatap lurus ke ujung koridor, ia mengerutkan keningnya seperti melihat seseorang di sana.

“Dia baik-baik aja di rumahnya,” Jawab Yuta.


Gue jalan berbarengan sama Johnny, dan tidak pernah lupa Johnny ngerangkul pinggang gue. Mungkin dia takut gue hilang kali ya?

Di sana banyak orang, pas gue tanya mafia semua kah, jawabannya apa? Ya betul 99,99% mafia. Manusia biasa siapa ? Ya betul cuman gue.

“Hei bro!” Sapa seseorang menghampiri Johnny dan gue.

Johnny tersenyum ke arah dia. “Hai Lucas, sendirian?” Tanya Johnny ke orang yang bernama Lucas itu.

“Iya lah hahaha, bawa gandengan nih bro? Wah gila keren, hai girl what your name?” Respon Lucas menanyakan nama gue.

Gue ngelirik Johnny sesaat, dan Johnny mengangguk. “Bella Kim, nice to meet you Lucas,” Jawab gue seraya tersenyum.

Gue ngelihat Lucas terkekeh. “Kayaknya dia bukan dari kalangan kita Jo,” Kata dia. “It's okay girl, Johnny bakalan ngejaga Lo,” Sambungnya. “Gue duluan ya!” Pamit dia lalu seketika menghilang dari sana.

Gue dan Johnny cuman senyum ke arah Lucas.

“It's okay, semua yang ada di sini-” ucap Johnny tergantung.

“Apa?” Tanya gue penasaran.

“Gak baik hahahaha,” Sambung Johnny dengan kekehan nya.

Gue menatap dia dengan tatapan tajam. “Ihhhhhhhhhh.” Tangan gue bergerak mencubit pinggang dia.

“Ampun-ampun,” Keluh dia masih dengan tawa yang sama, bikin gue kesal.


Sekarang gue sendirian di samping sebuah kolam besar di gedung ini. Johnny pamit sebentar ingin berbicara dengan rekan kerjanya.

Sebenernya gue gak sendirian, tapi ada beberapa istri dari rekan-rekan Johnny, dan mereka tampak ramah.

Tapi gue inget semua kata-kata Johnny mereka tidak sepenuhnya baik. Jadi takut.

Tiba-tiba seorang wanita dengan pakaian yang sangat elegan menghampiri gue.

“Hai Bella,” Sapa dia sedikit sksd menurut gue. Darimana dia tau nama gue coba?

“Hai,” Jawab gue singkat biar gak di kira sombong.

Gue tersenyum ke arah gue. “Kenalin saya Chelsea istri Johnny, ibu kandungnya Haechan,” Ucap dia memperkenalkan diri dengan bangga.

Gue cuman menjawab dengan senyuman canggung.

“Kamu siapa?” Tanyanya. “Sekretaris pribadi Johnny? Maid? Or another baby girl?” Ucap dia memastikan dengan nada bicara yang sangat mengesalkan.

Gue gatau harus jawab apa, gue gak terikat hubungan apa-apa sama Johnny. “Salam kenal Chelsea,” Sahut gue agar tidak merasa canggung.

Gue ngelihat Chelsea tatap-tatapan dengan seseorang yang ada di belakang gue. Gerak-gerik dia sangat mencurigakan.

Dengan perlahan Chelsea mendekati dirinya ke kolam, dan kebetulan gue ada di pinggir kolam. Bener-bener pinggir kolam.

Byurrr

Suara air gemercik karena Chelsea yang terjatuh ke kolam. Tentu saja hal itu membuat semua fokus orang yang ada di sana teralih.

“Tolong!” Tolong saya,” pinta Chelsea. Namun tidak ada yang menolong dia.

Dia tetap mengapung, kayaknya gak bisa berenang, gue harus gimana?

Tiba-tiba gue ngelihat Johnny dan beberapa rekannya termasuk Yuta, taeyong, Doyoung, dan Lucas.

“Jo-”

“Dia yang ngedorong Chelsea ke kolam, dan saya mendengar dia mengejek-ngejek Chelsea tadi,” Ucap seseorang tiba-tiba dari belakang gue.

Apa-apaan? Bahkan gue gak ngomong apa-apa tadi.

“Enggak Jo!” Protes gue.

Namun tidak ada jawaban dari Johnny, dia cuman natap gue dengan tatapan tajam seperti sedang marah.

Dan orang-orang di sana. Arghhh mereka semua ngejebak gue!

Byurr

Detik kemudian Johnny loncat ke dalam kolam, dan ia membantu Chelsea kembali ke tepian.

Lalu dengan segera Johnny pergi dengan Chelsea di gendongannya. Bagaimana dengan gue?

“Jo!” Gue pengen teriak tapi gabisa, gue takut.

Yuta ngehampiri gue dengan raut wajah khawatir.

“Yut sumpah gue gak ngapa-ngapain!” Gue coba ngejelasin semuanya ke Yuta.

Yuta mengangguk. “ I know, sekarang kita susul mereka,” Ajak Yuta seraya menarik tangan gue meninggalkan tempat jahanam itu.

Gue benci, sekali lagi gue benci party! Udah seharusnya gue gak ikut.


Gue di anterin Yuta kembali ke rumah. Sesampainya gue di rumah Johnny, dengan segera gue berlari masuk ke dalam.

Dan benar gue ngelihat Johnny duduk di sofa ruang tengah dengan Chelsea yang ada di pelukannya.

“Jo,” panggil gue.

Gue ngeliat Chelsea semakin mengeratkan pelukannya ke Johnny. “Jo aku takut, sekretaris kamu jahat,” Ucap dia seakan-akan gue yang jahat di sini.

Johnny natap gue dengan penuh amarah, gue takut kaki gue bergetar. Bahkan nafas gue udah gak stabil, trauma gue kembali.

Gue ngelihat Mr.Kim menyeret sebuah koper besar. Wait? Itu koper gue.

“Pergi kamu dari sini,” Suruhnya dengan nada mengintimidasi.

Dengan tatapan yang masih dengan penuh amarah, namun tangan ia masih memeluk Chelsea agar Chelsea tidak ketakutan.

“Kamu saya pecat!” Teriak Johnny.

Damn, hati gue seketika hancur. Air mata gue tiba-tiba berhasil meluncur.

“Jo-”

“Pergi! Gak denger ? Kamu saya pecat, dasar jalang murahan!” Imbuhnya masih dengan suara yang tegas dan penuh amarah.

Sakit Jo, gue sakit gue takut. Gue gak berani ngelawan. Gue tersenyum ke arah mr.kim dan meraih koper milik gue.

“Ini,” ucap mr.kim menyerahkan secarik kertas.

“Itu gaji kamu, anggap saja bayaran atas tubuh yang sudah kamu berikan buat saya.” Suara Johnny kembali masuk ke telinga gue.

Jadi selama ini gue cuman di anggap pemuas nafsu belaka buat dia? Hahaha gue nya aja yang bodoh. Gue tersenyum melihat sebuah cek yang ada di tangan gue. Cek bernominal 1 milyar.

Dengan cepat gue merobek cek itu. Gue tersenyum ke arah Johnny. “Saya gak menjual tubuh saya,” Ucap gue.

“Jo,” Rengek Chelsea seakan-akan takut dengan keberadaan gue.

“Pergi kamu dari sini!” Usir dia.

Iya Jo, gue bakalan pergi. Perlahan dengan kaki bergetar gue berusaha keluar dari rumah itu.

“Bunda!” Teriak Haechan tiba-tiba. “Bunda jangan pergi!!!” Sakit, mendengar suara tangisan Haechan.

Ceklek

Suara pelatuk Pistol yang dari tangan johnny. “Kamu pergi atau saya bunuh anak itu?” Ancamnya.

Gue menatap mata Haechan sebentar. “Haechan anak baik, tugas bunda udah selesai ya?” Sekarang keluarga kamu udah utuh, kamu akan hidup berbahagia, sampai jumpa anak baik!” Lalu perlahan gue melangkahkan kaki keluar.

“Bundaaaaaa!!!” Suara itu masih jelas terdengar di telinga gue.

Hati gue sesak, gue gatau harus ngapain sekarang.

Ternyata gue salah, gue salah udah menaruh harapan kembali. Dari awal seharusnya gue sadar diri.

Sekarang gue hancur, udah saatnya ini semua berakhir. Hidup gue maksudnya?


Gue udah coba buat tidur dari tadi, namun gak bisa. Mood gue berantakan, gue gatau harus apa.

Gue ngerasain tiba-tiba ada tangan kekar meluk badan gue dari belakang. “I'm home,” ucap sang pemilik tangan. “I'm home Bella, maaf aku pulang telat.” Johnny Suh sang pemilik tangan mengeratkan pelukannya.

Gue menghela nafas. “Ya Gpp Jo,” Sahut gue.

“Aku gak suka,” Keluh dia tiba-tiba.

Gue mengerutkan dahi. “Gak suka apa?” Tanya gue kebingungan.

Johnny menghela nafas berat, dan gue bisa merasakan benturan nafasnya mengenai leher gue. “Gak suka di panggil lo,” Jawabnya dengan nada rendah membuat gue sedikit ketakutan.

“Maaf, tadi kelepasan.” Gue memainkan jari-jari gue sangking gugupnya.

“Kamu marah?” Tanyanya. “Hadap aku sayang,” Suruh Johnny ke gue.

Dengan perasaan campur aduk gue memberanikan diri buat berbalik badan menghadap dia. Kini mata gue sama mata Johnny bertemu, mata yang bisa buat gue aman seketika.

“Maaf aku gak ngabarin seharian, maaf aku pulang telat,” Sesalnya berkali-kali.

Gue tersenyum mendengar itu, entah senyuman memaafkan atau senyuman meremehkan.

“Lagian aku siapa kamu Jo? Mau kamu pulang telat, mau kamu gak pulang, itu bukan urusan ak-”

Ucapan gue tertahan karena Johnny ngebungkam bibir gue pake bibir dia.

Johnny mengecup bibir gue berkali-kali, sial gue lupa cara bernafas.

Johnny mengusap pipi gue pelan, menatap mata gue dengan penuh amarah, seakan-akan tidak menerima ucapan gue barusan.

“Kamu segala-galanya bagi aku bella, kamu membawa perubahan di hidup aku,” Respon Johnny. “Jangan pernah berfikir bahwa kamu bukan siapa-siapa di hidup aku, kamu segala-galanya!” Sambungnya tegas.

Gue tersenyum, lalu menenggelamkan kepala gue ke dada Johnny. Johnny merespon pergerakan gue dengan mempererat pelukannya.

“I love you Johnny,” Ucap gue.

“I love you too honey,” Responnya dengan lembut.

Malam ini adalah malam terindah bagi gue. Malam di mana gue merasakan di jadikan ratu setelah terjatuh dulu.

Gue bersyukur dengan takdir gue yang sekarang. Terimakasih Tuhan.


Udah bersyukur belum hari ini? Jangan lupa bersyukur ya !! -Author kece

Gue udah rapi dengan sleeping robe yang udah terpasang rapi di tubuh gue.

“Arghhh hari yang panjang saatnya tidur,” monolog gue seraya menjatuhkan badan ke kasur.

Gue tidur membelakangi pintu masuk kamar gue. Perlahan gue memejamkan mata, namun tiba-tiba gue tersentak karena pintu kamar gue yang di buka seseorang.

“Johnny ! Kamu buat aku kaget tau,” Ucap gue, karena gue emang bener-bener kaget. Seingetnya gue udah ngunci pintu kamar.

Gue terduduk di kasur, namun gue rada bingung sama gerak-gerik Johnny. Setelah mengunci kembali kamar gue, dia segera menghampiri gue.

Johnny narik kaki gue, membuat badan gue jatuh ke kasur. Dan dia juga naik ke kasur gue, dengan cepat gue tidur membelakangi dia.

“Kenapa belakangi aku?” Tanya dia dengan nada sedikit kecewa.

Jantung gue tiba-tiba berdegup dengan kencang. Karena Johnny yang tiba-tiba meluk gue dari belakang.

“Kenapa gak tidur sih Jo?”

Bukannya ngejawab Johnny malah narik badan gue semakin dekat dengan dia sehingga tidak ada space lagi di antara kita.

Gue dapat merasakan nafas Johnny membentur di tekuk gue.

“Besok Haechan bakalan ngambil kamu,” lapornya seakan-akan gak terima gue bakalan ngabisin waktu sama Haechan besok.

Gue sedikit terkekeh. “Terus kenapa Jo?”

Gue gak mendengar respon dari Johnny, ia sedang asyik mengecup bahu gue sampe ke leher samping gue berkali-kali.

Dan tangan Johnny juga gak diem di tempat, tangannya mulai ngebuka tali sleeping robe gue.

“Jo!” Protes gue ketika Johnny berhasil ngebuka tali sleeping robe yang gue pakai.

Tangan Johnny perlahan mengusap perut gue sampe menjalar ke Sensitive area gue. Perlahan dia mengusap Miss v gue dari luar panty.

Badan gue seketika menegang, gue kehilangan kewarasan gue saat ini juga.

“Maka dari itu aku harus menghabiskan waktu malam ini bersama kamu kitten,” Jawabnya dengan nafas yang ngebentur di leher gue.

Gue menggigit bibir bawah berusaha menahan agar gue gak ngedesah.

Namun sial, Johnny Suh bangsat. Tangan dia masuk ke dalam panty gue, dan gue dapat merasakan tangannya mengusap Miss v gue dari dalem panty.

“Jo..” rintih gue ingin memprotes namun kedengarannya seperti desahan. Johnny Suh!

Gue dapat mendengar Johnny tertawa. The real devil Johnny Suh.

Dengan seribu keberanian gue memberanikan diri untuk membalikkan badan, agar Johnny menghentikan aksinya itu.

“Stop Jo, kalo Haechan tau gimana?” Protes gue ketika berhasil membalikkan badan.

“Oh hi pretty,” sapanya dengan mata melihat tubuh gue yang hanya terbalut bra dan panty.

Johnny dengan cepat mengubah posisi menjadi di atas gue. Fuck, gue gabisa nafas sekarang.

Kedua tangan Johnny di jadikan tumpuan menahan tubuhnya.

“Wanna work out?” Ajak Johnny.

Gila, seketika gue merinding. “Work out, olahraga di ruangan olahraga?” Tanya gue seakan-akan gak tau ajakan dia.

Johnny mendekatkan wajahnya ke gue. “No kitten, another work out,” Imbuhnya lalu dengan cepat ia menyerang bibir gue.

Johnny nyerang bibir gue seakan-akan sedang memakan gue. Gue bisa merasakan nafsu di ciuman itu, tangannya ia gunakan untuk menahan kedua tangan gue yang ada di sebelah kepala gue.

Perlahan gue terbuai dengan permainan dia. Gue sedikit panik, because i almost turn on!

Johnny dengan bebas menjelajah bibir gue, sekali-kali ia menggigit bibir bawah gue. Tangan kirinya ia lepas mencengkram tangan gue.

Tangan itu ia gunakan untuk mengelus Breast gue dari luar bra.

Gue mengeluh karena sentuhan dia, namun tertahan dengan ciuman Johnny.

Fuck, gue gak munafik, gue menikmati setiap sentuhan yang di berikan oleh Johnny.

Ia melepas ciumannya, lalu menempelkan dahinya di dahi gue. Dengan nafas kita yang masih terengah-engah, gue tersenyum ke arah dia.

“Please,” Jawab gue untuk ajakan dia tadi.

Johnny tersenyum penuh kemenangan.

“My pleasure Bella, aku akan membuat kamu tidak akan melupakan malam yang panjang ini,” Sahut dia dengan smirk di bibirnya.

Tangan kiri Johnny menjalar ke perut gue, lalu perlahan tangan sialan itu masuk ke dalam panty gue bersamaan dengan bibirnya yang menjilat telinga gue.

Fuck.... I cant'..... Please don't stop....

“Fuck!” Umpat gue, gue mendongakkan kepala ketika Johnny berhasil memasukkan kedua jarinya di Sensitive area gue.

Johnny tertawa mendengar umpatan gue. “You love it kitten?” Tanyanya dengan nada rendah tepat di telinga gue.

Johnny mengecup leher gue, dengan jari-jari sialan itu yang bergerak bebas di sensitive area gue.

Gue menggeliat dan mendesah gak kauran karena dia. “ I love you Bella,” ungkapnya dengan jari-jari yang bergerak semakin cepat.

Gue menggigit bibir bawah gue berusaha menahan moan “harder kitten,” katanya dengan nada rendah membuat gue merinding. Gue melepas moan, gue udah gak peduli. Kutuk gue sekarang juga, gue mau menikmati semua sentuhan dari Johnny.

“Good girl,” pujinya ketika mendengar moan gue dengan jari-jari yang masih bergerak di bawah sana. “I love you so much Bella,” sambungnya sebelum menjatuhkan bibirnya kembali ke bibir gue.